Seorang lelaki dengan rambutnya yang sudah separuh memutih, tampak membuka pintu ruang bawah tanah di villa pribadi miliknya yang terletak di daerah Puncak.Di tangannya saat ini, dia membawa beberapa helai pakaian wanita.Tersenyum hangat ke arah sebuah peti di mana di dalamnya terdapat sesosok jasad manusia yang diawetkan, si lelaki kemudian berkata, "selamat pagi sayang? Maaf ya, aku baru bisa berkunjung hari ini. Kemarin, pekerjaanku di rumah sakit sangat banyak, makanya aku baru bisa menemuimu hari ini."Dibukanya peti mati itu dan ditekannya tombol otomatis yang kemudian menggerakkan kayu di dalam peti ke atas, membawa jasad wanita bergaun pengantin di dalamnya ke permukaan."Tiga hari yang lalu itu adalah hari bahagia untuk anak kita, sayang. Itulah sebabnya aku datang membawakanmu gaun-gaun cantik ini karena aku ingin merayakan hari bahagia Hani bersamamu di sini," ucap si lelaki paruh baya itu lagi.Dia menggantung tiga buah gaun berbeda model dan warna di dinding dan kembali
Sejak hari di mana Raditya mengetahui fakta bahwa Hanni anak angkatnya merupakan anak kandung Ningtyas, mantan istrinya yang merupakan adik Adhiguna, kesehatan Raditya memang langsung menurun drastis.Dan semua menjadi diperparah ketika Raditya mengetahui bahwa kini, Venus, anaknya justru malah menjalin hubungan serius dengan Hanni.Jika sebelumnya, Raditya melarang Hanni menjalin hubungan dengan Venus karena khawatir Adhiguna curiga dan menganggap dirinya memanfaatkan Hanni untuk mendekati Venus, tapi lain halnya dengan saat ini.Karena setelah Raditya tahu bahwa Hanni adalah anak Ningtyas, Raditya justru khawatir, tragedi masa lalu yang pernah dia alami bersama Sarmila akan terulang menimpa Venus.Tidak!Raditya tidak akan membiarkan hal itu terjadi."Bagaimana, Ron? Apa kamu sudah menemukan di mana Hanni dan Venus berada?" tanya Raditya saat Roni menemuinya di rumah sakit hari itu."Belum, Pak. Apartemen Venus kosong sejak satu bulan yang lalu. Dan sampai saat ini, saya belum berha
"Memang, apa yang kamu ingat tentang jaket ini, Suci?" tanya Mars saat itu."Aku ingat wajah lelaki pemilik jaket ini. Kami bertemu di Bus Way untuk pertama kali, tapi aku tak tahu kapan waktu pastinya. Hari itu hujan, pakaianku basah kuyup dan aku kedinginan di Bus way, lalu lelaki itu memberikan jaketnya padaku. Sayangnya, aku tak sempat bertanya siapa namanya, tapi yang jelas--"Kalimat Suci terhenti mendadak. Seolah sedang berpikir keras, Suci malah menundukkan kepalanya, membuat Mars bingung dalam keterkejutannya, begitu dia mengetahui bahwa ternyata, wanita dengan wajah tertutup masker yang basah kuyup di Bus Way waktu itu adalah Suci.Sungguh sebuah kebetulan yang sangat mengejutkan. Kenapa Mars merasa dunia begitu sempit?"Ada apa Suci? Kenapa diam? Kepalamu sakit lagi?" Mars mendekat dan mengajak Suci ke sisi ranjang untuk duduk. Keterdiaman Suci membuat hatinya kembali disergap kekhawatiran.Suci menggeleng pelan. Air matanya kembali menitik satu-satu.Suci yakin sekali bahw
"Halo, Han? Ini gue Sonia," ucap seorang wanita berpakaian seksi bernama Sonia itu. Tatapannya tampak mengamati seseorang dari kejauhan."Ya, Son? Ada apa?" Sahut Hanni di seberang."Gue liat Suci sama Mars ke Klinik kandungan," beritahu Sonia kemudian."Apa?" Hanni tampak terkejut."Kayaknya, Suci udah hamil deh."Menelan salivanya dengan susah payah, seketika gemuruh hebat di dada Hanni muncul karena rasa benci. "Lakuin sekarang, Son. Gue mau perempuan buta itu keguguran!"Itulah, awal cerita kenapa Suci bisa sampai ke tepi jalan ramai sendirian.Tidak, Suci tidak sendirian ke sana.Saat itu, dia sedang duduk di bangku tunggu bersama Mars, menunggu vitamin di apotik klinik.Nama Suci dipanggil, tapi Mars tak kunjung maju, Suci berpikir Mars tidak ada di sisinya, hingga seorang wanita menyapa Suci dari samping tepat saat Mars pergi ke depan untuk mengambil obat.Wanita itu berkata pada Suci, "yang tadi duduk di situ suaminya, Mbak?""Eh, Mbak bicara sama saya?" kata Suci agak terkeju
