“Maaf, saya mau ke toilet dulu.”Alice tak menunggu balasan dari yang lain karena sudah tak bisa menahan kesedihan lebih lama. Sementara itu, Sandra merasa heran dengan perilaku Alice yang aneh.“Ibu salut dengan kamu, Nak. Yang sabar dan kuat, ya,” ucap wanita pendamping dengan kedua mata berkaca-kaca.Raut kesedihan juga tampak dari wajah pria pendamping. Sandra semakin terkejut dengan reaksi pasangan di sampingnya.Ada apa dengan mereka? Apa hubungannya denganku?Sandra celingukan mencari Alice. Dia sendirian dengan diantar pasangan paruh baya ke altar. Alice belum muncul juga. Dia hanya mengenal keluarga Gustav. Akan tetapi, jangankan pasangan suami istri Gustav yang mendampinginya. Namun, Alice yang sedari awal menemani pun, kini tak ada balik.Langkah kaki Sandra dituntun oleh pasangan paruh baya mendekat ke arah seseorang berjubah hitam dengan kedua mata merah dengan pupil keemasan. Sandra mengedarkan pandangan. Di antara para hadirin tak ada seorang pun yang ia kenal.“Bolehka
Oh, my God! Apakah waktu dan momen hidupku sempat terhapus? Batin Sandra mengamati gesture ketiga orang terdekatnya.Mereka tampak fasih melantunkannya. Tak ada rasa canggung. Mereka layaknya yang lain dengan serentak mengangkat kedua lengan ke atas. Bunyi klarinet semakin melengking bersamaan dengan pusaran angin yang semakin kencang menerpa tubuh semua yang hadir.Kini, Tuan Ferdinan mengangkat tongkat hitam berkepala ukiran kelopak daun lotus berlapis emas. Kemudian terdengar suara Tuan Ferdian mengucapkan sebuah mantra yang membuat bulu kuduk.Mantra ngahusir aingHaleungheum hamo kajeueungJa hala, hayu leumpangna pagédéng-gédéngKénana getih suda pancaayajnya ngajangkepkeun palainaSelesai melantunkan kidung berisi mantra, Tuan Ferdian mengambil sebuah bokor berlapis emas di atas altar. Beberapa saat, kedua bibir pria bermata hitam pekat tersebut komat-kamit. Tak berapa lama kemudian, bola mata Tuan Ferdinan berubah merah membara. Dari mulut pria ini mengeluarkan suara lengki
Insiden yang sekarang dialaminya adalah proses yang harus dijalani oleh Sandra karena pilihan sendiri. Hal yang sama juga terjadi dengan keluarga Gustav. Namun mereka rela hati menjalani karena hal tersebut karena telah menjadi pilihan Vino. Meski berat, harus terpisah beberapa waktu.“Saya harap calon mempelai wanita beserta para keluarga kedua mempelai dan juga para hadiri untuk tenang. Prosesi pernikahan sekaligus penobatan Nona Sandra sebagai Tuan Putri akan segera dimulai.”Ucapan Tuan Ferdinan bergema sampai ke luar ruangan. Semua orang telah bersiap untuk menjalani rangkaian prosesi. Sandra kembali tersentak dengan penjelasan pimpinan tertinggi bangsa vampir barusan.“Keluarga kedua mempelai? Berarti dugaanku benar. Yang berjubah merah barusan itu Kak Alice. Kenapa calon suamiku? Dia bersembunyi di bakor. Ada apa?” tanya Sandra lirih ke Ny. Anggara.Wanita yang ditanya barusan lalu menggenggam jemari tangan Sandra lebih erat.“Sayang, kamu ikuti prosesi sampai selesai. Nanti ak
“Pa, jaga kesehatan!”Tuan Anggara menghentikan langkah lalu menoleh dan tersenyum. Pria ini ingin lebih lama lagi berbincang dengan putri semata wayangnya. Namun, inti dari prosesi sakral akan segera dimulai. Tuan Anggara melangkahkan kaki kembali.Sementara dari kejauhan, pemain orgel dengan pakaian jubah putih mengamati momen kebersamaan keduanya dengan tersenyum. Wajah sosok pria ini tertutup topeng dengan kepala ditutupi topi jubah. Sehingga sulit mengenali wajahnya.Prosesi pernikahan dimulai. Musik dari orgel mulai mengalun mengiringi nyanyian syahdu dari grup paduan suara. Sandra dengan didampingi oleh Bik Sumi dan wanita pendamping maju mendekat ke altar. Tuan Ferdinan bergumam lirih membaca doa. Suara klarinet kembali ditiup dengan nada panjang melengking dan seketika semua hening.Pemain orgel berdiri lalu berjalan menuju altar dengan membawa dua kitab berkilau. Kedua telapak tangan terbuka untuk menumpu kitab warna emas dan biru. Kini, pria berjubah putih telah menurunkan
