Beberapa hari kemudian, Raja Wanara langsung mengumpulkan para senapati dan panglima perangnya, karena akan membahas langkah selanjutnya. Terkait serangan terhadap jantung pertahanan kerajaan Rawamerta dengan sasaran utama menghancurkan istana tersebut, dan membinasakan Prabu Bagaskara.
"Maaf, Baginda Raja. Apakah kita langsung menghabisi mereka atau menangkap mereka untuk dijadikan tahanan perang?" bertanya Senapati Jasena, seakan-akan ia tidak ingin salah dalam mengambil keputusan jika kondisi prajurit dalam keadaan terdesak.
"Binasakan mereka, tapi jangan kalian bunuh Prabu Bagaskara! Karena tanganku sendiri yang akan membunuhnya!" jawab Raja Wanara tampak bergejolak amarah di dadanya.
Begitu pula dengan apa yang dirasakan oleh Senapati Sumadra, ia sangat geram dengan perilaku raja sombong itu. Senapati Sumadra merasa dendam ketika melihat keluarganya dibantai oleh para prajurit kerajaan Rawamerta, itu semua atas perintah Prabu Bagaskara.
"Baik, Bagind
Dalam serangan tersebut, pasukan kerajaan Bumi akhirnya dapat melumpuhkan pihak prajurit dari pasukan kerajaan Rawamerta yang berkoalisi dengan pasukan kerajaan Pulau Gelatik dan pasukan kerajaan Jantara yang mendukung pemerintahan Prabu Bagaskara.Dengan sangat mudah, para prajurit kerajaan Bumi telah berhasil menguasai istana kerajaan Rawamerta, dan penguasa kerajaan tersebut pun telah tewas di tangan sang raja Bumi.Pertempuran tersebut, tidak terlalu memilki beban yang berat bagi pasukan kerajaan Bumi. Meskipun musuh mereka tergabung dalam tiga pasukan besar dari tiga kerajaan. Karena kekuatan mereka sudah dapat diprediksi sebelumnya oleh Senapati Jasena dan para prajuritnya.Jumlah prajurit dari kesatuan pasukan kerajaan Bumi sangatlah jauh lebih banyak dibandingkan dengan prajurit dari pasukan kerajaan Rawamerta, dan kedua kerajaan sekutunya. Mereka hanya berjumlah delapan belas ribu saja.Saat itu, sang raja bumi sudah kembali ke istana kepatihan D
Setibanya di tempat yang dituju, secara mengesankan tubuh Senapati Jasena melesat tinggi dari atas kudanya. Kemudian memutar kencang menerobos barisan prajurit kerajaan Jantara yang bersenjatakan lengkap, dan tengah bertempur melawan pasukan kerajaan Bumi.Para prajurit itu pun terpental satu persatu, seiring dengan terpaan angin yang berhembus dari putaran dahsyat tubuh Senapati Jasena. Demikian pula dengan para prajurit yang baru tiba, serentak mereka meloncat dari kuda-kuda mereka, dan langsung menyerbu barisan pertahanan lawan.Melihat pemandangan seperti itu, seorang pemimpin pasukan kerajaan Jantara terkesima dan mulai berpikir untuk segera memerintahkan para prajuritnya agar segera mundur."Benar yang dikatakan oleh tuan raja, bahwa pasukan kerajaan Bumi bak seperti siluman yang menguasai dasar ilmu kanuragan yang sangat tinggi dan hebat!" desisnya. "Jika keadaan seperti ini terus, mau tidak mau aku harus menarik mundur pasukanku," tambahnya sambil mengam
Dua hari kemudian, Maha Patih Ramanggala mengadakan kunjungan ke barak prajurit yang ada di tepi pantai di wilayah utara kerajaan Bumi.Saat itu, maha patih langsung menggelar pertemuan dengan para petinggi prajurit yang bertugas di wilayah tersebut. Ada banyak hal yang dibahas dalam perundingan itu, salah satunya adalah terkait pertahanan di wilayah itu."Ada beberapa meriam yang sudah tiba di barak ini?" tanya Maha Patih Ramanggala mengarah kepada Panglima Bonggala."Ada sekitar 20 meriam, Gusti Maha Patih," jawab Panglima Bonggala bersikap ramah.Panglima Bonggala merupakan seorang kepercayaan sang raja yang ditugaskan untuk memimpin pasukan khusus yang ada di barak tersebut. Ia bertugas bersama lima ribu prajurit dibantu oleh Panglima Bramasta dari kepatihan Dang Resta yang sewaktu-waktu datang ke barak tersebut untuk memastikan keamanan di wilayah itu yang masuk ke dalam pemerintahan kepatihan Dang Resta. Karena dirinya menjadi seorang punggawa yang bertangg
