"Tuan orang tua Anda datang untuk merayakan hari ulang tahun anda." Laporan David membuat Raymond cukup senang.Sekian Lama tidak berjumpa akhirnya kini dia dapat melihat wajah kedua orang tuanya kembali."Ayo pulang." Tak sabar bertemu kedua orang tuanya Raymond segera mengajak David untuk pulang.Sesampainya di rumah pria itu mendapatkan kejutan yang bertubi-tubi, pertama kejutan dari para pelayan ya mungkin selalu dia dapat setiap tahunnya, yang kedua kedatangan kedua orang tuanya dan yang ketiga adalah wanita yang dibawa orang tuanya."Selamat ulang tahun Putraku semoga bertambahnya usiamu kamu akan memikirkan untuk berumah tangga."Ucapan sang Papa membuat Raymond tersenyum kecut, memang sudah ada keinginan untuk menikah namun waktu tidak dalam waktu dekat ini."Nanti aku pikirkan lagi Dad," sahutnya.Segera Mama Raymond mendekati anaknya, "Jessica wanita yang baik, Mommy Rasa cocok untuk kamu." Sontak Raymond menggeleng, dia sudah memiliki wanita yang tengah mengobrak abrik hat
"Berhenti!" Teriakannya tak membuat gadis itu berhenti. Karena tak digubris Raymond akhirnya mempercepat langkah kakinya. "Aku memintamu untuk berhenti tapi kenapa kamu terus berlari!" Tangannya berhasil menggapai tangan Rara. Tak tahu harus menjawab apa Rara hanya diam dengan menatap sang Tuan dengan tatapan yang sulit diartikan. "Aku bertanya!" Lagi-lagi wanita itu hanya diam yang kemudian terlihat menggelengkan kepala. Merasa putus asa Raymond pun menggandeng Rara masuk ke dalam kamar, dan sekali lagi dia bertanya. "Jawabannya karena saya kesal!" Suaranya meninggi. "Wanita mana yang bisa melihat wanita lain bermanja-manja pada kekasihnya." Ternyata masalah kali ini adalah cemburu. Raymond terlihat tersenyum. "Aku tidak menginginkannya karena yang aku inginkan hanya dirimu," bujuknya. Rara hanya bisa mengangguk meski hatinya kini tak karu-karuan, bagaimanapun juga Jessica adalah wanita pilihan kedua orang tua Raymond. "Takut akan Kehilangan dan sebuah perpisahan membuat
Jessica menganggap Rara sebagai pengganggu yang harus segera diusir padahal di sini yang sebenarnya pengganggu adalah Jessica.Tak ingin harga dirinya terus diinjak-injak oleh Jessica maupun orang tua Raymond, Rara memutuskan pergi dari rumah sang Sang Tuan."An boleh kan aku nginep di rumah kamu." Tak tahu harus ke mana akhirnya Rara pergi ke rumah Ana sahabatnya.Baik Ana maupun kedua orang tuanya menyambut Rara dengan baik, bahkan mereka mengizinkan Rara untuk tinggal di rumah mereka.Baru saja mereka selesai bercerita dan bercanda tiba-tiba seorang yang berpakaian hitam-hitam mendatangi rumah Ana, ya mereka adalah para anak buah Raymond yang datang untuk menjemput."Aku tidak ingin ikut kalian." Tolak Rara dengan tegas."Sayangnya Tuan Raymond tidak memberikan opsi itu pada anda Nona, tolong ikut kami atau kami akan membawa anda secara paksa." Lagi-lagi ancaman mereka membuat Rara menyerah."Baiklah." Ana dan kedua orang tuanya nampak khawatir namun segera Rara meyakinkan mereka
Mama Raymond dan Jessica berusaha mencari tahu di mana Rara tinggal sekarang, banyaknya rumah dan apartemen yang dimiliki oleh sang anak membuat Mama Raymond bingung. "Dimana dia menyembunyikan wanita itu!" Dia begitu kesal karena tak kunjung menemukan tempat tinggal Rara yang baru. "Kita ikuti Raymond saja Tante." Ide cemerlang Jessica sarankan pada wanita paruh baya itu. Benar saja, mereka menyiapkan orang untuk mengikuti Raymond, dan setelah mendapatkan informasi kedua wanita jahat ini bertindak. Di saat Raymond belum pulang dari kantor, mereka berdua datang ke penthouse. Ketika Rara membukakan pintu dia nampak terkejut dengan kedatangan Mama Raymond dan juga Jessica. "Tuan Raymond belum pulang." Rara berharap mereka pergi setelah tahu jika Tuannya belum datang tapi Mama Raymond dan Jessica tetap masuk melewatinya yang berdiri di ambang pintu. Kedua bola mata Jessica memutar melihat kemewahan penthouse milik orang yang dijodohkan dengannya. "Enak sekali hidupmu, dipelihara
