Pada sore hari yang cerah dengan sinar matahari yang terlihat lebih menguning kemerah-merahan yang masih berusaha menerangi Kampung Sepuh sebelum malam menggantikan cahayanya yang perlahan-lahan redup.
Terlihat sebuah rombongan datang dari arah pemakaman menuju kampung, orang-orang tersebut terlihat sangat lelah dan kecapean. Juga beberapa dari mereka bahkan basah kuyup dan kotor akibat lumpur, wajah mereka terlihat tertunduk dan putus asa. Karena mereka tidak berhasil menemukan sesuatu yang mereka cari dengan susah payah.
“Sabar ya Pak Asep, kita sekarang hanya bisa doain aja biar Oha selamat, ” Kata Mang Darman yang mencoba menenangkan Pak Asep yang berada di sampingnya.
Terima kasih sudah menjadi pembaca setia WARUNG TENGAH MALAM ya Vote dan Komen bintang lima ya supaya saya masih tetap semangat untuk uploab bab terbaru terima kasih.
“Serius Pak Asep?” Kataku yang belum percaya atas apa yang dibicarakan Pak Asep di depan warung pada malam itu. “Serius Jang, beneran, bantu aku Jang. Meskipun tadi siang tidak ada apapun di sana, tapi tadi aku bermimpi bahwa si Oha meminta tolong, dan gua nya sama persis dengan yang ada di Leuwi Jurig itu. ” Pak Asep memohon kepadaku untuk mengantarnya kembali ke Leuwi Jurig padahal malam sudah larut, aku sebenarnya khawatir kepada Pak Asep. Aku tidak mau mereka seperti Mang Darman dan Mang Rusdi, yang kini mengetahui bagaimana keadaan Kampung Sepuh dan sekitarnya ketika malam hari. Dan aku takut Pak Asep tidak akan kuat menghadapi itu semua ketika Pak Asep bertemu dengan para makhluk yang muncul di sekitaran kampung ketika malam tiba. “Oke Pak, aku bisa bantu Pak A
Sesosok makhluk yang menggantung di atas pohon yang berada di dekat Pak Asep, makhluk dengan kain kafan kotor di seluruh tubuhnya. Dengan tangan yang diikat dan sebuah tali yang mengikat kepalanya, wajahnya yang hitam terlihat sangat menyeramkan, apalagi di kala gelap seperti ini. Yang terlihat hanyalah matanya yang merah menatap jelas ke arah Pak Asep yang berada tepat di bawahnya. Haaaaaaaaaaaaaaaah Mulutnya terbuka, terasa bau yang sangat busuk disertai air liur yang menetes secara perlahan ke atas pundak Pak Asep. Baru kali ini Pak Asep melihat sesosok makhluk dengan jarak yang sangat dekat, keberanian yang dia kumpulkan untuk mencari anaknya kini mendadak sirna, berganti dengan rasa takut yang keluar yang ada dalam dirinya. Dirinya
“Jang, tinggal dikit lagi Jang kita sampai kesana,” Kata Pak Asep sambil menunjuk ke arah sebuah gua besar yang menganga di ujung sana. Tali panjang yang tadi dipasang ketika siang belum dilepas oleh Aki Karma, tali tambang itu masih membentang di aliran sungai yang dingin di kala malam di pegunungan. Aku sebenarnya belum siap untuk hal ini, air pegunungan terasa dingin di siang hari, apalagi di malam hari, sama saja kita mandi dengan air es. Karena di sekitaran Gunung Sepuh dan Kampung Sepuh ini, untuk cuaca pagi hari saja bisa 15° Celcius, apalagi tengah malam seperti ini. “Hayu Jang, tinggal kita nyebur kesana! ” Kata Pak Asep yang kini terlihat bersemangat