Akan tetapi, Panglima Jumarata tampak seperti memiliki kekuatan baru. Dengan pergerakan yang sangat cepat dan lincah, ia mampu bangkit kembali, dan langsung memburu lawannya dengan sebilah pedang dalam genggaman tangannya yang ia sabetkan secara beruntun kepada lawan tandingnya itu."Aku tidak akan pernah kalah oleh prajurit sepertimu!" bentak Panglima Jumarata langsung menyerang dengan begitu ganasnya.Pertarungan keduanya pun kembali berlangsung dengan begitu sengit, diwarnai oleh permainan pedang, dan tendangan serta pukulan silih berganti.Namun, sang prajurit kerajaan Bumi, ternyata lebih unggul dan menguasai jalannya pertarungan tersebut.Hingga pada akhirnya, ia pun dapat mengalahkan Panglima Jumarata dan berhasil melukai pergelangan tangan lawannya dengan sabetan pedangnya."Kau memang beruntung. Tapi ingat! Aku akan kembali membalas semuanya," kata Panglima Jumarata sambil meringis menahan sakit.Tanpa terduga sebuah tendangan keras meluncur dengan sangat
Baru saja Raja Wanara hendak memerintahkan Senapati Sumadra agar segera melakukan persiapan perang. Ternyata, ketika sang raja tiba di barak prajurit, Senapati Sumadra yang kini telah menjadi seorang patih di wilayah kepatihan Waraya barat, sudah lebih dulu mengatur pasukan khususnya. Ia tengah memberi petunjuk kepada para prajuritnya agar bersiaga di posisi yang sudah ditentukan.Melihat kedatangan sang raja, Patih Sumadra dan Panglima Burma langsung bangkit dan menjura, menyambut kedatangan sang raja bumi.Demikian pula dengan para prajurit yang ada di tempat itu, secara serentak mereka pun menjura menyambut kedatangan pimpinan tertinggi di kerajaan Bumi."Selamat datang, Baginda Raja. Terimalah salam hormat kami," sambut Patih Sumadra sambil membungkukkan badan.Raja Wanara tersenyum lebar, dan langsung melakukan perbincangan dengan Patih Sumadra dan Panglima Burma sambil berdiri di tengah-tengah barisan para prajuritnya."Langkah pertama yang hendak dila
Panglima Burma dan para prajuritnya semakin emosi saja mendengar ucapan dari Panglima Darma Seta yang terkesan sombong itu.Dengan demikian, Panglima Burma langsung maju beberapa langkah, dari tangannya sudah tampak sebilah pedang yang siap ia sabetkan ke arah leher Panglima Darma Seta.Akan tetapi, Raja Wanara segera menyeru kepada panglimanya itu, "Hentikan, Panglima! Biarkan saja orang ini berkata semaunya, kita dengarkan saja!" cegah sang raja bersikap tenang.Panglima Burma pun langsung mengurungkan niatnya dan kembali surut ke belakang.Mendengar ucapan Raja Wanara, Panglima Darma Seta lantas tertawa lepas, "Ha ... ha ... ha ...." Lalu berkata dengan sikap angkuh dan jumawa, "Oh, jadi kalian ini belum mengenalku? Asal kalian tahu, aku ini seorang panglima prajurit dari kerajaan Pulau Gelatik. Aku sengaja datang ke tempat ini untuk membekukmu, raja jadi-jadian pengacau bumi! Aku rasa, kau harus menyerah sebelum kerajaan ini hancur!"Sikap Panglima Darma
Keesokan harinya, pasukan kerajaan Bumi yang dipimpin oleh Panglima Burma langsung bergerak ke timur hendak menuju wilayah kepatihan Waraya timur.Pasukan tersebut berbasis di wilayah kepatihan Waraya barat. Mereka akan langsung melakukan serangan terhadap pasukan kerajaan Pulau Gelatik yang sudah hampir satu pekan menduduki sebagian wilayah tenggara kepatihan Waraya timur yang kala itu belum terkendali sepenuhnya oleh pihak kerajaan Bumi.Kepatihan Waraya timur masih kosong dan tidak memiliki pemerintahan setelah kaburnya patih yang memimpin di wilayah kepatihan tersebut, karena menolak untuk bergabung dengan pihak kerajaan Bumi."Apakah sang raja dan gusti Patih sudah berangkat, Panglima?" tanya seorang prajurit senior yang memacu derap langkah kudanya bersebelahan dengan kuda yang ditunggangi sang panglima."Kau tidak perlu memikirkan sang raja dan gusti patih! Mereka akan bergerak sore nanti bersama pasukan yang dipimpin oleh Ki Butrik," jawab Panglima Burma
Setelah tiba di sebuah hutan yang berada di batas wilayah kepatihan Waraya timur dan wilayah kepatihan Waraya barat. Para prajurit kerajaan Pulau Gelatik langsung bersiap siaga untuk menghadang rombongan Raja Wanara dan Patih Sumadra yang diperkirakan akan tiba pada sore nanti melintasi jalan tersebut.Dengan demikian, salah seorang prajurit senior yang dipercaya oleh Panglima Darma Seta dalam memimpin pasukan tersebut, segera memerintahkan para prajurit lainnya untuk langsung bersiap di posisi masing-masing."Kita bersiap di sini! Beritahukan kepada semua prajurit agar menyebar dan bersembunyi terlebih dahulu!" perintah prajurit senior itu kepada kawan-kawannya.Dengan serta-merta, para prajurit itu langsung menyebar sesuai tempat yang sudah ditentukan menunggu datangnya sang raja bumi dan para pengawalnya."Ini adalah tugas yang tidak dipikirkan secara matang oleh Panglima Darma Seta," ujar salah seorang prajurit berkata kepada kawannya.Dua praj