Share

Bab 20 Mobil Hitam yang Mewah.

Dengan melihat ponselnya, dia menyadari waktu sudah menunjukkan malam.

Kemudian Shiera mencari Sovia untuk mengambil kartu keluarga, sambil berpamitan dengannya. Sementara itu, Sovia sedang menyiapkan tempat tidur untuk Shiera.

Begitu mendengar Shiera pamit hendak pergi, dengan kecewa Sovia berkata, “Kenapa kamu pergi lagi? Malam ini, menginaplah di sini.”

Shiera menggelengkan kepalanya dan berkata, “Tidak bisa, besok aku harus bekerja.”

“Kalau begitu, untuk apa kamu mengambil kartu keluarga ini?” Tadinya, Sovia tidak menyadari kalau Shiera datang kemari hanya untuk mengambil kartu keluarga.

Apalagi, kartu keluarga biasanya memang jarang dipergunakan.

Shiera berkata, “Ini karena perusahaan kami mengadakan reuni akhir tahun di luar negeri, aku memerlukannya untuk mengurus paspor.”

Dia berbohong karena tidak ingin kakaknya khawatir.

Bagaimanapun juga, ini adalah kawin kontrak yang tidak memiliki masa depan dan pada akhirnya akan berakhir dengan perceraian.

Sovia mengangguk dan memberikan kartu keluarga untuk Shiera. Shiera menerima sambil berkata, “Nanti aku akan mengembalikan kartu keluarga ini, saat aku datang kembali.”

Sovia berkata, “Tenang, tidak usah terburu-buru.”

Shiera melihat nama-nama yang tercantum di atas kartu keluarga hanya ada dirinya dan kakaknya. Sementara itu, di bagian nama neneknya sudah ditandai dengan status “meninggal.”

Dia menatap Sovia yang berbadan bongsor, lalu berkata, “Kartu keluargamu belum dipindahkan domisilinya?”

Kata-kata Shiera membuat Sovia terpaku.

Shiera seketika menyadari, pada saat itu, pernikahan antara Sovia dan Yanto diperjuangkan oleh ibunya, Karina.

Pernikahan tersebut dijodohkan oleh kerabat jauh, Karina berusaha agar Sovia dapat memiliki kartu keluarga di Kota Cilegon.

Namun, anak mereka sekarang sudah berusia 5 tahun dan mereka masih belum mengubah domisilinya.

Melihat mata Sovia yang menyiratkan kesedihan, Shiera melirik keponakannya, Jerlyn yang sedang tertidur di dalam ruangan.

“Sekarang, Jerlyn sudah sekolah, sebaiknya kamu mencari pekerjaan.”

Sebenarnya, Sovia dulu pernah mendapatkan beasiswa dari seseorang dermawan yang baik hati. Jadi Sovia pernah mengenyam pendidikan di lembaga universitas yang terkenal. Setelah tamat kuliah, dia seharusnya bisa menjalani kehidupan yang lebih santai dari pada kehidupan yang dijalaninya saat ini.

Sejujurnya, Shiera merasa kakaknya yang satu ini, seharusnya tidak perlu mendengarkan nasihat ibu mereka.

Karena itu, sebenarnya sekarang Sovia juga merasa menyesal.

Apa yang dikatakan oleh generasi sebelumnya belum tentu benar dan akurat.

Saat ini, apa yang diucapkan Shiera merupakan hal yang telah dipertimbangkan Sovia sejak dulu, “Aku juga ingin, tapi tidak ada yang bersedia mengantarkan anak ini.”

Meskipun saat ini Jerlyn sudah bersekolah, Sovia tetap harus menjemput dan mengantarkan Jerlyn, tiga kali sehari. Hal ini, Sovia telah diskusikan dengan Ratna, ibu mertua Sovia. Namun, Ratna tetap tidak mengizinkanya.

Kini mereka masih menginginkan anak kedua dari Sovia, seperti yang Shiera dengarkan di meja makan tadi.

Saat ini Shiera dengan nada berat mengatakan, “Biarkan Jerlyn makan siang di sekolah, masih banyak pekerjaan dengan jam kerja di pagi dan malam hari.”

Sovia menatap Shiera, seperti hendak mengatakan sesuatu.

Shiera kemudian berkata, “Ini bukan waktu yang tepat untuk memiliki anak yang kedua!”