“Tuan Ferdinan atau siapa pun penguasa bangsa vampir! Ambillah yang jadi milik kalian! Kembalikan aku ke dunia manusia!”teriak Sandra dengan sisa suara yang telah serak.“Aku kapok! Cukup sudah ini!” jeritnya seraya duduk di rerumputan dengan kepala tertunduk di antara kedua lutut.Tiba-tiba angin dingin berembus kencang menerpa tubuh Sandra. Embusan tersebut menerpa tubuh wanita yang masih bergaun pengantin tersebut, hingga bergeser beberapa meter. Namun, Sandra yang sudah terlanjur pasrah dengan hidup seakan-akan tak terusik sedikit pun dengan kejadian barusan.Bahkan tubuhnya kini tengkurap di atas rerumputan basah seakan-akan enggan bangkit. Sebuah sentuhan lembut menyentuh rambutnya yang terburai acak-acakan. Wanita muda ini membaui aroma wangi khas yang familier di indra penciumanmya.Hmm ... aroma kayu pinus bercampur mint. Tapi, aku gak mau terkecoh. Aku sedang tak baik-baik saja di dunia tipu-tipu ini, batin Sandra dengan rasa kesal yang telah membuncah.Kini sentuhan lembut
Alice yang bingung sekaligus panik segera menutup bakor. Dia kembali mendekat ke arah ranjang lalu memegang jemari tangan Sandra. Betapa gembira hatinya karena bagian tubuh adik iparnya terasa hangat dan urat nadi di pergelangan tangan teraba berdenyut normal. “Sandra, kamu sudah sehat,” bisik Alice ke telinga wanita yang terbaring tersebut. Dia mencium kedua pipi Sandra penuh kasih. Kini kedua pelupuk mata Sandra yang terpejam terlihat bergerak-gerak. Alice tersenyum lebar, meski dalam hati masih panik karena si bayi menghilang.Alice beranjak mencari keberadaan si bayi. Oleh karena kehilangannya, bisa membuat posisi keluarga Gustav terutama Vino terancam. Keadaan Sandra pun bisa jadi bumerang bagi keluarga jika si kecil diketemukan oleh bangsa serigala.Wanita berambut blonde ini menyusuri semua ruangan dalam rumah. Namun, tak ada keberadaan si bayi. Kemudian, Alice beranjak ke luar rumah. Dia mengelilingi taman dan kebun. Tetap saja tak ada hasil. “Mami, bayinya hilang. Gimana i
“Sayang, kamu tahu, gak, sekarang kita lagi di mana? Ngapain kamu ada di sini?” tanya Nyonya Gustav memancing ingatan Sandra.Wanita berambut sebahu ini ingin tahu mengenai sejauh mana Sandra paham tentang situasi yang sedang dialaminya. Dia khawatir jika Sandra tahu semua kejadian yang dialami lalu menanyakan tentang keberadaan bayinya. Sedangkan, keluarga Gustav masih menunggu kabar tentang Vino dan si bayi.“Mami kok tanya gitu? Ada apa dengan Bang Vino? Terus, ....”Sandra meraba perutnya yang telah rata. Dia tampak kebingungan akan hal itu. Nyonya Gustav dan Alice jadi cemas melihat ekspresi raut wajah Sandra. Akhirnya, Alice berinisiatif untuk mendahului.“Sesuai aturan bangsa vampir, Vino harus semedi selama proses kelahiran anak kalian, yaitu 30 hari. Tapi, yang terjadi dengan kamu adalah luar biasa. Masih 15 hari, anak kalian sudah lahir. Mengenai Vino, kayaknya Mami dan Papi yang lebih paham soal itu,” urai Alice sambil melirik ke arah Nyonya Gustav. Wanita berambut sebahu t
“Mungkinkah dia tahu, kalo Alice yang terluka?” tanya Nyonya Gustav masih dengan kedua mata sembab.“Pasti tahu setelah kejadian. Bisa jadi sekarang sedang sembunyi dan menyesali nasib,”sahut Vino dengan kedua rahang mengeras.Sandra bingung dengan pembicaraan ketiganya barusan. Tiba-tiba jemari tangannya menyentuh sebuah benda mirip sesuatu berwarna emas yang menyangkut di bagian bawah pakaian Alice. Mumpung Vino sedang berbincang serius dengan orang tuanya, Sandra dengan hati-hati menarik benda mengkilap tersebut.Ini, kan, kunci, batin Sandra kaget yang buru-buru menggenggamnya rapat-rapat.Sandra merasakan bahwa kunci tersebut pelan-pelan masuk menembus kulit telapak tangan. Sampai akhirnya, menyatu dalam daging dan Sandra tak merasakan kesakitan. Bahkan kini, cahaya kemilau keemasan dari telapak tangan menjalar menuju lengan lalu ke sekujur tubuh. Sandra merasakan energi yang membuat badannya lebih bugar dan ringan.“Oh my God!” teriak ketiga orang yang berada dekat dengannya.“S