WANITA PANGGILAN 49 C
Oleh: Kenong Auliya Zhafira
Maya sekali lagi memeluk wanita yang selalu ada untuknya sejak dulu. Andai saat itu ada, mungkin dirinya tidak akan nekat meninggalkan keluarganya demi hidup lebih baik.
"Makasih, Sa ... aku tidak tahu lagi harus berkata apa selain itu," katanya di sela pelukan. Air mata pun kembali menerobos tanpa henti.
"Aku bisa melihatmu baik-baik saja itu sudah cukup. Masalah Esha pasti nanti ada jalan keluarnya," jawab Elsa sembari mengusap punggung rapuh itu berkali-kali.
Setelah semua rasa terucapkan, keduanya saling mengurai pelukan dan menghabiskan waktu berdua hingga malam tiba. Keduanya tidak berhenti bercanda dan tertawa setiap kali mengisi kegiatan hari ini dengan banyak kegiatan; seperti membuat kue, menyiram bunga, menata pakaian, nonton drama kesukaan, dan memasak makan malam.
WANITA PANGGILAN 50 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraPenyesalan memang selalu datang di bagian paling akhir. Hal itu pastilah untuk mengingatkan semua kesalahan agar diri menjadi lebih perasa dan mau berkaca. Selain itu, sesal juga mampu meruntuhkan segala keegoisan dalam hati yang dulu pernah sombong bagaikan menara menjulang tinggi.Akan tetapi, semua itu seketika runtuh ketika apa yang dulu kita lakukan ternyata menyakiti orang terdekat. Hanya lewat satu kenyataan tidak terduga mampu membuka lebar pintu hati tanpa ada penghakiman sama sekali. Justru yang tertinggal adalah perasaan bersalah. Seandainya tahu sejak awal, maka ia akan melebarkan kedua tangan dan merengkuhnya ke jalan yang seharusnya.Namun, sekarang ... sudah terlambat."Li ... a--apa benar yang kamu katakan? Kalau Mayasha adalah Yesha Sasmaya?" Sang
WANITA PANGGILAN 50 BOleh; Kenong Auliya ZhafiraLian menatap dua wanita di depannya dengan mata berkaca-kaca. Kehebatan mereka bertahan dari ejekan dunia ternyata mampu menguatkan rasa persahabatan yang ada. Seperti dirinya dan juga Marvin, yang rela baku hantam demi menuruti perasaan. Namun, masa itu kini telah terlewati sejak wanitanya memilih pergi. Meski membuat hatinya kesakitan, tetapi kepergiannya juga membuat keadaan saling merangkul satu sama lain dalam berbagai masalah."Ibu sama Tante Maya lebih baik istirahat. Biar urusan Esha, nanti Lian bicarakan sama Marvin dan yang lain saat bertemu." Lian menyuruh dua wanita itu untuk segera beristirahat.Keduanya melangkah ke kamar tamu dengan saling memapah. Setelah memastikan dua punggung kuat itu menghilang, ia menuju kamarnya sendiri untuk beristirahat. Kepalanya terus berpikir
WANITA PANGGILAN 50 COleh: Kenong Auliya ZhafiraSementara Maya mengambil uang untuk ikut memberikan senyum pada anak-anak itu, kedua anak ibu itu menikmati sarapan pagi dengan suasana yang lebih baik dari beberapa bulan terakhir. Mereka mulai melibatkan obrolan ringan di sela sarapan."Ibu mau kasih berapa? Lian sebentar lagi berangkat. Awas, kalau sedikit! Lian malu sebagai anak dari Elsa Erza." Lian sengaja menggoda untuk mencarikan suasana yang memang mulai menghangat.Sang ibu berdecak mendengar penuturan anaknya yang terkesan memancing isi dompetnya. Sejak kehadiran Maya di rumah dan mengetahui siapa Esha, keadaan hati wanita yang sempat sempit dan hitam kini kembali mendapat ruang serta mau melihat Mayasha dari sisi lain. Bahkan dengan bangga dan tanpa ragu, tangannya mengeluarkan dompet dari saku bajunya, lalu menyodorkan ke hadapan Lian—
