WANITA PANGGILAN 10 B
Oleh: Kenong Auliya Zhafira
Setelah membalas pesan Lian dengan hati berwujud ketidakenakan pada tamu lain, Mayasha memilih membuat mi instan untuk mengganjal perutnya. Berjalan menuju dapur tanpa alas kaki disertai rambut yang acak-acakan, Mayasha menuang air ke panci kecil dan meletakkan di atas kompor.
Sambil menunggu air mendidih, tangannya sibuk mencari teman lain untuk melengkapi makanannya. Mayasha menambakan telur dan sedikit sayuran. Setelah semuanya matang, Mayasha lalu memakannya ditemani segelas air putih. Mangkuk kotor pun langsung dicucinya.
Membersihkan diri menjadi kegiatan Mayasha selanjutnya. Karena akan bertemu tamu malam ini, Mayasha sengaja menggunakan lulur terlebih dulu, biar tubuhnya wangi. Setelah menghabiskan hampir tiga puluh menit lebih, ia memilih pakaian terbaiknya.
Ma
WANITA PANGGILAN 11 A Oleh: Kenong Auliya Zhafira Pertemuan yang tidak sengaja terkadang tidak selalu soal kebetulan. Bisa saja itu adalah pertemuan yang sudah terencana, baik dari manusia atau pun Tuhan. Lian telah merencanakan ide pertemuan ini dengan menggantikan Gavin sebagai tamunya. Bukan tanpa alasan, Lian ingin membuktikan kalau Mayasha adalah tanda jodoh yang dikirim Tuhan lewat jalan berkelok. Keduanya masih saling berdiri dan menatap satu sama lain. Sama-sama mencari pembenaran dari ucapan masing-masing. Lian mulai lelah berdiri karena memang raganya lelah setelah bekerja langsung berangkat ke sini. Sementara Mayasha masih butuh keyakinan kalau tamunya memang benar Lian. "Saya nggak disuruh masuk? Saya lelah sekali karena pulang kerja langsung ke sini," tutur Lian dengan wajah me
WANITA PANGGILAN 11 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraMerasa wanita di sebelahnya terdiam, Lian membuka matanya dan menegakkan tubuhnya. "Kok, diam? Apa kau tidak ingin lagi memiliki cinta seperti pasangan pada umumnya?" tanya Lian lagi yang membuat Mayasha menoleh.Entah kenapa pertanyaan Lian bagaikan tegangan listrik yang menyetrum raganya. Membuat hati dan akalnya kaku seketika. Pandang mata yang tidak sengaja bertemu membuat Mayasha beralih menatap jemarinya sendiri."Saya bukan tidak ingin, hanya tidak mau," jawabnya lalu mengalihkan pandangan ke sekitar.Jawaban Mayasha semakin membuat Lian penasaran. Hidup di jaman modern yamg serba canggih malah tidak mau mengenal cinta. Padahal tanpa cinta dunia pasti hancur karena terlalu banyak orang mu-nafik."Jika saya yang menawarkan cinta itu, apa kau mau?" tanya Lia
WANITA PANGGILAN 11 C Oleh: Kenong Auliya Zhafira Lian mengusap pipi lembut wanita yang menatapnya aneh. Sebagai lelaki normal, Lian paham kalau Mayasha tidak menolak untuk melakukan hal yang lebih jauh. "Maaf ...." Hanya kata itu yang keluar dari bibir Lian, lalu kembali duduk dengan jarak dekat. Mayasha pun ikut duduk di sebelah pria yang berhasil menjerat sisi hatinya. Kepalanya masih belum mengerti kenapa Lian tidak melanjutkan hal yang memang diinginkan semua tamu. "Kenapa minta maaf? Bukankah ini memang bagian dari pekerjaanku? Kau tidak perlu merasa bersalah," jawab Mayasha sembari mengikat rambutnya. Melihat leher jenjang Mayasha, Lian sengaja mengambil kardigan di sebelahnya dan mengulurkannya pada wanita yang baru selesai mengikat rambut. "Pakailah.
