BRAKK... Mobilku menghantam sebuah tiang listrik yang berada di tepi jalan. Untunglah aku tertolong oleh airbag mobil dan sabuk pengaman sehingga kupikir tidak ada cidera apapun yang kualami. Aku keluar dari mobil dan meminta maaf kepada mobil yang hampir aku tabrak sambil mengulurkan kartu namaku agar mereka bisa mengabariku untuk ganti rugi dan kami pun menyelesaikannya dengan jalan damai. Aku menelepon Andre agar mengurus mobilku yang sudah tidak bisa digunakan karena bagian depannya yang ringsek. Tanpa menunggunya aku memesan sebuah taxi untuk menuju rumah karena ingin segera mengetahui keadaan Daisy. Diperjalanan aku kembali menghubungi nomor handphonenya namun tidak pernah diangkat. Aku semakin khawatir dengan keadaanya sekarang, pikiran buruk melintas di pikiranku yang membuatku semakin kacau. Sesampainya di depan rumah aku langsung berlari masuk kedalam rumah sambil meneriakkan nama Daisy dengan lantang. Kebetulan hari itu aku meliburkan semua pekerja kar
"James kenapa jidatmu berdarah?" aku terkejut ketika melihat darah yang mengalir dari jidatnya."Sebenarnya apa yang terjadi James? Maaf aku tidak terlalu memperhatikan tadi." tambahku dengan semakin meninggi karena khawatir."Tidak apa-apa sayang tadi hanya ada kecelakaan kecil ketika perjalanan kerumah. Aku tidak tahu ada luka seperti ini, bahkan aku tidak merasakan apapun." dia menjawab dengan santainya dan itu membuatku kesal."Bagaiman bisa ini tidak apa-apa James, ayo kita ke rumah sakit sekarang." aku bertambah panik ketika melihat darah kembali mengalir dari lukanya."Tidak perlu sampai ke rumah sakit sayang, ini hanya luka gores biasa." jawabannya membuatku semakin jengkel, bagaimana bisa disebut luka gores kalau darahnya smpai mengalir seperti ini."Jangan biasa menyepelekan luka kecil James, kita harus ke rumah sakit sekarang untuk cek menyeluruh karena ini kepala." aku menjawabinya dengan tegas yang membuat dia menyerah dengan keputusanku."Baiklah, ayo
Setelah tangisan kami berdua yang membuat perasaan menjadi lega dan tenang, kami pun berencana pergi bersama akhir minggu ini untuk jalan-jalan dan berbelanja. Aku mulai sedikit terbuka dengan kehidupanku selama ini walaupun ada perasaan risih di awal, Namun Tante Lena seperti mengerti dengan keadaan yang aku alami. James yang mengetahui hasil pembicaraan kami kemarin yang membuat dampak positif sangat merasa gembira, dia bahkan ingin ikut jalan-jalan akhir pekan ini tapi tidak bisa. Dia sangat sedih dan kecewa saat aku dan Tante Lena sama-sama bersikeras melarang dia untuk ikut bersama kami. Hari yang ditunggu-tunggu tiba, sepulang Jesen sekolah, kami berdua langsung menuju Mall tempat janjianku dengan Tante Lena. Alice dan Kak Emily juga ikut kumpul bersama kami, James sebenarnya tidak terima karena dirinya tidak diperbolehkan ikut oleh kami. Aku masih teringat percakapan mereka waktu itu. "Ma, ayolah biarkan James ikut kalian." rengek James kepada Tante Lena.
