"Apa kamu bilang! Aku akan menyesal? HH kamu salah, nyatanya aku menyesal bila mempertahankan hubungan ini," tegas Reza.Pria tampan itu tidak menampakan jika dirinya saat ini telah hancur, dihancurkan dengan adanya perselingkuhan sang istri dengan pria lain."Sudahlah aku mau pulang, aku pastikan kamu tidak pulang lagi ke rumahku Taira!" Reza kembali menegaskan bahwa Tiara tidak boleh pulang kerumah. Pria itu pun gegas keluar dari rumah tersebut, kembali menaiki mobilnya."Tuan, Tuan dari mana? Kenapa lama sekali?" tanya Kirana yang saat ini masih duduk manis di dalam mobil, menunggu dengan setia sang majikan kembali.Tanpa menjawab Reza mengemudikan mobilnya kembali, melaju dengan kecepatan yang sedang. Sebenarnya jika saja hanya dirinya sendiri di dalam mobil itu, ia pasti akan melakukan mobil dengan kecepatan tinggi. Namun, pria itu tidak egois karena ia memikirkan sang bayi yang saat ini berada di pangkuan wanita lain bukan ibu kandungnya.Hati siapa yang tak sakit, bila meliha
Tiara melenggang kasar tanpa memperdulikan kediaman sang suami yang sedang berdiam diri. Nampaknya wanita itu sama sekali tidak ada penyesalan walaupun dirinya sudah mempunyai baby Griz, bayi yang lahir dari rahimnya, yang selama ini selalu dicuekin.Pada saat akan memasuki kamar Kirana datang menghampiri sembari sibuk dengan Griz yang sedang digendongnya. Sudah beberapa hari ini Tiara tidak pernah menyapanya lagi, jangankan menyapa menemuinya saja rasanya akhir ini sangat jarang."Nya mau kemana? Sepertinya Griz ingin digendong oleh ibunya," sahut Kirana berusaha ramah menyapa sang majikan yang wajahnya terlihat memendam amarah.Tak ada gubrisan sama sekali Tiara sibuk melenggang ke kamar, membereskan baju lalu memasukannya kedalam koper. 'Ma Syaa Allah, sama anak sendiri gak di tengok-tengok. Ibu macam apa? Aku aja yang jauh dari anakku rasanya rindu sekali. Sedangkan Nyonya Tiara bisa bebas kapan saja memeluk anaknya tapi dia malah menyia-nyiakan itu. Aku heran padanya,' batin Kir
Malam pun semakin larut, hanya terdengar suara dari arah jarum jam terus berputar detik demi detik. 5 menit lagi jam 1 malam, akan tetapi pria muda itu masih terdiam taman sendirian. Udara terasa dingin hingga menusuk ke tulang, membuat Kirana pun tidak bisa melepaskan jaket bulunya. "Tuan, tidak baik berlama-lama diam di luar. Sebaiknya masuk kedalam rumah untuk beristirahat." Kirana menghembuskan nafasnya, dengan langkah pelan ia menghampiri pria muda yang sedang galau itu. Walaupun Reza dan istrinya sudah pisah ranjang akan tetapi semakin kesini Reza merasakan hal yang berat untuk menceraikan sang istri. Sejenak pria muda itu menoleh ke arah suara."Aku sedang tidak ingin tidur, kalau kamu mau tidur tinggal tidur saja. Biarkan saya disini, saya hanya ingin menyendiri," timpal Reza cuek bebek. "Tapi Tuan, besok Tuan Reza harus kerja dan harus bangun pagi, apa gak sebaiknya Tuan segera tidur. Tidak baik juga untuk kesehatan bila terlalu larut malam diluar." Kirana sepertinya san
Sinar matahari pagi begitu hangat menyinari kamar Reza Kusuma. Gorden yang tak sempat ditutup dari semalam membuat Sinar matahari itu leluasa untuk masuk menyinari. Mata sipit itu dengan pelan terbuka, walaupun kepalanya teramat sakit ia terus berusaha untuk bangun. Gara-gara akhir ini ia selalu gadang sebab pikiran yang terguncang membuatnya terlambat untuk kerja pagi ini. Pria bermata sipit itu menoleh ke arah jam kecil atas nakas. Ternyata jarum jam tersebut sudah menunjukan jam 8 pagi. "Astaghfirullah aku terlambat, bagaimana ini." Pria tampan itu merogoh ponsel yang tersimpan dibawah bantal, terdapat beberapa panggilan tidak terjawab dari sekretarisnya dikantor. Padahal hari ini ada meeting penting, tidak mungkin jika pria itu tidak hadir.Beberapa menit pun berlalu pria muda itu langsung melenggang tergesa untuk pergi kekantor tanpa mengisi perut terlebih dulu. "Tuan Reza," Kirana yang sedang menggendong Griz langsung menghampiri kediaman majikannya. "Iya ada apa Kirana?"
