Banyak sekali cara untuk manusia yang ingin sekali mendapatkan kekayaan yang sangat instan, terutama bagi orang yang mempunyai tujuan tertentu dalam hidupnya, dan kekayaan sangatlah penting bagi mereka untuk menjadi salah satu syarat mencapai hal itu.
Dan inilah yang dilakukan Pak Ardi kurang lebih 20 tahun ke belakang, setelah dirinya lulus dan menjadi Sarjana Politik dengan beasiswa dan hasil akhir yang baik.
Cita-citanya dari kecil adalah menjadi politisi, dan Pak Ardi sudah memiliki otak yang cerdas sedari kecil. Sehingga tak jarang dia seringkali menyabet penghargaan dan memenangkan lomba debat sewaktu sekolah, dan mendapatkan beasiswa untuk kuliah ilmu politik di ibu kota.
Namun kenyataannya, impiannya harus sirna. Selain kepintar
Terima kasih sudah menjadi pembaca setia WARUNG TENGAH MALAM Jangan lupa support WARUNG TENGAH MALAM di dalam event Goodnovelvaganza di media sosial resmi .. tata cara supportnya ada dipostingan tersebut.. Vote dan Komen bintang lima ya supaya saya masih tetap semangat untuk uploab bab terbaru terima kasih
Nenek-nenek itu melambaikan tangannya yang sudah keriput, mencoba mengajak Pak Ardi dan Anton mendekati gubuk itu. Anton yang sudah tahu maksud kedatangannya ke gubuk itu berjalan mendekati nenek itu dengan santainya.Namun berbeda dengan Pak Ardi, pikirannya yang selama ini memikirkan hal-hal yang logis mendadak terhenti.“Mana mungkin ada nenek-nenek yang diam di gubuk tua di tengah hutan begini," pikir Pak ArdiNamun hal itu di tepis kembali oleh Anton.“Heh! ”“Jangan melamun, bahaya!” Kata Anton kembali memperingatkan Pak Ardi.“Hayu kita ke dalam aja, dia sudah d
Sebuah gubuk kecil di tengah hutan Gunung Sepuh yang gelap gulita, gubuk yang berada di ujung sebuah tebing curam yang menjulang tinggi tanpa ada satupun gubuk yang lain di sekitarnya. Namun ternyata itu bukanlah gubuk biasa, itu adalah suatu tempat yang diyakini oleh para manusia sebagai gubuk ritual kandang bubrah yang datang ke Gunung Sepuh. Gubuk itu terlihat biasa dari luar, Anton yang diajak keluar ruangan oleh nenek penghuni gubuk itu hanya bisa menunggu diluar gubuk selama tiga hari lamanya. Tidur beralaskan tanah dan beratapkan pepohonan rindang yang menemaninya selama tiga hari itu. Sedangkan nenek tersebut kembali masuk ke dalam gubuk ketika Anton menunggu diluar, Anton sendiri sengaja tidak memberitahukan apa yang terjadi pada temannya ketika menginap. Karena dia tidak mau, temannya secara tiba-tiba m
Hihihihihihi... Hihihihihihi... Sosok wanita yang sedang tertawa itu adalah kuntilanak, dari tadi duduk di warung dan menunduk dengan rambutnya yang menutupi wajahnya hanya tertawa melihat Bapak berbicara seperti itu kepada Pak Ardi. Namun Bapak dan Pak Ardi seperti sudah tidak memperdulikan kuntilanak yang sedang duduk itu, karena mereka tahu bahwa wanita itu bukanlah manusia seperti mereka berdua. “Si Bapak eta mah, geus bolak-balik ngaliwatan gerbang. Unggal kaluar ti Gunung Sepuh anu nuturkeun teh beuki loba, teuing kumaha lamun engke pas paehna, dipotongan meureun awakna jang di bagi-bagi. (Si Bapak itu, sudah bolak-balik melewati gerbang. Tiap keluar dari Gunung Sepuh yang ngikutin tambah banyak, tidak tahu gimana nanti setelah mati, mungkin dipotong-potong bad
Trak Trak Trak Langit, warung, rumah, jalan, pohon berubah seperti retakan-retakan tipis yang melayang di udara. Dan secara bertahap retakan itu semakin membesar dan membesar hingga mengelilingi Bapak dan Pak Ardi yang ada di sana. Retakan-retakan itu seketika runtuh, menjadi serpihan-serpihan kecil seperti kaca yang dipecahkan oleh benda keras, dan pecahan-pecahanya itu jatuh ke tanah dan seketika menghilang ketika pecahan itu menyentuh tanah. Pak Ardi sungguh kaget atas apa yang dilakukan Bapak, dan dia melihat seluruh tempat di sekitarnya seketika berubah. Suasananya kini nampak tambah menyeramkan, Kampung Sepuh mendadak berubah menjadi Kampung yang lain. Dan hal itu adalah hal yang baru saja dilihat pertama kali oleh Pak Ardi. Rumah-rumah yang berdiri di kampung seketika menjadi rumah-rumah yang tampak kosong, dengan dinding yang terbuat dari kayu dan bilik, juga dengan cahaya obor yang menyala di depan rumah. Dan t