"Hai manis, mau kemana sih, buru-buru banget?" ucap seorang lelaki berpakaian preman dan bertato. Rambut gondrong dengan celana jeans sobek di bagian dengkul.Sonia yang saat itu sedang berjalan menuju kost-kostannya usai dirinya menjalankan perintah Hanni untuk membuat Suci keguguran, jelas terkejut.Langkah wanita itu tertahan karena ada tiga orang pria bertato yang menghadang jalannya."Kita liat loh tadi, waktu lo ninggalin Non Suci di tengah jalan, dan kita punya bukti rekaman videonya," ucap lelaki yang berdiri di sebelah kiri Sonia.Perasaan Sonia mulai gelisah bercampur takut, meski setelahnya, dia berusaha untuk tetap tenang.Mengeluarkan jurus jitu rayuan mautnya, Sonia memulas senyum lebar, menampilkan kencantikannya yang paripurna."Hm, kayaknya, bakal lebih enak kalau kita bicara di kost-kostan gue, kebetulan udah deket dari sini, gimana?" Sonia memepet tubuh lelaki yang berdiri di hadapannya seraya membusungkan dada. Tatapannya nakal dan menggoda."Dasar lonte! Lo pikir
"DIAM! SIAPA YANG MENYURUHMU BICARA, HAH?" Hardik Suci dengan keras ketika Mars menyela ucapan Bi Lia dan mencoba untuk menjelaskan."Kenapa kalian tidak membunuhku saja? Kenapa kalian malah memperlakukan aku seperti orang bodoh? Seperti wanita yang tak memiliki harga diri!" Jerit Suci frustasi. Air matanya tak sanggup dia bendung hingga mengalir deras membasahi pipinya."Bi," panggil Suci pelan dalam rintihan tangisnya. "Bibi taukan, bagaimana aku sangat membenci Venus? Kenapa Bibi membiarkan Om Adhi dan Tante Lili menikahkan aku dengan bajingan itu? Kenapa Bi?" Tangisan Suci semakin merebak.Melihat kondisi Suci yang begitu menderita atas kenyataan yang harus dia terima, Mars dan yang lain jelas merasa sangat bersalah.Mereka tahu, Suci wanita yang baik, terlebih lagi Bi Lia yang memang sejak kecil sudah menjadi pengasuh Suci. Tapi, Apalah daya mereka yang lemah ini?Mereka hanya pegawai kecil yang tak bisa melakukan apa-apa di saat uang sudah berkuasa di atas segalanya.Bahkan, kej
Betapa terkejutnya Hanni saat dirinya terbangun dari tidur pagi ini dan tak menemukan keberadaan Venus di dalam kamar hotel yang mereka sewa dan tempati selama satu bulan belakangan ini.Meraih ponselnya di nakas, Hanni mencoba menghubungi Venus dengan nomor baru miliknya, namun gagal karena nomor itu sedang tidak aktif.Kemana Venus?Kenapa dia nggak pulang?Apa dia menginap di rumah sakit semalaman?Pikir wanita bergaun tidur itu.Beranjak untuk mandi, lalu sarapan, setelah itu Hanni berniat untuk mendatangi rumah sakit tempat di mana Ibu Venus dirawat.Hanni akan mencari Venus di sana.Sesampainya Hanni di rumah sakit, hingga dia berhasil bertatap muka dengan Adhiguna dan juga Liliana, lalu mendapati fakta bahwa kini Venus kembali ke Indonesia tanpa sepengetahuannya, Hanni yang meradang lantas memberitahukan siapa dia sebenarnya di hadapan Liliana."Saya istri kedua Venus! Venus mengidap HIV, itulah sebabnya, dia menikahi saya, karena hanya saya seorang yang mau menerima keadaannya!
Setelah Bi Lia berhasil menghubungi Frans selaku pengacara sekaligus sahabat karib dari mendiang Andro yang merupakan Ayah kandung Suci, Frans langsung mendatangi kediaman Diningrat keesokan harinya.Lelaki itu tampak terkejut saat melihat keadaan Suci yang tidak bisa melihat."Bisa kita bicara di ruang kerja Papa, Om?" ucap Suci pada Frans.Suci percaya Frans bisa diandalkan, itulah sebabnya, Suci mengajak Frans untuk berbicara di ruang tertutup yang pastinya aman dari pengawasan CCTV dan orang-orang culas yang ingin menghancurkannya secara diam-diam.Begitu pintu ruang kerja milik Andro yang selama ini digunakan Adhiguna itu sudah ditutup, Suci pun langsung menyudahi sandiwaranya yang berpura-pura seolah dirinya masih buta."Jadi, kamu tidak buta, Suci?" tanya Frans menjadi semakin kaget, ples bingung, itulah yang Suci tangkap dari ekspresi lelaki paruh baya yang usianya tak berbeda jauh dari kedua orang tuanya."Sssstt, bicaranya pelan-pelan. Jangan sampai ada orang lain dengar," uc