Sebuah kepala yang secara tiba-tiba muncul dan mengagetkan Pak Asep yang sedang duduk termenung di pinggir sungai. Rambutnya yang panjang dan basah terlihat mengambang di aliran air sungai yang tenang itu. Aku yang pada saat itu sedang berpikir untuk mencari cara agar bisa menyeberangi sungai tersebut sontak melihat ke arah sungai, tepat setelah Pak Asep berteriak kepadaku dan menunjuk ke arah makhluk yang secara perlahan muncul di sungai itu. “Diam Pak Asep, jangan melarikan diri lagi seperti tadi di pemakaman,” Kataku yang melarang Pak Asep agar tidak bergerak. Situasinya sekarang berbeda dengan pemakaman yang tadi dilewati oleh kita berdua, apabila Pak Asep kembali ketakutan dan berlari menyusuri sungai dengan terburu-buru, ditakutka
Seketika cacian dan makian keluar dari dalam dalam diriku pada saat itu, sebuah kemarahan yang memuncak karena melihat seseorang yang aku kenal dipermainkan oleh para makhluk yang bisa saja, hal itu bisa mengancam nyawanya. Dia ternyata, Makhluk itu sengaja menunggu kita berdua lengah pada saat itu, setelah awalnya makhluk itu gagal menggulung Pak Asep ketika pertama kali kaki Pak Asep menginjak permukaan air untuk berenang di sana. Kali ini dia sengaja muncul tanpa ada gerakan sedikit pun, menunggu kita berdua untuk lengah dan dengan cepat menarik salah satu dari kita ke dalam sungai yang sangat dalam itu. Aku tidak bisa menggerakan tubuhku pada saat ini, lagi-lagi dengan kemarahan yang memuncak dan muncul secara tiba-tiba, seperti ada yang mengambil alih tubuhku ketika saat-saat seperti ini. Aku tahu ini bukan
Aku melihat Pak Asep yang kini sedang duduk dan menyenderkan badannya di tebing dekat mulut gua, badannya tampak kelelahan dan kedinginan. Karena air sungai di pegunungan pada malam hari sangat menusuk kulit. Badan Pak Asep bergetar hebat, tubuh dan jiwanya kini terguncang atas kejadian yang tadi menimpanya. Baru kali ini dia merasakan dipermainkan oleh makhluk yang bukan dari kalangan manusia, bahkan beberapa dari mereka, berani untuk menarik Pak Asep ke dalam sungai Leuwi Jurig yang dalam ini. “Pak, lebih baik Pak Asep menunggu di sini. Biar aku ke dalam mencari Oha.” Kataku sambil membuka bajuku dan memberikannya ke Pak Asep untuk sekedar menghangatkan badannya yang menggigil kedinginan. Baju dan celanaku masih terasa kering, karena
“OHAAAAAA, BANGUN OHAAAAAA!!” Aku berteriak-teriak mencoba membangunkan Oha yang sedang tertidur lelap di atas tumpukan jerami dengan beberapa anak lainnya. Namun nampaknya, Oha tidak mendengar apapun yang aku teriakan. dia masih saja tidur dengan nyaman di tumpukan jerami itu dan tidak menghiraukan suara berisik di sekitarnya. Meskipun Kalong Wewe yang mengaku dirinya Dini itu berteriak juga kepadaku dengan nada yang marah, tapi sama sekali tidak aku gubris. Karena aku melihat Oha yang dicari oleh Bapaknya selama ini sekarang ada tepat di depan mataku. Kalong Wewe itu tampak semakin marah, dia kemudian berdiri dan melangkah ke arahku. Dengan tatapan yang tajam dan mengancam, supaya aku bis
EuggghhhAku merasakan sakit di dahi, rasa sakit dan pusing secara tiba-tiba terasa olehku. Belum lagi luka-luka gigitan dari kelelawar yang memenuhi tubuhku saat ini, seketika sekujur tubuhku berdarah. Hingga kaus dalam yang berwarna putih kini terlihat banyak sekali noda berwarna merah yang muncul di beberapa bagian.Di depanku terlihat empat sosok anak kecil berwarna hitam pekat yang berdiri tepat di depanku, mereka tiba-tiba datang dan menundukan kepala padaku saat itu juga, empat sosok anak kecil berwarna hitam legam di sekujur tubuhnya.Meskipun mereka semua hampir sama, namun mereka mempunyai ciri masing-masing, yaitu luka goresan kecil yang letaknya berbeda beda. Ada luka goresan di kepala, kaki, badan, dan tangan.