Tut... Tut... Tut..."Halo, Tuan Dony Wong. Kau masih ingat padaku? Aku Suzy Johnson, menantu keluarga Johnson." Suzy meminta waktu untuk mengkonsultasikan perihal investasi yang ingin ia lakukan, dan berharap kenalannya itu dapat membantu. Mereka memutuskan untuk bertemu dan membicarakannya secara lebih rinci, karena Suzy berencana menginvestasikan seluruh tabungannya yang ia kumpulkan dari uang suaminya dan juga uang Layla.***"El, tolong lakukan sesuatu untukku." Ujar Logan dalam satu sambungan telepon dengan Elias Davis."Tentu tuan, apa yang bisa kulakukan untukmu." "Aku ingin kau membungkam media tentang berita keluarga Johnson. Dan juga, kondisikan Robin Johnson mendapatkan penanganan terbaik di kelas VVIP. Jangan sampai mengecewakanku." Titah Logan pada Elias."Baik Tuan." Ucap Elias hormat.Setelah menutup sambungan teleponnya Logan kembali ke kamarnya bersama Layla."Sudah kuselesaikan soal media, juga tentang pengobatan kakekmu. Sekarang apa yang bisa kamu berikan padaku
"Baik terimakasih atas penjelasannya Tuan Cruz, Saya Layla Johnson istri Logan. Senang berkenalan dengan kalian. Tapi aku harus pergi ke kantor sekarang. Silahkan kalian kembali bekerja." Pamit Layla untuk membubarkan semua pegawainya."Silahkan nyonya, saya akan mengantar anda ke garasi untuk memilih mobil yang akan anda gunakan ke kantor. Saya sendiri yang akan mengantar dan menemani anda kemanapun anda pergi, dengan atau tanpa Tuan Williams." Jelas Jovi yang semakin membuat Layla kesal."Bisakah aku pergi kekantor sendiri? Aku sudah terbiasa seperti itu." Tolak Layla."Maaf, ini sudah menjadi tugas saya selama ini Nyonya." Ujar Jovi bersikeras menjelaskan."Selama ini? Mengantar kekantor?" Tanya Layla heran."Saya bertanggung jawab atas keselamatan anda, jadi selama ini Tuan Williams mempekerjakan saya untuk mengawal anda dari kejauhan." Jelas Jovi yang cukup membuat Layla tercengang karenanya."Logan Melakukannya?" Tanya Layla lagi."Ya Nyonya, mari saya antar anda sekarang." Lay
"Huh! Kenapa tidak Bibi saja yang melakukannya?" Cibir Layla kesal dengan Bibinya yang semena-mena itu.Plak..."Kurang ajar! Dasar tak beradab! Kau sudah menjadi sampah seperti suamimu yang sampah itu." Umpat Nova geram."Heh! Sial, kalau kau bukan Bibiku tentu aku sudah membalas tamparanmu. Lihat saja apa yang bisa kulakukan untuk perusahaan ini." Ujar Layla kesal, ia pun pergi meninggalkan Bibinya agar tak lepas kontrol hingga menyakiti orang yang lebih tua, terlebih Nova adalah Bibinya sendiri.Layla menuju ke toilet untuk menenangkan hatinya yang sedang terbakar emosi, juga untuk menetralisir kegugupannya sebelum menemui para investor. Ia sedikit memoles kembali bedak dan lipstik serta memastikan penampilannya sudah sempurna. Kemudian dengan langkah yang mantap ia berjalan menuju ruang rapat dimana para pemegang saham tengah menunggu dirinya.Pintu ruangan terbuka. Nampaklah para investor yang tengah duduk dengan wajah-wajah suram. "Selamat pagi saudara-saudara. Maaf saya terlam
"Sebentar Tuan, informan kita menelepon. Kemungkinan rapat pemegang saham di perusahaan istri anda telah usai." Jelas Elias pada Logan."Nyalakan, aku ingin mendengarnya langsung." Titah Logan."Baik." Elias mengangkat panggilan tersebut dan menyalakan mode loud speaker."Lapor, Tuan! Nyonya Williams meminta tenggang waktu karena menurut beliau, beliau akan mendapat kucuran dana tambahan dari Williams Skyworks. Para investor memberi waktu dua minggu dan dalam sebulan kedepan progres pembangunan Apartemen tersebut harus sudah terlihat. Saya juga melihat ada seorang pria yang menggoda Nyonya Williams dan menawarkan bantuan dana untuk mengelabui investor lainnya dengan catatan Nyonya Williams harus mau tidur dengan laki-laki itu." Jelas informan rahasia Elias."Kurang ajar! Siapa laki-laki yang telah berani menggoda wanitaku?" Tanya Logan geram."Maaf Tuan Williams, kurasa ia ada James Peto. Pemodal lokal yang tidak terlalu berpengaruh bahkan jumlah asetnya tidak seberapa dibandingkan ju