Hari ini sudah genap enam bulan aku tinggal bersama James dan Jesen, aku tidak menyangka keseharianku sekarang ini sangat membahagiakan. Sebenarnya James sudah melamarku beberapa kali, namun aku masih ragu untuk menuju jenjang selanjutnya.Keluarga besar James juga tidak mempermasalahkan latar belakangku, namun aku tahu mereka pasti masih khawatir jika orang lain juga mengetahuinya. Keluarga besar dari Papanya terutama, saudara-saudara dari Om Richard sangat ingin menjatuhkan LEWIS Group yang didirikan oleh Om Richard sendiri dulu tanpa bantuan dari keluarganya. Tante Lena sangat khawatir jika saudara dari suaminya yang iri mengetahui hal ini pasti akan berdampak ke LEWIS Group sendiri. Aku sendiri belum pernah bertemu secara langsung dengan paman-paman James, jadi aku belum terlalu mengerti seberapa pengaruhnya itu nanti.Weekend ini James harus tetap bekerja karena ada project dengan salah satu investor, aku berencana meminta ijin kepadanya untuk pergi dengan Lin
Setelah puas mengobrol dan berbelanja dengan Lina, kami berencana untuk pulang karena sudah terlalu lelah. Aku mencoba menghubungi James, namun nomornya tidak diangkat. Aku sedikit khawatir karena biasanya James selalu mengangkat telepon dariku.Karena hari sudah hampir malam, aku akhirnya memutuskan ikut Lina naik taksi yang sudah dipesannya. Untung rumah Lina searah dengan rumah James, jadi setelah mengantar Lina tadi tersebut lanjut mengantarku.Kulihat keadaan di dalam rumah sangat gelap, biasanya pekerja terakhir selalu menghidupkan lampu sebelum dia pulang kerumahnya. Aku kembali menelepon James namun tetap tidak ada jawaban.Aku masuk perlahan ke dalam rumah, aku terkejut karena ada banyak sekali lilin-lilin yang berjejer membentuk sebuah jalan. Aku mengikuti arah lilin yang tertata itu, dan terlihat lampu kelap-kelip dan bunga yang menghiasi di samping lilin-lilin itu.Di ujung jalan itu terlihat lilin yang tertata membentuk gambar hati dan di tengah-ten
Tubuhku merasakan gejolak aneh, ketika melihat pemandangan indah di depan mataku. Terlihat James sedang berdiri tegak, dengan rambut basah dan handuk kimono yang hanya terlilit seadanya. Bagian dadanya yang bidang terpampang dengan jelas, yang membuatku tertegun ketika melihatnya. "Apa yang kamu lihat sayang" Suara berat James menyadarkanku dari lamunan, aku terkesiap dan menjadi salah tingkah dibuatnya. James yang melihatku malah tersenyum geli. "Kenapa kamu kesini James?" Aku berusaha menetralkan suaraku, dan mencoba bersikap seperti biasa. Aku sangat malu dengan pikiran dan mataku yang berkelana melihat dada bidang itu. "Aku hanya ingin melihatmu sebelum tidur, atau kamu mau menemaniku malam ini sayang" Entah kenapa aku sangat terkejut dengan ajakannya itu, padahal sebelum ini kami sudah sering tidur bersama. Mungkin karena efek imajinasiku tadi, membuatku berpikiran yang tidak-tidak dengan ajakannya. "Tidak James, malam ini
Warning 18+ "Bolehkah malam ini sayang?" Bisikan James membuatku seperti tersihir, aku tidak bisa berkata apa-apa. Tubuhku kaku dan bibirku seperti kelu untuk menjawab pertanyaan James yang mendadak itu. James melepas pelukannya, dia memegang pudakku untuk mengarahkan pandanganku kembali menghadapnya. Badanku masih belum bisa kukendalikan, aku masih bertahan dengan diamku. Sedetik kemudian tubuhku telah melayang, James menggendongku dan membawa ke arah ranjang. "James!" Aku terpekik karena kaget dengan perbuatannya yang tiba-tiba. Dia hanya diam sambil meletakkanku di atas kasur secara perlahan. James berlari kecil mengelilingi ranjang dan masuk kedalam selimut tepat di sampingku. Dia memelukku sambil memejamkan matanya, aku masih belum tahu harus menjawabnya seperti apa. Dia juga tidak berbicara apa-apa lagi setelah tadi berbisik. "Aku tidak akan melakukannya jika kamu belum siap sayang." Dia mengatakannya masih dengan mata yang tertutup, membuat
Pagi ini aku terbangun sedikit siang, mungkin karena kelelahan bergulat semalam membuat tubuhku sakit semua. Aku melihat James yang masih tertidur di sampingku, tubuh polos kami yang masih menempel satu sama lain membuatku teringat dengan kejadian semalam, dan itu membuatku sedikit malu. Perlahan aku menyingkirkan lengan James yang melingkariku, aku pun mengambil semua pakaianku yang berserakan di lantai dan masuk ke dalam kamar mandi. Setelah lebih dari setengah jam aku membersihkan diri dan berganti pakaian, aku pun menjalani rutinitas pagiku seperti biasa.Karena hari ini adalah hari Minggu dan mereka libur , aku pun sedikit leluasa untuk berkutat di dapur. Aku berencana membuat kue kering, Jesen dan aku suka sekali cemilan manis. Katanya kue buatanku sangat enak, dan membuatku menjadi semangat untuk membuatnya lagi.Ketika kedua lelakiku sudah bangun semua, kami pun sarapan bersama. Jesen sangat senang, ketika tahu aku membuatkan camilan untuknya. Disela-sela m