"Tu-Tuan Reza, se-sejak kapan Tuan berada disini?" Meli nampak gugup tatkala Reza sudah berada dibelakangnya. Setahu Meli majikannya seharusnya sudah berangkat kerja. Namun, kenapa sekarang masih berada dirumah ini.Wanita yang berprofesi sebagai asisten rumah tangga itu nampak takut, tangannya pun ikut gemetar. "Bukankah saya gaji kamu disini untuk kerja ya? Tapi kenapa kerjaan kamu, kamu kasih pada Kirana. Bukankah kamu tahu juga kalau Kirana sehari-harinya hanya mengurus anakku?!" Reza menegaskan jika mereka mempunyai pekerjaan masing-masing."Tau Tuan, tadi saya hanya bercanda kok. Lagian saya gak berani sama sekali, maaf Tuan." Meli nampak semakin ketakutan jika dirinya dikeluarkan dari kerjaan yang sudah 5 tahun ini bekerja disini bersama Reza dan keluarga."Tapi Tuan, lihat jidat saya berdarah. Ini semua itu gara-gara Kirana, kalau saja semalam dia tidak mendorong tubuh saya, mungkin kepala saya tidak sakit begini. Sekarang saja rasanya pusing sekali, akibat terlalu banyak
Tok! Tok! Tok!Gedoran demi gedoran terdengar di telinga pria muda yang statusnya sedang galau itu. Reza Kusuma begitu terganggu saat sang pembantu tak kunjung membukakan pintu. "Kemana Kirana dan Meli, mengapa mereka tidak membuka pintu," gumam Reza sembari terdiam tatkala ada orang yang menggedor pintu dengan kasar. Pada akhirnya pria tampan itu pun mengambil tindakan, sebab suara yang begitu kasar.Pada saat Reza sudah sampai di ruang utama hendak akan membuka pintu tiba-tiba Kirana pun menghampiri. "Tuan biar saya yang bukakan pintu," sahut Kirana sembari tangan memegang knop pintu. Reza pun masih terdiam dan enggan untuk melangkahkan kaki melanjutkan rencana ya tadi. Kriiieeet! Pintu Pun terbuka lebar, terdapat dua sejoli yang menurut Kirana sangat tidak asing di matanya. Dan disana terdapat pria yang selama ini dicarinya dan bahkan mungkin sekarang akan teramat dibencinya. "Dia, sedang apa dia disini?" Alvin terlonjak kaget tatkala melihat sang mantan yang disia-siakan ber
Reza memperlihatkan sikapnya yang mesra di depan mantan istrinya dan juga Alvin. Membuat Tiara yang saat itu melihat mencibirkan bibir.'Apa maksudnya Tuan Reza? Mengapa dia memegang kedua tanganku begitu erat. Apa dia melakukan semua ini agar Mbak Tiara malu?' batin Kirana ikut bertanya."Aku tak menyangka ya Mas, sekarang selera kamu rendahan banget. Dulu kamu nikahi ratu tapi sekarang kamu malah nikahi babu. Lucu banget tau gak," cibir Tiara diiringi gelak tawa yang begitu menghina.Sedangkan Kirana masih tak percaya dan begitu tegang saat dirinya berada disebelah majikannya. Rasanya seperti mimpi bisa sedekat itu."Aku tak perduli mau ratu ataupun babu, yang jelas aku butuh kesetiaan bukan hanya janji dusta!" Reza menatap mantan istri dengan tatapan kecewa dan amarah yang tak terbendung lagi."Oyah, kita lihat saja nanti Mas, kamu akan bertahan lama atau tidak bersama calon istri baru kamu ini, dia begitu udik. Aku tak percaya kamu bisa mencintainya seperti kamu mencintai aku Mas
"Ngapain Lo senyum senyum gak jelas gitu?! Kayaknya ada yang lagi ngarep nih sama Tuan Reza! Hah jangan terlalu percaya diri kamu! Tuan Reza gak cocok sama kamu, beliau cocoknya sama Meli Kusuma."Di lantai dua terdapat Meli yang sudah siap berdiri di hadapan Kirana. Sepertinya wanita itu sudah melihat gelagat Kirana sejak tadi. Kirana pun tak menggubrisnya sama sekali, ia bahkan hanya memberi seulah senyum ramah."Aku doakan semoga Mbak Meli sama Tuan Reza berjodoh,"sahut Kirana tak ingin berbasa-basi. "Ia harus banget lah, kalau pun tak berjodoh pokoknya harus dijodohin." Tok! Tok! Tok!Ditengah perbincangan antara Kirana dan Meli tiba-tiba suara gedoran pintu itu hadir lagi. Serentak membuat pikiran Kirana heran."Masa iya Mbak Tiara datang lagi, atau jangan-jangan bersama Mas Alvin lagi," pikir Kirana mulai merasa resah saat dirinya harus membukakan lagi pintu untuk sang mantan pacar yang sudah menyia-nyiakannya itu."Kirana Lo budek ya? Di luar ada tamu ketuk pintu!" pekik Meli