"Pak Adhigunalah, orang yang sudah memberi perintah pada saya untuk memberikan obat penurun daya ingat itu pada Suci. Dan beliau juga, orang yang sudah merekayasa kejadian yang sebenarnya pada Suci, agar Suci berpikir bahwa dirinya mengalami kebutaan sejak kecil bersamaan dengan meninggalnya Pak Andro dan Ibu Furi," beritahu Bi Lia panjang lebar.Rasa-rasanya, Bi Lia sudah benar-benar tidak tahan menyembunyikan semua kejahatan yang dilakukan keluarga Diningrat terhadap Suci selama ini.Kehadiran Mars seolah membawa harapan baru bagi Bi Lia untuk membukakan jalan demi menyudahi ini semua, meski, Bi Lia sendiri tahu apa konsekuensi yang harus dia terima kelak.Bi Lia sudah tidak perduli.Bukankah perkara umur dan rejeki sudah menjadi urusan Allah? Kita manusia hanya bisa menerima dengan lapang dada.Jadilah, Bi Lia pun melakukan ini setelah dia berembuk bersama para pekerja lain di kediaman Diningrat. Karena Bi Lia tidak bekerja sendirian, maka dia perlu mendapat persetujuan yang lain u
"Sejak Pak Andro dan Ibu Furi meninggal dibunuh oleh para perampok suruhan Pak Adhiguna, keluarga Pak Adhiguna yaitu Ibu Liliana dan Venus pindah ke kediaman utama keluarga Diningrat dengan alasan karena mereka ingin menemani Suci. Sejak saat itulah, Venus dan Suci tinggal satu atap bersama. Tumbuh bersama.""Mereka akur sejak kecil karena sikap Venus yang awalnya sangat penakut dan bodoh. Venus di masa kecil dan remajanya dulu itu sangat berbeda dengan Venus setelah dia lulus SMA. Itulah sebabnya, sejak mereka mulai berkuliah di satu perguruan tinggi yang sama, hubungan Venus dan Non Suci mulai renggang dan banyak tidak akurnya. Mereka seringkali bertengkar meski hanya karena masalah sepele.""Venus menyukai Non Suci tapi Non Suci sama sekali tidak menyukai Venus. Bahkan saat Pak Adhiguna mencoba menjodohkan mereka, Non Suci dengan tegas menolak hingga akhirnya terjadilah kecelakaan itu yang menyebabkan Non Suci hilang ingatan dan buta.""Sejak saat itulah, Pak Adhiguna membelikan No
Malam kian larut.Tapi suasana sekitar gang delima tetap ramai.Anak-anak muda kawasan sekitar terlihat nongkrong di pos kamling untuk sekadar main gaple atau gitaran sambil merokok.Suara tawa bocah kecil yang bermain petak jongkok terdengar dari ujung gang. Mereka berlarian dengan lincah menghindar agar tetap aman dari lawan. Mereka bermain di jalan gang, tanpa memperdulikan keselamatan diri. Oleh sebab itu, siapa pun pengendara motor yang melintas harus ekstra hati-hati dan yang pasti dilarang untuk ngebut.Seperti yang dilakukan seorang pemuda yang mengendarai motor matic hasil modifnya yang terlihat mentereng. Matic kuning itu berjalan pelan melewati kerumunan pemuda dan anak kecil para penghuni gang Delima hingga akhirnya berhenti tepat di bangunan kontrakan tiga petak yang terdiri dari dua lantai.Seorang gadis berambut ikal yang di kucir kuda langsung turun dari boncengan. Dia membuka helm yang dikenakannya dan mengembalikan pada si empunya helm, yaitu Yogi, kekasihnya."Makas
Mars terbangun dari pingsannya setelah mendapat tindakan medis di rumah sakit.Orang pertama yang dilihat olehnya saat itu adalah Kinong."Gu-gue di mana?" tanyanya dengan suara lemah."Lo di ruang UGD rumah sakit Medika, Mars," jawab Kinong apa adanya. Dia menatap prihatin wajah pucat Mars yang bengkak dan membiru.Mars kembali mengingat-ingat apa yang terjadi sebelumnya.Seingatnya, semalam itu Mars pergi dari kediaman Diningrat dengan mengendarai vespa miliknya untuk membeli obat ke apotik, dan berniat mampir ke kontrakan sebentar untuk menemui Hita, tapi ternyata Hita tidak ada di rumah, hingga setelahnya, Mars tak ingat apapun lagi."Hita terus-terusan nangis pas Dokter UGD tadi bilang tentang penyakit lo ke dia. Maafin gue Mars, gue juga nggak bisa terus menerus nutupin ini semua dari Hita. Dari dulu juga gue udah bilangkan, mau diumpetin kayak gimana juga, lama-lama Hita pasti tau," ucap Kinong lagi dengan nada prihatin.Mars menarik napas panjang. Nyeri di bagian dadanya masih
