WANITA PANGGILAN 22 A
Oleh: Kenong Auliya Zhafira
Bertemu orang spesial yang telah melahirkan pria seistimewa seperti Lian Erza membuat degup jantung tidak menentu. Darah seakan mengalir lebih cepat. Bahkan paru-parunya seakan sesak karena oksigen berkurang drastis. Udara di sekitar bahkan mendadak tidak terasa. Seakan habis entah ke mana.
Dada seperti memanas karena banyak kerisauan merasuki pikiran. Bayangan penolakan ibunya Lian menyerbu tanpa henti saat mengingat pekerjaannya sebagai wanita panggilan.
Mayasha tidak memungkiri kalau tidak ada orang tua yang membiarkan anaknya mencintai wanita seperti dirinya. Wanita yang jauh dari kata sempurna. Akan tetapi, rasa egonya membutakan logika. Ia ingin selalu berada di sisi pria tersebut dan menua bersama dengan cinta yang tidak pernah lekang oleh waktu.
Lian tah
WANITA PANGGILAN 22 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraSang ibu bisa menilai kalau Mayasha wanita baik yang mampu membuat Lian kembali bahagia setelah terluka. Ia sangat berterima kasih untuk itu. Mimpinya mendapat menantu yang sesuai keinginan Lian bisa segera menjadi kenyataan. Bukankah niat baik itu harus disegerakan?"Em ... May ... kalau kalian berdua segera menikah gimana? Tante takut kalau Lian tidak bisa mengontrol egonya," ujar wanita yang duduk di depannya tanpa basa-basi. Ia tidak mau anaknya kebablasan dalam bergaul.Mayasha hampir terbatuk mendengar permintaan ibunya Lian. Pria di sebelahnya pun sama. Ucapan sang ibu membuat tenggorokannya gatal dan mengering."Ibu jangan ngawur deh ... kita ini baru jadian tiga hari. Masa udah disuruh nikah?" tanya Lian sembari berusaha menahan gejolak dada yang kian bertalu. Meski hatinya juga s
WANITA PANGGILAN 23 A Oleh: Kenong Auliya Zhafira Kehilangan sosok wanita yang biasa dijuluki ibu dalam jangka waktu lama mampu mengubah kebiasaan sehari-hari. Biasa hidup tanpa sandaran, tanpa belaian kasih sayang, dan tanpa teman bicara yang selalu mendukung jalannya. Mengingatkan saat kaki salah berpijak, lalu menghujani kata-kata bijak tanpa menggurui. Mayasha merindukan wanita seperti itu dalam hidupnya. Selama ini tidak pernah ada yang mengarahkan langkah kakinya meski berjalan di kegelapan. Dunia seakan menguji nyalinya tanpa henti. Kepergian sang ibu yang entah karena apa membuat Mayasha belajar dewasa sebelum waktunya. Bahkan setelah Ayah berpulang hidupnya lebih berantakan. Kedatangan Kai Marvin pun justru hanya menambah penderitaan batinnya. Rasa lelah bertahan untuk hidup membuat Mayasha menjalani garis Tuhan
WANITA PANGGILAN 23 B Oleh: Kenong Auliya Zhafira Menyusuri jalanan yang telah menggelap dibarengi kepala berkelana entah ke mana membuat perjalanan cepat sampai tujuan. Puluhan bintang di angkasa berkilau terang melihat kemesraan mereka. Mereka seakan ingin menjadi saksi malam indah keduanya. Lian mengantar wanita paling istimewa itu hingga ke depan pintu. Melihatnya lagi dan lagi untuk menyetok rasa rindu yang datang esok hari. Wajahnya sudah tidak setegang sebelumnya. Dua lengkungan manis di sudut bibir mulai terlihat jelas. Hal itu membuat hatinya melega ketika meninggalkannya. "Aku pulang ya? Kamu hati-hati di rumah. Aku tidak akan bertanya banyak kenapa tadi kamu menangis. Kamu mikirnya harus matang. Jika belum siap menikah denganku, aku akan mencoba sabar menunggu," ucap Lian sembari mengusap pipi lembut wanita yang tengah menatapnya.
