"Aku dari kerja Mas, ini juga aku baru pulang," jawab Belia menjaga jarak dari pria itu, takut kalau sampai Lion bertindak kekerasan lagi.
"Kerja, kerja, kerja mulu! Kalau kaya juga nggak papa! Atau mungkin gajinya lumayan besar! Ini cuma 2 juta lebih, hanya buang-buang waktu saja! Enakan kalau tinggal di rumah melayani hidung belang, itu uangnya bisa lebih banyak lagi dan berlipat kali ganda dibandingkan dengan gajimu yang kecil itu!" Ujar Lion memang benar-benar gila akan harta. "Astaghfirullahaladzim, Mas. Jangan lakukan itu lagi padaku Mas, aku tidak mau mengerjakan dan mendapatkan uang dari hasil yang tidak halal, Mas," Belia menggeleng mulai waspada. Wajah suaminya berubah sinis ketika mendengar ucapan Belia. "Emang apa yang salah dengan pekerjaan itu! Aku juga tidak melihat ada anggota tubuhmu yang berkurang! Dan kamu harus ingat! Seorang istri itu diperintahkan untuk taat pada perintah suaminya! Jadi kamu harus bisa menuruti semua yang aku katakan! Mengerti kamu!" Sentak Lion menunjuk wajah istrinya. "Tidak Mas! Aku tidak mau kau jual lagi! Aku tidak ingin melakukan pekerjaan seperti itu lagi! Ada banyak pekerjaan lain yang bisa aku kerjakan! Bukan menjadi pelacur! Aku tahu gajiku kecil, tapi meski sedikit, itu halal, Mas! Tidak dengan menjadi pelacur!" Belia mulai mengeluarkan protes, tak ingin kalau sampai Lion kembali bertindak gila. Tampak rahang pria itu mengeras, jelas terlihat kalau dia sedang marah. Dan dia tidak terima kalah sampai Belia menolak untuk mengikuti perintahnya. "Kau sudah berani mulai ingin melawanku hah!" Bentak Lion membuka tali pinggang yang sementara ia gunakan. Melihat tindakan pria itu yang seperti ingin bertindak kekerasan. Belia semakin waspada dan takut kalau sampai Lion benar-benar kembali nekat menyakitinya. "T-tidak, Mas... Maksud aku bukan begitu, Mas..." Mulai bergetar takut sembari mundur ke belakang. "Kalau bukan seperti itu! Lalu seperti apa maksudmu hah!" Mengayun tali pinggang di tangannya hampir mengenai Belia jika tidak cepat wanita itu sempat mengelak. "Argh!" Belia menutup kedua netra sembari berteriak takut. Tok tok tok Tindakan Lion terhenti ketika mendengar suara ketukan dari arah luar pintu. Lion dan Belia sama-sama melihat ke arah pintu. "Pergi buka pintunya!" Perintah Lion segera menyimpan tali pinggang yang masih dia pegang. Belai bergegas cepat pergi membuka pintu dan bersyukur dalam hati karena kedatangan seseorang yang bertamu ke rumah suaminya telah berhasil menghentikan kekejaman Lion yang hampir saja melukainya dengan menggunakan tali pinggang pria itu. Cklek Ketika pintu terbuka lebar tampak sosok Ayah Belia beladiri di ambang pintu. "A-Ayah?" Terlihat jelas dari mata gadis itu yang berkaca-kaca seperti ingin mengadu pada sang Ayah seperti apa sikap brengsek laki-laki yang Rama (Ayah Belia) nikahkan dengan putrinya itu. "Belia? Ada Apa denganmu?" Tanya Rama sedikit terselip kekhawatiran melihat mata putrinya yang seperti dipenuhi beban berat. "Ak----" "Sayang? Siapa yang datang?" Terdengar suara Lion dari dalam segera menghentikan ucapan istrinya yang dia perkirakan kalau wanita itu ingin mengadu tentang kekejamannya. "Eh, ternyata Ayah? Mari silahkan masuk ke dalam Ayah." Ramah Lion dengan satu tangan memeluk mesra pinggang istrinya. Pelukan Lion membuat Belia risih dengan pria itu. Rama tersenyum dan mengangguk, "Maafkan kedatangan Ayah kalau mengganggu waktu istirahat kalian berdua," kata Rama masuk ke dalam rumah Lion. "Tidak sama sekali Ayah, aku bahkan sangat senang kalau Ayah mau datang berkunjung kemari." Lion benar-benar berubah menjadi sosok laki-laki yang sangat baik begitu sempurna di depan mertuanya. "Kalau kau berani mengadukanku pada Ayahmu, maka kau harus bersiap-siap untuk aku menghukum mu nanti!" Pria itu masih sempat-sempatnya membisik Belia dengan mengancam. Yang tadinya Belia berniat untuk berkata pada sang Ayah tentang kebusukan Lion, akhirnya dia urung setelah mendapat ancaman. """ Di lain sisi. Terlihat seorang wanita paruh baya sedang menyiapkan makan malam untuk salah satu putra kembarannya yang belum menikah. Setelah usai ia menyiapkan makan malam. Wanita itupun segera memanggil putranya. "Elvan, adikmu