"Lo mau ngapain, Nus? Buat apa lo ketemu sama Suci?" tanya Hanni dengan segenap perasaannya yang mendadak was-was."Gue, mau mengakhiri semuanya malam ini juga! Suci harus tau kondisi gue yang sebenarnya!""Kondisi lo yang positif HIV maksudnya?" potong Hanni cepat.Venus terdiam.Pikirannya kalut.Otaknya penuh dengan hal-hal buruk.Kekhawatiran.Kecemasan.Perasan bersalah.Ketakutan dan...Penyesalan.Meremas kuat kepalanya dengan kedua tangan, saking frustasi Venus lantas menjadikan dinding sebagai sasaran untuk menghantamkan kepalanya berkali-kali.Jika tidak ada Hanni yang menghalangi, sudah pasti Venus bisa saja mati dengan kepalanya yang berlumuran darah.Terjatuh duduk di lantai dengan kepalanya yang sudah terluka, Hanni buru-buru meraih tubuh Venus dan mendekapnya ke dalam pelukan."Cukup, Nus. Udah. Jangan siksa diri lo kayak gini. Masih ada gue di sini. Gue nggak akan kemana-mana. Udah ya?" ucap Hanni dengan air mata palsunya.Bahu Venus mulai terlihat berguncang, menandak
Akhirnya Mars berhasil melilitkan handuk ke tubuh Suci setelah dia selesai menikmati tubuh Suci di dalam bathtub tadi, meski hanya satu ronde karena Suci yang tiba-tiba jack pot ketika Mars hendak memulai ronde kedua.Setelah membersihkan tubuh Suci di kamar mandi, lalu menggiring tubuh Suci yang berjalan sempoyongan ke tempat tidur untuk direbahkan, Mars lekas meraih jubah mandi yang tergantung di dinding untuk menutupi tubuhnya yang saat itu masih polos."Arh, gerah, aku mau main air lagi," gumam Suci yang masih dalam keadaan mabuk berat. "Pelukkk aku lagi, aku mau dicium lagi..." Suci terus meracau tidak jelas.Suci hendak melepas handuk yang menjadi satu-satunya penutup tubuh moleknya ketika Mars dengan cepat menahan aksi wanita itu.Sungguh, Mars benar-benar dibuat kewalahan hanya karena Suci mabuk malam ini sampai wanita itu memuntahkan seluruh isi perutnya di kamar mandi tadi.Mars hendak memakaikan pakaian milik Suci yang baru saja dia ambil dari dalam lemari ketika tiba-tiba,
Seorang lelaki dengan rambutnya yang sudah separuh memutih, tampak membuka pintu ruang bawah tanah di villa pribadi miliknya yang terletak di daerah Puncak.Di tangannya saat ini, dia membawa beberapa helai pakaian wanita.Tersenyum hangat ke arah sebuah peti di mana di dalamnya terdapat sesosok jasad manusia yang diawetkan, si lelaki kemudian berkata, "selamat pagi sayang? Maaf ya, aku baru bisa berkunjung hari ini. Kemarin, pekerjaanku di rumah sakit sangat banyak, makanya aku baru bisa menemuimu hari ini."Dibukanya peti mati itu dan ditekannya tombol otomatis yang kemudian menggerakkan kayu di dalam peti ke atas, membawa jasad wanita bergaun pengantin di dalamnya ke permukaan."Tiga hari yang lalu itu adalah hari bahagia untuk anak kita, sayang. Itulah sebabnya aku datang membawakanmu gaun-gaun cantik ini karena aku ingin merayakan hari bahagia Hani bersamamu di sini," ucap si lelaki paruh baya itu lagi.Dia menggantung tiga buah gaun berbeda model dan warna di dinding dan kembali
Sejak hari di mana Raditya mengetahui fakta bahwa Hanni anak angkatnya merupakan anak kandung Ningtyas, mantan istrinya yang merupakan adik Adhiguna, kesehatan Raditya memang langsung menurun drastis.Dan semua menjadi diperparah ketika Raditya mengetahui bahwa kini, Venus, anaknya justru malah menjalin hubungan serius dengan Hanni.Jika sebelumnya, Raditya melarang Hanni menjalin hubungan dengan Venus karena khawatir Adhiguna curiga dan menganggap dirinya memanfaatkan Hanni untuk mendekati Venus, tapi lain halnya dengan saat ini.Karena setelah Raditya tahu bahwa Hanni adalah anak Ningtyas, Raditya justru khawatir, tragedi masa lalu yang pernah dia alami bersama Sarmila akan terulang menimpa Venus.Tidak!Raditya tidak akan membiarkan hal itu terjadi."Bagaimana, Ron? Apa kamu sudah menemukan di mana Hanni dan Venus berada?" tanya Raditya saat Roni menemuinya di rumah sakit hari itu."Belum, Pak. Apartemen Venus kosong sejak satu bulan yang lalu. Dan sampai saat ini, saya belum berha