"Mari masuk dan silahkan duduk. Biar saya panggilkan dulu." Mbak Minah mempersilahkan Fatih duduk di ruang tamu. Fatih mendaratkan bokongnya di sofa empuk yang ada di rumah itu. Ia mengelus-elus sofa yang didudukinya seraya membatin. 'Bener-bener mewah sekali rumah Eka ini. Rumah Selena gak ada apa-apanya. Bahkan, kalau dijual dan harga jati itu tinggi tentu saja tak sebanding dengan harga rumah orang tua Eka yang tampak sangat mewah ini. Aku menyesal sudah membuang Eka begitu saja demi Selena. Padahal kalau mau bersabar pasti aku akan mendapatkan hati orang tuanya Selena. Dasar bodoh memang aku ini.' Fatih merutuki dirinya sendiri di dalam hati. Sesal pun tiada guna sebab nasi sudah menjadi bubur. Fatih terkejut saat mendengar suara langkah kaki dari arah dalam. Ia menengok ke sumber suara itu. Matanya membelalak saat melihat kehadiran Pak Hendri dan Bu Ranti tanpa Eka. Ia sudah merasakan keringat dingin bertemu dengan orang tua Eka. "Pa, Ma," sapa Fatih berusaha menyalami Pak H
"Soal itu kamu tenang saja. Aku sudah memikirkannya yang utama harus kamu lakukan cepat salin nomor-nomor pelanggan yang Selena miliki. Dan selama tiga bulan kamu berikan uang gaji kamu untuk Naura entah bagaimanapun caranya. setelah bulan ke empat jika kamu dinyatakan lulus aku bersedia rujuk dan kamu ceraikan Selena di hadapanku. Gimana? Deal?""Baiklah, apa pun akan aku lakukan asalkan aku bisa kembali denganmu dan hidup bahagia bersama Nayra.""Baguslah, memang itu jawaban yang aku inginkan darimu." Sejatinya Eka tidak lah begitu berniat benar-benar menghancurkan Selena. Ia hanya ingin membuat Fatih dan juga Selena mendapatkan balasannya yang setimpal. Setara dengan rasa sakit hatinya yang pernah mereka ciptakan yakni, menusuknya dari belakang. Meski sebenarnya Eka pun masih memiliki rasa yang begitu membuncah untuk Fatih. Namun, ia tidak serta merta begitu saja menerima Fatih. Ia tentu ingin melihat keseriusan pria itu padanya. Bagaimanapun juga pria yang kini ada di hadapannya
"Baik, Pa. Aku janji gak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Sekali lagi terima kasih, Pa." Fatih mencium punggung tangan sang ayah mertua berkali-kali. "Oh iya Nayra mana? Dari tadi aku gak liat?" "Nayra ada di kamarnya sama Mbak Nani.""Boleh aku ketemu sama Nayra? Aku merindukannya.""Tunggu sebentar biar aku panggilkan dan ajak ke sini anaknya." Eka pun bangun dari posisi duduknya dan ia berjalan menuju kamar sang anak yang mulai tidur terpisah setelah tinggal di rumah orang tuanya itu. Tidak berselang lama, Eka kembali ke ruang tamu sembari menggendong sang anak dan memberikannya pada Fatih. "Nayra, Sayang, sini, Nak. Papa kangen sama kamu." Fatih mengambil Nayra dari gendongan Eka dan ia menciumi putri kecilnya itu bertubi-tubi hingga membuat Nayra tertawa karena kegelian. Eka tersenyum menyaksikan pemandangan itu. Sudah lama memang Fatih tidak menyentuh anaknya semenjak kenal dan bermain belakang dengan Selena. Itu lah sebabnya Eka sangat membenci Selena karena gara-gara w
"Iya, Sayang, hati-hati ya." Selena mengulas senyuman tipisnya dan ia bergegas berangkat kembali ke showroomnya. Setelah memastikan kepergian Selena, Fatih benar-benar bisa bernapas lega. Hampir saja semuanya terbongkar, mulai sekarang Fatih harus lebih berhati-hati karena Selena ternyata tidak sebodoh yang dia kira. Yah, meskipun pada akhirnya nanti ia akan menceraikan Selena. Namun, saat ini belum lah waktunya sebab masih ada beberapa misi yang harus ia selesaikan terlebih dahulu. “Huft, hampir saja ketahuan, hah, kenapa dia pakai pulag segala sih. Aku pikir kalau aku gak masuk kerja dia makan siang di luar. Eh, tapi Ibu kemana ya? Kok dari tadi aku pulang gak liat ada Ibu?” Fatih bergumm. Ia pun menyusuri isi rumah istri barunya itu dan mencari sang ibu.Namun, ia tak mendapatinya. Sejenak Fatih berpikir hingga ia berspekulasi kalau bu Nuri pasti sedang main ke rumah tetangga untuk sekedar berkenalan atau bergosip. Yah, Fatih sangat hapal dengan kebiasaan ibunya itu. Kegiatannya