sudah menikah dan sudah memiliki seorang putri. Lalu bagaimana dengan mu nak? Apa kau tidak ingin menikah? Apa kau masih ingin menunggu wanita itu?" Tanya Bunda Elvan dengan pertanyaan yang beruntun. Elvan terdiam ketika mendengar ucapan sang Bunda yang menyebut 'wanita itu' wanita yang menciptakan luka mendalam dalam hatinya sehingga memutuskannya memutuskan untuk meniduri seorang perawan malam itu.Pria tampan itu tiba-tiba teringat dengan gadis yang dia beli perawannya. "Elvan? Elvan?" Panggil sang Bunda ketika dia hanya diam membisu. Tersadar langsung mengangkat pandangan melihat Bundanya. "Iya, Bunda?" Tanya Elvan dengan raut wajah yang sudah dibalikkan seperti semula. "Apa kamu dengar pertanyaan Bunda tadi nak? Bunda tanya, kapan kamu akan menikah?" Tanya ulang Bunda Mahesa. Elvan hanya tersenyum tipis menanggapi pertanyaan sang Bunda. Mahesa tahu kalau putranya tak berniat ingin menjawab pertanyaan yang dia berikan pada pemuda itu. "Kalau memang kamu belum memiliki calon wanita untuk menjadi menantu Bunda, Bunda berniat ingin mencarikan kamu seorang wanita untuk dijadikan pendamping hidup mu, nak," akhirnya Mahesa mengutarakan apa yang dia inginkan dari Elvan putra tertuanya. Mendengar keinginan sang Bunda, Elvan sedikit tersentak kaget. Dia tidak menyangka kalau Bundanya ingin dia segera menikah. Luka lama masih membekas dalam hatinya, membuat dia begitu
Kaget mendengar Bosnya yang ingin menikahi kupu-kupu malam, membuat Rizal sampai terbatuk-batuk. Setelah menenangkan diri kembali seperti semula. Rizal menatap intens Elvan dengan pandangan kebingungan ada apa dengan Bosnya itu. "Maksud Bos apa? Wanita yang Bos barusan, wanita yang malam itu Bos tiduri? Serius itu wanitanya? Aku tidak salah dengarkan, Bos?" Tampak Rizal seolah tak percaya kalau Elvan ingin menikahi wanita kupu-kupu malam. "Hm." Elvan hanya berdehem dan meminum bir yang Rizal siapkan untuknya. "Wow! Sepertinya wanita itu cukup istimewa. Apa yang membuat Bos tertarik padanya?" Bukan Rizal namanya kalau tidak kepo dengan kehidupan Bosnya. "Cantik." Bohong Elvan malas meladeni Rizal yang cempreng kayak emak-emak. "Benarkah? Hm.... Tapi sepertinya, aku juga tidak tahu ke mana wanita itu sekarang Bos. Karena sebelumnya, ada seorang laki-laki yang tidak aku kenal orangnya, tapi dia menawarkan wanita itu pada Bos melalui aku. Setelah malam Bos tidur dengan wanita t
Tindakan Belia membuat Alvan beserta Bundanya terperanjat kaget.Alvan tak tahu kenapa Belia begitu terkejut melihatnya, karena bagi Alvan dia sama sekali tidak mengenali sosok wanita bercadar yang kini ada di depan matanya."Ada apa Belia? Apa kau baik-baik saja?" Tanya Mahesa benar-benar bingung berpikir apa yang terjadi dengan gadis itu?Mata Belia sudah memerah menahan tangis."Belia? Ada apa?" Mahesa semakin panik karena gadis itu hanya diam dengan tatapan mata terlihat begitu ketakutan."Mas!" Kembali terdengar suara seorang wanita seksi yang memanggil Alvan dari arah belakang.Alvan menoleh kebelakang melihat istrinya jalan mendekat baru pulang dari lokasi syuting."Datang bukannya beri salam, tapi malah berteriak-teriak." Umpat Alvan melihat tingkah istrinya semakin hari semakin menjadi-jadi."Hisya mana Mas! Mas juga apa-apaan sih ganggu syuting aku yang masih berlangsung pake acara nyuruh aku pulang segala! Mas kan bisa menjemput putri Mas sendiri!" Ketus Maria terlihat
"Buka cadarmu!""Mas, aku mohon Mas jangan lakukan ini padaku Mas, aku mohon!" Belia terus saja menangis sembari berlutut dan memegang kaki suaminya, berharap agar pria itu mau mengurungkan niat untuk menjualnya."Diam! Jangan sampai aku bertindak melakukan kekerasan padamu Belia! Jika kau tidak mau mendengarku!" Lion tampak semakin marah saat Belia benar-benar tidak mau mendengar ucapannya.Belia terus saja menangis menahan kaki Lion yang ingin menyeretnya keluar dari kamar hotel. Lion akan membuat gadis itu menghabiskan malam bersama dengan pria asing yang berada di kamar sebelah."Aku mohon jangan jual aku Mas... Aku ini istri kamu, tolong jangan lakukan ini padaku" wanita itu terus saja memohon agar Lion memiliki sedikit saja rasa belas kasihan padanya.Plak!Pria yang baru dinikahinya 2 hari lalu itu menampar keras wajah Belia."Argh!" pekiknya kesakitan memegang wajah yang masih dibaluti cadar."Apa kau ingin aku membunuhmu hah! Dasar kau ini wanita bodoh! Cepat buka cadarmu!" B