Seketika, wajah Sovia memucat setelah mendengar ucapan Shiera.

Tidak disangka, ternyata adiknya ini bisa memahami kalau selama ini, Sovia masih belum siap untuk memiliki anak kedua.

Ditambah lagi, setelah melahirkan, tidak ada yang dapat membantunya. Kalau terjadi sesuatu pada anak-anak, mereka akan memarahinya.

Sovia benar-benar jenuh dengan kehidupannya yang selalu harus meminta-minta uang pada suaminya.

Tidak lama kemudian, Alex menelpon dan mengatakan kalau dia sedang menunggu Shiera di luar gang.

Shiera tidak menyangka Alex datang menjemputnya. Kemudian, Shiera menutup teleponnya dan menatap Sovia dengan pandangan penuh ketidakrelaan.

Shiera memberikan uang sejumlah 10 juta kepada Sovia, tetapi Sovia menolaknya dan berkata, “Sekarang Vincent selalu meminta uang, lebih baik kamu menyimpannya.”

Vincent adalah adik tiri mereka, yakni saudara sekandung dengan ayah yang berbeda.

Karina selalu beranggapan kalau Sovia menikah dengan pria yang berasal dari Kota Cilegon, seharusnya Sovia memiliki kehidupan yang cukup mapan.

Oleh karena itu, Karina terkadang meminta uang dari Sovia, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk Vincent, anak yang lahir dari hubungan antara dia dengan pria lain.

Namun, Sovia tidak mampu memberikan jumlah uang sebanyak itu, sehingga dia hanya bisa merendahkan diri dan meminta bantuan pada Shiera.

Seiring berjalannya waktu, Vincent juga dengan tanpa malu meminta bantuan langsung pada Shiera.

Ketika berbicara tentang adik tirinya yang tidak becus ini, Shiera dengan tidak sabar berkata, “Dia sudah mulai magang, jadi kamu tidak perlu mengkhawatirkannya.”

Sebelumnya, Vincent pernah menghubungi Shiera, tetapi Shiera langsung menutup panggilan itu karena sedang marah.

Kemudian, Alex menghubungi Shiera lagi, ternyata setelah dihitung-hitung, Shiera sudah tidak mengirimkan uang ke Vincent selama 3 bulan.

Wajah Sovia tampak kesusahan dan berkata, “Kamu tentu paham sifat ibu, kalau tidak memberikan uang maka dia akan datang ke Kota Cilegon dan membuat masalah.”

Hal ini bukannya tidak pernah terjadi sebelumnya, Sovia merasa ketakutan dengan membayangkan reaksi ibunya yang menakutkan itu, terutama saat ibunya datang ke Kota Cilegon hanya untuk meminta uang padanya.

Wajah Shiera semakin marah lalu berkata, “Semakin begitu, semakin tidak boleh memanjakannya!”

Sovia lanjut berkata, “Kalau kamu tidak ingin menangani hal ini, jangan diurusi lagi!”

“Baiklah, aku pergi duluan,” ucap Shiera. Alex sedang menunggunya di gang dan Shiera tidak punya waktu lebih untuk melanjutkan pembicaraan.

Setiap kali mereka berbicara tentang Vincent, itu selalu menjadi topik yang kurang menyenangkan.

Sovia mengangguk dan memberikan bungkusan makanan yang telah disiapkan untuk Shiera.

Shiera tidak menginginkannya, tetapi Sovia tahu kalau tadi Shiera menahan emosinya, sehingga Sovia membungkuskan makanan enak untuk Shiera, supaya dia bisa makan makanan yang hangat.

Sovia ingin mengantarkan Shiera, tapi Shiera menolak karena khawatir Sovia akan bertemu dengan Alex. Lalu, Shiera menolak dengan alasan kalau keponakannya yang masih kecil sedang sakit.

Saat ini, hari sudah larut malam.

Shiera berjalan di bawah lampu penerangan jalan sambil membawa kotak bekalnya. Ketika Shiera keluar dari gang, dia melihat sebuah mobil Mercedes berwarna hitam yang berhenti menunggunya tidak jauh dari sana.

Alex bersandar di depan pintu mobil sambil merokok.

Shiera merasa sedikit gugup saat melihat Alex menoleh ke arahnya, dengan sopan Shiera berkata, “Tuan Alex.”

“Sudahkah kamu mendapatkan kartu keluarga?” ucap Alex.