WANITA PANGGILAN 24 A Oleh: Kenong Auliya Zhafira Pria yang telah selesai memakai baju itu langsung mengambil alih. Membantu mengaitkan bra hingga melindungi sempurna dua bulatan yang baru saja diberikan banyak tanda. Lian juga tidak lupa menaikkan kembali resleting gaun wanitanya. "Makasih, Li ...," ucap Mayasha. "Apa tidak apa-apa kalau hanya aku yang kamu puaskan?" tanyanya lagi setelah gaunnya kembali rapi. "Kamu santai saja. Aku bisa menahan itu sampai waktunya nanti. Mulai sekarang hanya aku yang boleh menyentuhmu ya?" tutur pria yang sibuk mencari sesuatu di saku celananya. Satu benda bulat berwarna kekuningan tergenggam di tangan. "Itu apa?" tanya wanita yang menatapnya heran. "Sini tanganmu," titahnya. Mayasha mengulurkan tangannya.
WANITA PANGGILAN 24 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraKisah asmara mereka memang cukup pelik. Banyak rasa dan pengorbanan yang tidak bisa terganti. Kuatnya ikatan itu seakan menarik hubungan yang akan terus berkaitan untuk jangka waktu yang lama.Marvin dan Keya sadar, kalau Lian memang tidak pernah main-main dalam berhubungan. Namun, jika hatinya sudah tersenggol yang tersisa hanya tidak ada kesempatan kedua."Aku harap kamu mau memaafkan kami, Sha ... tapi, kalau tidak bisa pun, kami tidak apa-apa. Aku akan menanggung semuanya dan mendoakan kebahagiaanmu bersama Lian. Dia lelaki baik dan setia. Tidak seperti kami. Maaf, kalau kedatangan kami menganggu. Kami hanya ingin melepaskan beban yang lama menyiksa hati." Keya berucap dengan sungguh-sungguh dan dari hati, lalu pergi meninggalkan mereka. Marvin menuntun wanita pilihannya dengan hati sedikit lega.
WANITA PANGGILAN 25 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraSejauh mana pun jarak memisahkan anak dan seorang ibu pasti rasa rindu akan selalu ada terselip di hati keduanya. Hanya soal bagaimana cara masing-masing menyampaikan rasa itu. Meski seben-ci apa pun, pasti masih ada cinta di ruang dasar hatinya.Tidak mudah menghapus ikatan antar keduanya hanya karena tidak tahu keberadaannya. Dengan saling mengingat menjadi cara bahwa sosok itu masih dirindukan kehadirannya. Walau ada luka, tetapi itu tidak menjadi alasan untuk mengetahui keadaannya. Itulah ikatan hubungan yang sesungguhnya.Mayasha mencoba mengingat itu sebelum matanya terpejam. Semua sentuhan dari Lian juga mengantar malam ini agar bermimpi indah. Rasa rindu ia simpan untuk kedua orang spesial dalam hidupnya di masa kini dan dulu.&
WANITA PANGGILAN 25 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraBayangan bercumbu beberapa jam yang lalu membuat dadanya sesak menahan rindu. Ingin sekali bersamanya setiap saat dan bercinta setiap waktu. Lian mengambil ponsel di dekat bantal, lalu membuka dengan maksud mengucapkan selamat malam. Namun, foto wallpaper ponselnya membuat rasa rindu kian menggunung."May ... aku rindu," lirihnya sambil mengusap foto Mayasha di pangkuannya.Puas memandangi fotonya, Lian membuka aplikasi hijau untuk menuliskan pesan selamat malam dan menyampaikan rindu yang menggebu.Lian[Selamat malam, Sayang ... udah tidur belum? Aku kangen kamu ....]Pesan terkirim. Lian memainkan ponselnya sembari menunggu pesan balasan. Menunggu menjadi hal yang paling tidak disukai sekarang. Lian bahkan mengigit jemarinya untuk mengusir
WANITA PANGGILAN 25 COleh: Kenong Auliya ZhafiraSepuluh menit berlalu, akhirnya Lian sampai di depan rumah Mayahsa. Kejadian semalam membuat senyum lesung pipinya terukir di wajahnya. Mengingat itu mendadak darahnya berdesir hebat, seperti bunga yang bergoyang karena dihinggapi sang kumbang.Lian merogoh saku celana mengambil ponselnya. Nama Mayasha dalam kontak langsung ditekan mode panggilan. Kejutan seperti ini pasti akan membuatnya tidak merasa sendiri. Masih ada dirinya yang akan menghujani Mayasha penuh cinta dan kasih sayang.Mayasha yang masih mengenakan celana pendek dan baju dalam berwarna hitam, tengah bergumul dengan selimut. Mendengar bunyi ponsel, matanya terbuka dan meraihnya. Ia bahkan tidak sempat membaca siapa orang yang menelpon."Halo ...," sapanya dengan suara parau."Buka pintunya, Sayang ... a