"Bolehkah? Baiklah aku mau." Ucap Layla kembali sumringah, meski belum sepenuhnya dapat melupakan kejadian buruk pagi tadi."Aku wanita paling beruntung di dunia." Celoteh Layla yang membuat Logan tersenyum senang, ia cukup tersanjung dengan celetukan istrinya barusan.Logan menepi di sebuah villa di kota Bintang yang letaknya sekitar tiga jam perjalanan dari kota Metro. "Sayang, bangunlah kita sudah sampai." Logan mengguncang bahu Layla untuk membangunkannya."Emh... Kita dimana Log?" Ucap Layla yang masih mengerjap membiasakan matanya dengan cahaya yang masuk."Kamu masih mengantuk?" Tanya Logan."Eh-hem." Jawab Layla mengangguk."Baiklah." Logan keluar dari mobil dan membuka pintu penumpang kemudian menggendong Layla masuk ke dalam villa."Log, tidak perlu seperti ini. Aku malu dilihat pekerja-pekerjamu." Ucap Layla protes."Biarlah, mereka harus terbiasa melihat kemesraan kita." Ucap Logan sembari menciumi leher jenjang Layla."Log, jangan begini aku malu. Setidaknya kekamar dulu
"Aaaaahhhh... It's coming too..." Balas Layla yang juga mencapai nirwana bersama Logan.Layla segera masuk kedalam kolam setelah otaknya kembali berfungsi, dan menyadari bahwa ia dan Logan telah melakukannya diruang terbuka, dan itu sangat membuatnya malu. Ia berenang untuk menggapai pakaiannya yang telah dilucuti paksa oleh Logan."Log, cepat pakai celanamu, Ya Tuhan kenapa itu tetap mengacung." Ucap Layla yang telah memakai kembali pakaian renang miliknya sebelum ia keluar dari kolam renang."Ha-ha-ha, fokus sayang. Jangan melihat kearah itu terus. Kamu jadi nakal sekarang." Ucap Logan yang tak ada malunya memamerkan tubuh polosnya di ruangan terbuka. Meski tak benar-benar bisa dilihat dari luar secara bebas, namun tetap saja siapapun yang berjalan kearah kolam renang akan bisa secara langsung mendapat tontonan gratis."Log! Kamu menyebalkan. Pokoknya setelah ini, aku tidak mau lagi kita melakukannya di ruang terbuka." Geram Layla serius, namun Logan tak habis-habisnya menggoda La
Logan panik melihat Layla jatuh terduduk dengan ekspresi dingin dan air mata yang mengalir deras tanpa suara.Layla tak sanggup berkata-kata lagi, ia hanya menunjuk letak ponsel milik Logan. Segera Loganpun mengecek apa yang ada di ponselnya hingga Layla sebegitu terpukulnya."Astaga, aku tak pernah menyangka di pesta pertunangan yang kacau itu adalah kali terakhir aku melihat Nathan. Maafkan aku Sayang, aku turut berdukacita." Ucap Logan tulus."Bagaimana hal ini bisa terjadi, seseorang dari keluargaku melakukan bunuh diri. Aku tak pernah menyangka Nathan bisa melakukannya. Selama ini aku melihatnya sebagai seorang yang penuh percaya diri dan periang. Bahkan kakek sangat menggantungkan harapan besar pada Nathan." Layla merasa tak percaya dengan berita yang baru saja ia dengar."Kita semua secara kebetulan hidup dan nanti pasti mengalami kematian. Setelah itu akan lahir manusia-manusia baru. Itu memang sudah siklus dunia." Ujar Logan memberikan nasihatnya."
Suzy, Bob, Layla, dan Logan terpaksa tinggal di rumah kecil disebuah cluster tak jauh dari mansion Johnson Family. Rumah itu dibeli oleh Almira karena ia tahu bahwa Bob sekeluarga akan dikeluarkan dari mansion karena keinginannya tersebut."Menyebalkan! Kenapa selalu tenang Nova. Tak bisakah orang-orang itu sedikit memikirkan aku. Menyebalkan! Menyebalkan!" Umpat Suzy selagi ia bersiap-siap dengan pakaian berkabungnya. Ia menggunakan setelan kemeja dan celana kulot hitam, serta headscraf berwarna senada. Tak lupa ia menenteng tas tangan berwarna hitam, mengenakan sepatu boot hitam dan memakai kacamata hitam. "Bob! Bob! Dimana kau?" Teriak Suzy mencari suaminya, ia tak tahu bahwa Bob langsung pergi dengan sepeda motornya seketika setelah ia masuk kamar untuk bersiap."Sial, apa aku harus berjalan kaki ke mansion? Menyebalkan! Sebaiknya aku memesan taksi saja. Dandananku bisa hancur jika aku berjalan kaki dengan cuaca sepanas ini." Oceh Suzy seorang diri.Suzy pu