“Sudah,” ucap Shiera sambil mengangguk.

Alex berbalik dan membuka pintu mobil, sambil berkata, “Silakan masuk.”

Hati Shiera kembali merasakan deg-degan saat melihat perilaku Alex yang begitu sopan.

Shiera bahkan tidak pernah berpikir kalau Tuan Alex akan membukakan pintu mobil untuknya. Sebelumnya, Shiera sama sekali tidak berani memikirkannya, apalagi sekarang dia merasa takut untuk naik ke dalam mobil Alex.

Alex melihat Shiera berdiri di sana tanpa bergerak, dengan lekukan di mulutnya yang tampak mencibir, lalu berkata, “Kenapa?”

“Emm, Tuan Alex, Anda pasti sangat sibuk, aku bisa pulang sendiri saja.”

Shiera merasa kalau Alex datang ke sini karena ada urusan pekerjaan.

Namun, Alex merasa putus asa karena mendengar kata-kata Shiera. Kemudian, Shiera mendengar suara yang kecewa berkata, “Aku datang ke sini untuk menjemputmu.”

Shiera, “...”

Jantung kecil Shiera yang sudah tegang semakin terasa ‘meledak’.

Menjemput? Alex menjemputku?

Ketika Shiera mengangkat matanya dan melihat kelembutan yang terpancar dari mata Alex, kewarasannya pun tergoyahkan.

Alex mengangkat alisnya, pandangannya memerintahkan pada Shiera untuk naik ke mobil.

Saat ini, Shiera merasa ragu dan terdorong seolah-olah dipaksa untuk melakukan sesuatu yang mendesak.

Akhirnya, di bawah tatapan tajam Alex, dia tetap masuk ke dalam mobil.

Pintu mobil ditutup dan Alex mengitari bagian depan mobil untuk menuju kursi pengemudi.

Meskipun Shiera adalah asisten Alex, tetapi kali ini merupakan pertama kalinya Shiera duduk di mobil pribadi Alex.

Udara yang ada di dalam mobil terasa wangi dan segar, tidak seperti mobil lain yang selalu tercium bau aneh.

Alex melihat ke arah kotak bekal yang dipegang Shiera, “Kakakmu yang membuat semua ini?”

Shiera mengangguk dan berkata, “Iya.”

Setiap kali Shiera datang, kakaknya selalu membawa banyak makanan enak untuk Shiera, terutama daging yang telah dimasak.

Sepanjang perjalanan menuju perumahan Taman Eden, keduanya tidak pernah berbicara lagi.

Shiera tidak mengerti mengapa Alex membawanya ke perumahan Taman Eden, lalu dengan gugup bertanya, “Tuan Alex, apakah ada masalah pekerjaan?”

Shiera berpikir bahwa dia harus bekerja lembur lagi.

Bagaimanapun juga, mengurus kehidupan seorang bos juga merupakan tanggung jawabnya sebagai asisten.

Pertanyaan mendadak ini membuat Alex tergoyah, tanpa disadari, Alex telah membawanya ke sini.

“Tidak ada, mulai hari ini dan seterusnya, kamu tinggal di sini.”

Seketika, Shiera merasa gelisah di dalam hatinya.

Mulai hari ini akan tinggal di sini? Oh, tidak bisa, dia sama sekali belum siap untuk hal itu.

Shiera yang ketakutan sampai gugup berkata, “Bukan, bukankah kita hanya sepakat untuk kawin kontrak saja?”

Alex sudah membuka pintu mobilnya dan sebelum turun, dia berkata, “Meskipun ini hanya kawin kontrak, kamu juga harus tinggal di sini.”

Alex tidak memberikan penjelasan apapun, setiap kata yang dia ucapkan seolah-olah merupakan perintah yang membuat Shiera sulit untuk menolaknya.

Shiera memegang kotak bekalnya dengan erat, dia merasa sangat panik.

Biasanya, menghadapi Tuan Alex di kantor sudah cukup untuk membuat Shiera merasa takut.

Namun, sekarang Shiera juga harus bersamanya di malam hari.

Memikirkan hal ini, Shiera merasa cemas kalau saat tengah malam nanti, dia bakal ketakutan setengah mati. Shiera benar-benar tidak ingin sampai terjadi hal seperti ini.

Terdengar suara tegas Alex dari luar mobil yang menyerukan, “Turun sekarang!”

Shiera, “...”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status