Memanglah meski sekaya apa pun kita tetap saja harus ramah dan sesekali kumpul sama tetangga. Karena kalau ada apa-apa tetap saja serangga yang terlebih dahulu menolong kan? "Wah, saya malah baru tau kalau dia begitu, Bu. Selama ini sih gak ada memperlihatkan hal kayak begitu. Soalnya saya sama Selena juga baru menikah, Bu." "Lagian kenapa kamu bisa nikah sama dia sih? Dia itu kan dulunya jelek banget tau. Heran aja sekarang bisa cantik begitu.""Halah cantik luar kalau dalamnya buluk juga buat aap." Fatih mendelikkan matanya pada Bu Nuri karena keceplosan membicarakan hal pribadi itu pada Bu Anbar. "Maksud Ibu gimana? Saya lihat itu Atun udah kinclong gitu lho.""Ya iya kinclong luarnya aja. Kalau dalamnya mah kayak bau ikan asin. Tuh tanya saja sama anak saya. Iya kan Fatih?""Bu? Udah ah, gak pantas membicarakan hal pribadi itu.""Biar aja sih. Biar orang juga tau ya meski kayaknya memang udah tau tabiatnya aja begitu kok. Lagian heran yah, orang kok yang dirawat luarnya doang
"Emang ada perjanjiannya, Bu?" tanya Bu Ambar yang membuat Bu Nuri dan Fatih saling pandang. Keduanya lantas menggeleng menjawab pertanyaan Bu Ambar. "Ya kalau gak ada perjanjiannya ngapain takut? Meski ada perjanjiannya juga kalau masalah hutang piutang tetap gak bisa diusut, Bu. Jadi, ngapain Ibu takut kalau dia nagih tinggal jawab aja kan Ibu gak pernah minta.""Eh, bener juga ya apa kata Bu Ambar. Wah kok saya malah baru tau.""Yah, Bu Nuri mah punya ponsel pintar digunakan sebagaimana mestinya dong. Kita kan bisa googling tuh di web untuk informasi yang kita butuhkan.""Apa, Bu? Guling? Guling web apa itu artinya?" Fatih menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gat mendengar jawaban sang Ibu yang terkesan kudet banget. "Astaga Bu Nuri. Bukan guling wrb tapi gugling web. Alias cari informasi di web gitu atau di mbah google. Di sana biasanya banyak informasi apa saja ada sesuai yang kita butuhkan. Saya yakin Mas Fatih pasti tau kan caranya? Nah itu kan bisa dipakai acuan. Saya yakin
TokTokTokPintu rumah kontrakan Kinan dan Andra terdengar diketuk. Kinan dan Andra yang baru saja pulang dari berjalan-jalan pagi karena kebetulan ada acara car free day di dekat rumah mereka membuat Kinan ingin jajan di sana mendadak menoleh ke arah pintu yang terdengar tadi. "Siapa ya, Mas?""Gak tau, Dek.""Yaudah biar aku buka aja, Mas. Kamu kalau mau mandi ya mandi aja gak apa-apa." Andra tersenyum sembari mengelus kepala Kinan. Kinan pun bergegas menuju ke pintu dan membukakannya. Dan ternyata yang datang je rumahnya adalah Bu Eli dengan membawa sebuah mangkuk di tangannya. "Eh, Bu Eli, ada apa ya?""Mbak Kinan ini tadi malam kan saya ada acara arisan keluarga di rumah saya. Nah kebetulan masih ada sisa, ini masih bagus juga sudah saya panaskan. Nih buat Mbak Kinan soalnya saya yakin pasti Mbak Kinan belum pernah makan makanan yang enak ini deh.""Oh terima kasih ya, Bu. Nanti mangkunya akan saya antarkan setelah saya cuci." Kinan mengirim mangkuk berisi sayur yang masih ter
Yah, maklum lah namanya juga orang miskin kan. Cuma penjual ayam geprek pinggiran aja. Paling juga berapa sih ya kan duitnya." Telinga Kinan mendengar ucapan Bu Eli pada teman-temannya itu. Ia merasa panas dan geram. Kinan pun bergegas mendekati dan ….Byur. Kinan menyiramkan kuah soto basi yang ada di dalam mangkok yang dikasih Bu Eli tadi setengah. Sedangkan yang setengahnya lagi sengaja ia sisihkan agar teman-temannya Bu Eli tahu kalau makanan yang ia kasih sudah tidak layak konsumsi. "Apa-apaan kamu Kinan! Dasar kurang ajar!" "Kenapa?! Gak terima! Siapa suruh kamu kasih aku makanan basi ha! Kamu pikir aku tong sampah apa?! Timbang kuah soto basi aja belagunya bukan main. Sok berkoar-koar yang paling dermawan. Cih!""Sialan kamu ya! Brengsek! Kamu memang tong sampah soalnya kamu itu miskin tau gak!""Mbak Kinan kenapa siram Bu Eli pakai itu? Seharusnya terima kasih dong kalau sudah dikasih makanan. Bu Eli itu kan orangnya dermawan jadi gak mungkinlah dia begitu.""Yakin? Kamu bu