“Sepertinya para makhluk yang ada disini sengaja menjahili ku supaya aku tidak bisa mengejar makhluk yang membawa Oha itu, ” pikirku sambil berjalan ke arah pohon beringin yang kini tepat berada di lapangan itu.
Settt
Settt
Settt
Para kuntilanak yang duduk di atas ranting-ranting pohon beringin besar itu kini semakin lama semakin banyak, beberapa dari mereka bahkan berwarna merah darah. Lebih banyak daripada yang sering aku lihat di gerbang pintu masuk Gunung Sepuh.
Wajahnya tertutup oleh rambut yang berantakan, namun aku tahu mereka sepertinya sangat waspada kepadaku, terlihat dari aura yang dikeluarkan oleh kuntilanak itu dengan mata merah yang muncul dari sela-sela rambut yang berantakan tersebut.
Terima kasih sudah menjadi pembaca setia WARUNG TENGAH MALAM ya
Vote dan Komen bintang lima ya supaya saya masih tetap semangat untuk uploab bab terbaru
Apabila ada kritik dan saran bisa follow hanzociwidey ya
terima kasih.
Wanita itu sepertinya sangat hafal dengan leluhurku, sehingga dia mengetahui Bapak, Kakek bahkan Ki Wisesa. “Hampura lamun para makhluk didieu nyieun maneh nepi pindah alam. (Mohon maaf kalau para makhluk disini membuat kamu sampe harus berpindah alam. )” Secara mengejutkan wanita itu meminta maaf kepadaku mewakili para mahluk yang tadi datang dan mengagetkanku ketika tempat ini masih menjadi pemakaman Kampung Sepuh. Namun wibawanya sebagai pemimpin di tempat ini masih terlihat ketika dia sedikit menundukan kepalanya kepadaku untuk meminta maaf, atas apa yang dilakukan pada makhluk itu kepadaku beberapa waktu yang lalu. “Soalna, para makhluk didieu ngan bisa ngadahar rasa sieun anu osok dikaluarkeun ku jelema. (Soalnya, para makhluk disini hanya bisa memakan rasa tak
Tidak Semua makhluk-makhluk yang berada di Kampung Sepuh, merupakan makhluk yang datang dari Gunung Sepuh. Namun ada juga para makhluk-makhluk yang lain yang tinggal di area-area tertentu di sekitaran kampung. Banyak mitos-mitos yang beredar pula tentang makhluk-makhluk ini, namun mereka hanya muncul dan mengganggu para manusia. Tidak serta merta mengajak mereka menjadi bagian dari mereka, dengan iming-iming kekuasaan, keilmuan dan jabatan yang dibantu oleh mereka secara instan. Seperti ada sebuah cerita yang bilang bahwa, suka ada penampakan seorang nenek-nenek yang sedang membawa kayu bakar, yang sering muncul pada sore hari hingga malam hari di kebun teh depan kampung yang sering melintas menyebrang di jalan ke arah Kampung Sepuh. Biasanya nenek-nenek itu akan menyapa semua orang yang ingin datang ke Kampung S
Leuwi, atau dalam bahasa sunda disebut lubuk. Adalah sebuah kata yang berarti bagian terdalam dari wilayah perairan seperti sungai, danau, dan laut. Kata ini dapat pula berarti cekungan paling dalam di dasar sungai. Aliran air di lubuk biasanya tenang atau bahkan relatif tidak mengalir. Namun, dapat terjadi arus kuat di bagian dasar lubuk jika terdapat arus bawah yang kuat. Di daerah sunda, terutama pada jaman dahulu. Masyarakat menyebut suatu tempat disungai yang dalam dengan kata leuwi, namun biasanya ada kata penambah sebagai pelengkap. Seperti Leuwi Domba, berarti di daerah tersebut apabila kita memasukan domba kedalam leuwi tersebut, domba tersebut bisa tenggelam saking dalamnya. Apalagi kalau bernama Leuwi Munding atau kerbau, ber