Belia masih terdiam dan meremas jari jemarinya antara satu sama lain. Air mata yang ada di pelupuk matanya sebentar lagi pasti akan tumpah ketakutan tak ada tara."A-apa y-yang T-Tuan ingin saya lakukan?" Akhirnya Belia memberanikan diri untuk bertanya meski dengan nada bergetar hebat. Suaranya tidak begitu jelas di pendengaran."Kau tidak tahu apa yang ingin kau lakukan? Kau tidak tahu cara melayani seorang laki-laki di atas ranjang? Lalu apa yang kau tahu?" Elvan menyorot tajam Belia."M-maafkan saya, Tuan..." Belia semakin bergetar."Buka pakaianmu!" perintah Elvan dingin. Matanya menatap Belia lurus dan dingin.Refleks Belia mundur ke belakang dan menutup tubuh menggunakan tangannya. "Tidak! Apa yang ingin Anda lakukan!""Kau masih ingin membuang-buang waktu saya?" Elvan mulai tampak hilang kesabaran dan mulai muak.Belia tersadar dengan penolakannya dan kembali teringat apa yang dikatakan suaminya tadi sebelum dia masuk ke dalam kamar pria dihadapannya.Air mata mulai kembali ber
Brugh! Sebelum sempat wanita putus asa itu melompat, tiba-tiba seseorang datang dari arah belakang segera menariknya hingga terjatuh masuk ke dalam kamar. Masih dengan air mata yang mengalir deras, Belia segera menoleh ke belakang melihat siapa laki-laki baru saja menghentikan tindakannya yang ingin bunuh diri. Kedua netranya bertemu dengan tatapan dingin Elvan. "Perbuatan paling bodoh, adalah perbuatan bunuh diri yang akan merugikan dirimu sendiri." Elvan melepas tubuh lemah Belia ingin kembali berdiri mengambil ponselnya yang tertinggal di kamar hotel. Beruntung pria itu terlupa membawa ponselnya, kalau tidak, Belia pasti sudah mati terjatuh dari jendela. Belum sempat Elvan berdiri, Belia langsung menarik kerah bajunya, "Ini semua gara-gara kamu! Kamu yang sudah menghancurkan hidupku! Kamu yang sudah merampas kebahagiaan ku! Kamu! Semua gara-gara kamu!" pekik Belia menatap Elvan dengan tatapan penuh kebencian, air mata semakin deras membasahi kedua pipi. Pria itu diam me
"Ah!" Belia segera menyandar tubuh lemahnya di salah satu lemari yang ada dalam supermarket tempat ia bekerja karena baru saja dia hampir terjatuh akibat tubuhnya yang terasa begitu lemah. "Kepalaku terasa pusing sekali.." Gumam wanita 18 tahun itu sembari menahan rasa sakit di kepala yang begitu menderanya. Setelah libur selama seminggu dengan alasan sakit sebelumnya. Hari ini akhirnya dia kembali bekerja semula seperti biasa sebagai kasir di supermarket. Wanita cantik itu berusaha untuk menelan pil pahit dan menerima kenyataan tentang dirinya yang sudah dijual oleh suaminya sendiri. Meski begitu sulit untuk menerima kenyataan, tapi mau bagaimana lagi, mungkin saja keberuntungan tidak pernah berpihak padanya semenjak kepergian sang ibu, dan Ayahnya menikah lagi. Lion suaminya juga tidak pernah pulang ke rumah selama seminggu. Pria brengsek itu benar-benar menikmati uang dari hasil menjual tubuh istrinya. Lion juga seorang laki-laki bejat. Dengan karakter buruknya pemain judi, pe
"Apa Anda tidak bisa melihat jalan dengan benar, Nona?" Kata pria yang baru saja Belia tabrak. "Maafkan saya Tuan, maafkan saya tidak sengaja menabrak, Anda." Belia masih dengan pandangan ditundukkan berusaha mengelap minuman coklat yang memenuhi pakaiannya. Pria yang Belia tabrak itu melirik ke arah gamis yang tadi gadis itu pakai berwarna putih, kini sudah berubah coklat akibat minumannya. Untung saja bukan pria itu yang menabrak si wanita tersebut. Tapi Belia lah yang tak sengaja menabrak dia. Pikir si pria. Tangan pria itu bergerak mengeluarkan sesuatu dari balik sakunya. "Pakai ini untuk membersihkan baju, Nona," ujarnya mengulur tangan memberi gadis di hadapannya sapu tangan yang dia keluarkan dari saku. Tangan Belia yang sibuk membersihkan baju gamisnya terhenti, ketika melihat tangan laki-laki itu bergelantungan dengan sapu tangan kecil berwarna hijau di genggamannya. Reflex Belia mengangkat pandangan melihat sosok laki-laki tampan yang tidak asing berdiri tepat di had