Bell trus berbunyi, tapi Rara tak berani membukakan pintu, sesuai pesan Raymond kemarin jika Rara tidak diizinkan membuka pintu. Mama Raymond dan Jessica merasa kesal karena pintu tak kunjung dibuka hingga mereka meminta bantuan pihak manajemen apartemen untuk membantu mereka. Karena mendapatkan bantuan dari pihak manajemen akhirnya Rara membuka pintu, namun siapa sangka yang datang bukanlah cleaning service melainkan Mama Raymond dan juga Jessica. Sebelum diperbolehkan masuk, Mama Raymond dan Jessica masuk terlebih dahulu yang kemudian diikuti asistennya. "Ada apa lagi kalian datang kemari?" tanya Rara. Assiten Mama Raymond meletakkan koper yang dia bawa. "Buka." Segera asisten tersebut membuka koper, isinya penuh dengan tumpukan uang warna merah. "Alasan kamu bertahan pasti karena uang, ini ada uang satu miliar dan pergilah dari hidup Raymond!" Rara terpaku memandang Mama kekasihnya, tak disangka pandangannya terhadap dirinya serendah itu, padahal yang membuat dia bertahan
Kedua pria itu terkejut terlebih Raymond, raut wajahnya berubah siapa sangka Rara akan turun dan mengetahui apa yang telah terjadi di dapur. Tak kunjung mendapatkan jawaban, dia berjalan mendekat. Melihat keadaan dapur yang kacau balau membuatnya membolakan mata selebar-lebarnya. "Tuan-tuan apa yang kalian lakukan? kenapa dapur bisa seperti kapan pecah begini." Wanita itu seakan tak percaya dengan apa yang terjadi. Beberapa waktu yang lalu, dapur masih dalam keadaan yang bersih, tapi kini sudah seperti kapal pecah. Bola mata wanita itu menyelidik, hal yang membuatnya terkejut adalah saat telur yang baru dia beli sudah habis padahal dia baru mengambil satu butir. "Telur aku!" teriaknya kemudian berjalan di samping David. Tak tau harus menjawab apa David hanya menunjukkan tangannya yang masih memegang cangkang telur. "Sebenarnya ada apa ini?" Rara kembali bertanya. Raymond mengkode David untuk diam, tapi David tetap mengatakan yang sebenarnya. "Tuan Raymond ingin makan mie insta
"Kembalikan ponselku!" Tubuh Raymond benar-benar memanas, tanpa sadar dia melepas satu persatu kemeja yang dia kenakan. Jessica tersenyum penuh kemenangan, setelah dia bisa mendapatkan tubuh Raymond malam ini dia akan memelihara benih yang dikeluarkan, dengan begitu Raymond akan bertanggung jawab. Tanpa ragu dia naik ke atas tubuh yang kepanasan, melihat korbannya membuat Jessica perlahan membuka penutup tubuhnya namun saat bersamaan Mama Raymond memanggilnya sehingga dia membenahi bajunya dan keluar. Saat itulah bayangan Rara muncul, membuat Raymond beranjak dan mengambil ponselnya. "David datang ke rumah secepatnya!" Dengan tubuh berat, panas dan hasrat membara Raymond berjalan turun tangga, perlahan dia telah bisa keluar dari rumah. Dia meninggalkan mobilnya dan terus berjalan menuju gerbang depan. Untung posisi David dekat rumahnya sehingga tak butuh waktu lama untuk sampai. "Anda kenapa Tuan?" tanya David yang terlihat panik. "Bawa aku ke penthouse, aku butuh Rara secepat
"Darimana saja dirimu! ponsel nggak aktif!" Raymond terus memarahi asistennya dalam sambungan telpon. "Cepat panggilkan dokter!" Pria itu kembali marah karena dokter tak kunjung datang sedangkan tubuh kekasihnya panas kembali. "Sabar Tuan, mungkin dalam perjalanan," bujuk Rara. Mendengar ucapan sang wanita Raymond sedikit tenang dan benar saja sebuah panggilan masuk dari David. 'Tuan saya dan Dokter sudah ada di depan' Segera Raymond turun untuk membukakan pintu. "Lama sekali!" "Jangan marah dulu Tuan, tadi benar-benar macet." Dokter segera memeriksa keadaan Rara, tidak ada yang perlu dikhawatirkan, istirahat dan minum obat sudah cukup meredakan demamnya. "Ini resep obatnya Tuan." Dokter menyodorkan secarik kertas pada Raymond. Dari tempat tidur, Rara turut menyahut, "Saya tidak mau minum obat." Raymond dan Dokter menoleh barengan, sehingga membuat Rara takut dan diam. Karena tugasnya sudah selesai Dokter pamit pulang, sedangkan David diperintahkan untuk menebus obat di