Kalong Wewe, sebuah sebutan untuk makhluk wanita yang bisa merubah dirinya menjadi kelelawar yang sangat besar. Kalong wewe yang berarti pula awewe (wanita), kelelawar ini merupakan sebuah makhluk yang mempunyai wujud asli berupa kelelawar, dan tak jarang dia merubah dirinya menjadi wanita ketika bertemu manusia. Berbeda dengan Wewe Gombel yang mungkin lebih terkenal dibandingkan dengan Kalong Wewe. Wewe Gombel pada dasarnya adalah makhluk halus berbentuk wanita yang sering muncul di daerah gombel yang berada di Semarang Jawa Tengah, meskipun keduanya mempunyai sifat yang sama, yaitu sering kali menculik anak manusia. Namun dari segi fisik kedua makhluk itu sangatlah berbeda. Sudah terjadi dua kali kejadian yang melibatkan kalong wewe ini seperti yang diceritakan Mang Darman tadi pagi. Yang sempat membuat g
“Ki, gimana kita sudah bisa menyebrang? ” Kataku yang berteriak ke Aki Karma yang kini sudah berenang dan sampai di mulut gua. Aki Karma hanya mengangkat tanganya, yang mengisyaratkan bahwa kita semua sudah bisa mulai berenang dengan memegang tali tambang yang sudah Aki Karma ikat ke pohon yang menempel di dinding tebing dekat gua itu. Meskipun Aki Karma adalah orang yang paling tua yang berada di dalam rombongan tersebut, namun keberaniannya patut diacungi jempol. Dia menguasai beberapa keahlian yang menurutku sangat berguna, seperti sekarang ini. Dia dengan santainya berenang menyusuri sungai yang dalam itu tanpa kesulitan sama sekali. meskipun arus sungai tersebut begitu tenang, namun tak semua orang yang bisa dalam waktu yang lama, seperti Aki Karma ini. “A
Pada sore hari yang cerah dengan sinar matahari yang terlihat lebih menguning kemerah-merahan yang masih berusaha menerangi Kampung Sepuh sebelum malam menggantikan cahayanya yang perlahan-lahan redup. Terlihat sebuah rombongan datang dari arah pemakaman menuju kampung, orang-orang tersebut terlihat sangat lelah dan kecapean. Juga beberapa dari mereka bahkan basah kuyup dan kotor akibat lumpur, wajah mereka terlihat tertunduk dan putus asa. Karena mereka tidak berhasil menemukan sesuatu yang mereka cari dengan susah payah. “Sabar ya Pak Asep, kita sekarang hanya bisa doain aja biar Oha selamat, ” Kata Mang Darman yang mencoba menenangkan Pak Asep yang berada di sampingnya.
“Serius Pak Asep?” Kataku yang belum percaya atas apa yang dibicarakan Pak Asep di depan warung pada malam itu. “Serius Jang, beneran, bantu aku Jang. Meskipun tadi siang tidak ada apapun di sana, tapi tadi aku bermimpi bahwa si Oha meminta tolong, dan gua nya sama persis dengan yang ada di Leuwi Jurig itu. ” Pak Asep memohon kepadaku untuk mengantarnya kembali ke Leuwi Jurig padahal malam sudah larut, aku sebenarnya khawatir kepada Pak Asep. Aku tidak mau mereka seperti Mang Darman dan Mang Rusdi, yang kini mengetahui bagaimana keadaan Kampung Sepuh dan sekitarnya ketika malam hari. Dan aku takut Pak Asep tidak akan kuat menghadapi itu semua ketika Pak Asep bertemu dengan para makhluk yang muncul di sekitaran kampung ketika malam tiba. “Oke Pak, aku bisa bantu Pak A
Sesosok makhluk yang menggantung di atas pohon yang berada di dekat Pak Asep, makhluk dengan kain kafan kotor di seluruh tubuhnya. Dengan tangan yang diikat dan sebuah tali yang mengikat kepalanya, wajahnya yang hitam terlihat sangat menyeramkan, apalagi di kala gelap seperti ini. Yang terlihat hanyalah matanya yang merah menatap jelas ke arah Pak Asep yang berada tepat di bawahnya. Haaaaaaaaaaaaaaaah Mulutnya terbuka, terasa bau yang sangat busuk disertai air liur yang menetes secara perlahan ke atas pundak Pak Asep. Baru kali ini Pak Asep melihat sesosok makhluk dengan jarak yang sangat dekat, keberanian yang dia kumpulkan untuk mencari anaknya kini mendadak sirna, berganti dengan rasa takut yang keluar yang ada dalam dirinya. Dirinya