WANITA PANGGILAN 50 DOleh: Kenong Auliya ZhafiraPikiran yang berkelana jauh membuat Lian tidak menyadari saat roda duanya telah membawa dirinya ke halaman rumah penuh kenangan. Di teras rumah yang masih terlihat sama, ia dapat melihat ketiga orang yang selama ini menemani masa sendirinya. Ya, Marvin, Keya dan Elena telah berkumpul sambil bercanda ria.Marvin menatap pemilik ide yang tengah berjalan mendekat ke arahnya. Sudah lima belas menit mereka menunggu kedatangannya untuk meminta janji yang akan menambah uang donasi."Kenapa baru dateng, Li? Kita nungguin buat yang dimasukin amplop. Malah orang yang ngasih belum dateng," ujar Marvin sengaja menggoda pria masih meninggikan janji setia untuk seorang Yesha Sasmaya.Pria yang ingin membuat keinginan wanitanya menjadi nyata hanya tersenyum menanggapi ucapan ketiga orang di depannya. Tanpa
WANITA PANGGILAN 51 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraMendengar satu nama yang baru saja membangkitkan kenangan lalu pasti membuat pikiran mengacau. Berbagai macam kesimpulan menarik sisi keyakinan untuk menilai sesusi kemauan hati. Bukan sekedar halusinasi, melainkan sebuah intuisi tentang wanita yang sangat dicintai.Lian sejenak terbawa angin yang melambungkan asanya setinggi awan. Ada getar dalam hati ingin menanyakan lebih jauh orang yang tengah dibicarakan bocah di depannya."Maaf, Dek ... tadi siapa nama yang masak semua ini?" Lian bertanya sembari menahan dadanya yang hampir meledak sekuat tenaga. Ada debar berhiaskan tumpukan rindu yang tidak pernah runtuh dan tetap utuh untuk sang wanita.Bocah berseragam merah putih itu menoleh, tersenyum ceria seperti tidak ada beban. "Namanya Kak Esha, Kak ... dia cantik
WANITA PANGGILAN 51 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraKedua pria itu saling pandang memberi kode untuk mencari jalan terbaik. Dalam hati, Lian tidak ingin kehilangan kesempatan emas ini."Gimana, Vin? Kalau mindahin bingkisan itu terlalu lama," ucap Lian sambil menyisir rambut pendeknya.Entah kebetulan atau kesengajaan, pria yang dulu menebar puluhan duri tajam mendadak berada di belakang mereka. Ya, Nevan yang baru saja akan mengantar Sasmita pulang tertarik keramaian di rumah wanita peraih kewarasannya dulu. Perlahan, ia mendekat, ingin membaur dan menyapa orang-orang yang telah menyadarkan dirinya lewat beberapa hantaman."Maaf ... lancang ... apa ada yang bisa aku bantu? Aku perhatikan dari jauh sepertinya wajah kalian terlihat gelisah." Nevan—pria yang tidak tahu malu menawarkan bantuan secara tiba-tiba.
WANITA PANGGILAN 51 COleh: Kenong Auliya ZhafiraAda rasa empati yang terus menjalar simpati pada hati Lian yang memiliki nasib sama seperti bocah itu. Menjadi yatim karena sang ayah harus pergi dan tidak pernah kembali. Dalam hati, ia ingin mengajak bocah yang asyik bermain dengan legonya untuk hadir di acara Minggu besok."Hei, bocah ... boleh tahu nama kamu siapa?" tanya Lian sembari mendekat setelah beberapa saat mendengar cerita yang memilukan hati.Bocah itu menghentikan permainannya, lalu menatap pria dewasa yang tengah berjongkok sambil memainkan salah satu legonya. "Namaku Bayu Angkasa, Kak ...," jawabnya penuh percaya diri."Oke, Bayu ... besok Minggu datang ke swalayan Kakak ya? Nanti Kakak kasih bingkisan dan hadiah. Kamu boleh ajak ibumu. Bahkan, Kak Esha pun boleh diajak. Kamu mau?" tanya Lian sembar
WANITA PANGGILAN 52 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraRasa sakit karena sisa pilihan tersulit ketika melepaskan cinta demi hubungan yang semestinya terkadang bisa membekas dan meninggalkan luka berbalut ketakutan. Di mana hati yang terbelah dan berdarah dalam kesendirian tanpa ada pegangan. Keteguhan cinta yang sempat diagungkan perlahan menurun ke dasar karena kesadaran diri demi satu kenyataan.Mayasha masih merasakan hal itu. Rasa takut dan rendah diri akan dirinya mematahkan keberaniannya. Meski selama ini hidup dalam keadaan lebih baik, tetapi tidak menghilangkan rasa takut di kepalanya untuk bertemu Tante Elsa ketiga kali. Pertemuan kedua dulu masih menampar sisi wanitanya yang memiliki banyak kekurangan bahkan jauh dari kata sempurna.Lian yang bisa membaca raut wajah wanitanya kembali menggenggam jemari yang masih dihiasi cincin