WANITA PANGGILAN 12 A Oleh: Kenong Auliya Zhafira Bayangan tentang bertemu kembali dengan seseorang dari masa lalu, bisa saja memporak-porandakan masa depan yang hampir terwujud. Berbagai sakit, pedih, dan air mata mewarnai perjuangan yang tidak seberapa. Rasa penyesalan bisa saja menjadi batu yang akan menjatuhkan langkah tanpa disadari. Marvin belum tahu harus bersikap bagaimana jika memang benar dipertemukan dengan Yesha saat ini. Minta maaf mungkin akan menjadi hal menjenuhkan bagi wanita yang pernah tersakiti. Namun, hanya hal itu yang bisa dilakukan oleh Marvin saat ini. Meskipun hatinya tahu, kalau Yesha kemungkinan tidak pernah akan memberinya kata maaf. Dirinya sadar kesalahan yang dulu memang sangat fatal, hingga membuat Yesha menghilang dari pandangan tanpa kabar. Padahal dulu hidup serasa milik
WANITA PANGGILAN 12 B Oleh: Kenong Auliya Zhafira Bertemu dengan Marvin malah semakin menambah rasa khawatir akan Mayasha. Jika itu benar dirinya, maka sebagai pria yang baru saja memintanya berjuang, maka ia akan berusaha membuang semua ingatan luka dan mengganti dengan senyum bahagia. Meskipun Lian sadar hal itu mungkin akan sulit karena ulah sang ibu nantinya. Marvin menatap punggung Lian yang menghilang. Ucapannya memang tidak salah. Tidak seharusnya mencari kembali hati yang sudah pergi. Akan tetapi, hati merasa bersalah telah menancapkan luka pada tubuh lemahnya. Berharap mendapat jawaban lebih dari Lian, ternyata hanya sekedar angan semata. Marvin mengacak rambutnya kasar, lalu berdiri dan kembali melajukan motornya ke rumah. Mungkin memang dirinya harus mencari tahu sendiri siapa wanita itu, tetapi tidak sekarang. Untuk beber
WANITA PANGGILAN 13 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraMengetahui orang terdekat menjadi penyebab kesakitan wanita yang ingin dimiliki menjadi emosi tersendiri bagi seorang Lian Erza. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan Mayasha ketika melihat kekasihnya bercum-bu dengan sahabatnya sendiri.Dirinya yang seorang pria saja rasanya sakit dan ingin memaki diri sendiri. Apalagi untuk seorang wanita. Hati Mayasha pasti sangat kesakitan hingga memilih jalan berkelok. Bahkan membuat cara untuk melupakan meski mengorbankan segalanya.Lian merutuki diri sendiri mempunyai sahabat breng-sek seperti Marvin. Gara-gara egonya sendiri harus menelan mimpi suci wanita dan dirinya. Mungkin lain kali beberapa pukulan harus mendarat kembali di wajahnya.Ketika lamunan itu menyayat hati, suara panggilan dari seberang telep
WANITA PANGGILAN 13 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraElena semakin curiga kalau terjadi sesuatu dengan tamu semalam. Rasa penasaran siapa Erza hingga membuat Mayasha menjadi seperti orang linglung."Tamu semalam namanya Erza, kan? Cerita dong, May ... jangan bikin aku penasaran. Atau jangan-jangan, ini ada hubungannya sama Lian?" tebak Elena.Mayasha tersenyum, wanita di depannya memang selalu bisa menebak pikirannya. Karena itulah persahabatan ini bisa terjalin hingga sekarang, meskipun searah dalam hal yang tidak masuk akal."Semalam yang gantiin itu Lian. Kan, namanya Lian Erza," jawab Mayasha sambil mengambil buah apel dan memakannya.Elena mulai mengerti. Ternyata seorang Mayasha telah bertekuk lutut pada pria seperti Lian. Elena akui, wajah Lian lumayan tampan, belum lagi sepertinya dari keluarga berada. Apab
WANITA PANGGILAN 14 A Oleh: Kenong Auliya Zhafira Hubungan yang belum pernah dimulai karena masih menunggu jawaban akan selalu berakhir kegelisahan. Apalagi jika sudah ada tuntutan membawanya ke ranah keluarga. Bisa dipastikan akan mencari alasan untuk mengulur waktu hingga saatnya tiba. Lian pura-pura meneguk minumannya untuk menghilangkan rasa gugupnya. Tatapan sang ibu terlihat menyeramkan. Padahal baru kemarin mengiba untuk melanjutkan hubungan dengan Keya. Akan tetapi, setelah tahu alasannya, sang ibu terlihat tanpa beban menyuruh membawa Mayasha ke hadapannya. Ucapan Mayasha malam itu mendadak terngiang di kepala. Kemungkinan status pekerjaanya menjadi penghalang akan nyata terjadi. Lian tahu kalau pengalaman sang ibu mungkin masih membekas dalam benaknya. Mungkin itu akan memicu pertentangan demi alasan ingin me