“Bapak, Bapak? Kok sinyalnya ga jelas pak. Hiks hiks. ” “Bapak cepat pulang Pak! ” Pak Ardi tampak kaget atas apa yang dibicarakan Agus lewat telepon yang berdering sesaat setelah dia dan Bapak keluar dari Gunung Sepuh. Tangan Pak Ardi bergetar hebat, keringat dingin muncul di wajahnya. Meskipun terdengar suara Agus yang sedang memanggil-manggil dirinya di telepon, dia tidak bisa berkata-kata, telepon yang digenggamnya pun terjatuh begitu saja dan wajah Pak Ardi pun terlihat sangat syok menahan kesedihan yang dia rasakan sekarang. Orang tuanya yang selama ini dia bantu setelah di PHK dari tempat kerjanya, dan selalu menjadi penyemangat Pak Ardi untuk menggapai cita-citanya kini sudah tidak bernyawa. Apalagi posisi dirinya saat ini tidak berada di dekat orang tuanya. Bapak hanya terdiam melihat Pak Ardi, dia juga menyesali apa yang dia perbuat. Bapak sepertinya kalah cepat dengan makhluk-makhluk di Gunung Sepuh yang lebih dulu mengikat orang tu
Sebuah ruangan kecil berukuran 3 x 3 meter dengan lampu yang menyala sangat redup, terlihat beberapa benda pusaka yang berjajar sangat rapi di sudut ruangan itu. Juga banyak ornamen-ornamen yang menyeramkan menggantung di dinding dan langit-langit ruangan yang memberikan kesan mistis yang mendalam bagi siapa pun yang datang ke ruangan tersebut.Didalamnya hanya terdapat Mbah Walang yang sedang duduk bersila, bersamaan dengan barang-barang yang ada di depannya. Sebuah tempat berwarna emas dengan bara api di dalamnya, juga kembang tujuh rupa yang tersebar di seluruh ruangan itu, serta benda-benda tajam yang dibungkus oleh kain kafan berwarna putih yang sudah kotor.Mbah Walang tampaknya kali ini sedang serius, matanya terpejam juga tangannya yang lihai yang sedang terlihat menabur abu ke dalam dupa yang menyala itu. Sehingga muncul sebuah asap yang mengepul di da
Aku berada di posisi yang sangat tidak diuntungkan. Di dalam warung ada Pak Ardi yang kini kondisinya tidak sadarkan diri, dengan darah yang terlihat membekas di sekitar mulutnya.Dan aku juga melihat di depan warung, ada Sima dengan kondisi yang penuh luka di sekujur tubuhnya, bulu-bulu putih yang ada padanya kini memerah. Menandakan, banyaknya luka yang diterima olehnya.Juga di beberapa bagian, terdapat luka bakar yang membekas di sekujur tubuhnya.Nafasnya juga kini terengah-engah, sepertinya Sima sudah bertarung habis-habisan dengan banaspati yang ada di depannya, dan beberapa serangan dari banaspati itu nampaknya terkena Pak Ardi yang tidak tahu apa-apa. Sehingga menyebabkan dirinya muntah darah seperti itu.Sima sepertinya tidak memperdulikan aku dan Pak Ardi yang berada di dalam warung, dia seperti ini semata-mata menjaga Ibu dari gangguan santet yang mungkin saja akan menjadi target oleh banaspati itu.Sebuah pengorbanan yang besar sebagai
Buta atau dalam bahasa sanskerta disebut Bhuta, adalah sebutan bagi para makhluk yang mempunyai tubuh raksasa yang sangat besar, buta digambarkan sebagai makhluk penculik anak kecil dalam cerita-cerita rakyat, dan buta juga digambarkan sebagai makhluk yang jahat di dalam pewayangan.Buta dalam filosofi sunda adalah seseorang yang gelap mata atas semua kejahatan yang dilakukannya, dia tidak melihat apa yang terjadi di dalam lingkunganya, dan semua yang dia lakukan hanyalah untuk kesenangan dia semata. Tidak peduli dengan orang lain yang menderita.Namun apa yang kulihat adalah buta yang sebenarnya bukan seorang manusia yang jahat sehingga menjadi gelap mata, buta yang tinggi besar melebihi pepohonan yang tinggi yang berada di depan warung.Sebuah raksasa, yang hanya dengan satu hempasan tangannya saja, mungkin