Raellyn tersadar bahwa dia tertidur pulas, makanya ketika dia terjaga dia sedikit takjub lantaran melihat sendiri posisi Arnav yang tertidur di sebelahnya dengan posisi telapak tangan yang berada di atas perutnya. Seulas senyum terukir di wajah wanita itu. Ini bisa di bilang langka. Setelah banyak hal terjadi, seperti debat kusir, pertengkaran, dan beberapa problematika. Raellyn kini bisa kembali menemukan sisi hangat dan juga kelembutan dari suaminya, dan itu cukup untuk membuat hatinya di penuh dengan binar kebahagiaan. Tak ingin mengganggu, Raellyn memutuskan untuk beranjak dari ranjang dan melihat waktu. Sebab tampaknya hari masih gelap di luar sana, dan dia juga tidak mendengar pelayan yang mulai bertugas. Melirik ke arah jam dinding, Raellyn menghela napas. Masih pukul empat pagi. “Oh.” Entah apa guna pula wanita itu menggumam untuk dirinya sendiri. Tapi segelintir kenangan di masa lalu tiba-tiba memenuhi. Dulu sekali, ketika dia masih lajang dia terbiasa pukul empat pagi unt
Begitu pagi seperti biasa, para pelayan di rumah mulai bekerja sesuai kewajiban masing-masing. Hiruk pikuk dapat langsung di rasakan oleh Raellyn ketika dia menyadari eksistensi suami juga ikut menghilang. Ini hari minggu, biasanya Arnav akan sedikit lebih lama di kasur tapi hari ini dia jadi lebih cekatan seperti hari-hari biasanya. Karena itu pula Raellyn tergelitik untuk mulai bangkit dari peraduan sampai pintu kamar terbuka lebar, disana sudah ada Mrs. Maddy yang mendorong sebuah meja beroda. Mirip seperti layanan kamar di hotel berbintang saja.“Nyonya, Anda tidak boleh beraktifitas berlebihan,” ujar Mrs. Maddy ketika dia telah mendekati Raellyn. Wanita itu seperti biasa tidak memperlihatkan ekspresi apa pun tapi Raellyn dapat dengan mudah menebak apa yang ada di kepalanya.“Selamat pagi Mrs. Maddy. Harusnya kau tidak perlu kerepotan begini,” sahut Raellyn. Kali ini dia sudah tidak merasa begitu pening dan tubuhnya juga sudah terasa jauh lebih baik dari beberapa saat yang lalu. M
Arnav pikir Raellyn akan memilih makanan manis untuk mengusir mood-nya yang buruk. Tapi rupanya wanita itu justru memilih daging sebagai pelampiasan dari rasa tak menyenangkan yang dia rasakan. Itu sebetulnya bukanlah hal yang sulit bagi Arnav, dia tidak keberatan bila istrinya menghabiskan uangnya karena Raellyn memilih sebuah restoran fancy yang tentu saja menjual daging sapi dengan kualitas terbaik. Satu persatu Raellyn membalik buku menu dengan teliti. Kemudian menunjuk pada sang pramusaji yang berdiri di dekatnya dan mendengarkan seluruh permintaan Raellyn. Ketika buku menu tersebut di berikan kepada Arnav, pria itu hanya tersenyum seraya menunjuk satu pesanan biasa. Bukan karena dia pelit atau takut karena uangnya habis. Tidak demikian. Hanya saja mendengar Raellyn menyebut satu persatu makanan yang ada di menu membuat perutnya tiba-tiba merasa kenyang untuk sebuah alasan yang tak kasat mata.Ketika sang pelayan pergi, barulah kini tatapan tajam di layangkan oleh Raellyn terhada
Pukul lima sore Arnav dan Raellyn baru tiba dari kegiatan di luar rumah. Ini mungkin bisa di bilang sebagai quality time mereka yang kesekian dan tidak melalui banyak drama dan jadwal. Hanya berlalu begitu saja tanpa melibatkan hal-hal merepotkan. Atau mungkin jadinya sekarang tidak lagi demikian karena Arnav hanya ingin memastikan istrinya selalu bahagia di awal kehamilannya. Sarapan di sebuah restoran daging dan makan siang di restoran rumahan. Benar-benar kombinasi yang luar biasa bagi Arnav. Tapi karena Raellyn yang menginginkannya. Meski keberatan Arnav tetap memberikan pengabulan dan menurut mengunjungi beberapa tempat yang Raellyn ingin tuju. Sepanjang waktu yang mereka habiskan bersama Arnav sungguh sangat puas mendapati senyum lebar sang istri yang tidak memudar. Bahkan meski sekarang mereka menyudahi acara kencan dadakan ini, Raellyn tetap masih tersenyum puas. Hanya tinggal beberapa jam sampai adiknya datang, jadi begitu mereka pulang Arnav memilih melepas lelahnya di ruang
Ketukan pintu di luar sana secara terpaksa harus menghentikan permainan panas yang baru saja akan di mulai. Raellyn sempat melirik kearah suaminya yang terlihat kecewa dengan keadaan. Ekspresi wajahnya carut marut saat itu, sementara Raellyn tidak bisa menahan dirinya untuk tertawa kecil.“Ya? Katakan ada apa?”“Maaf saya hanya ingin mengatakan bahwa Tuan Arsene dan istrinya sudah menunggu di ruang tamu.”Apa?Baik Arnav maupun Raellyn kini saling berpandangan, setelah melirik ke arah jam dinding. Apa Arsene sekali lagi mengubah jam pertemuan secara sepihak? tapi hal tersebut sejatinya bukan hal yang aneh mengingat memang seperti itu lah pria itu. Raellyn sudah sangat kenal betul sifatnya. Alhasil Raellyn mulai beranjak dari posisinya untuk kemudian mengelap dirinya yang basah karena ulah Arnav. Sementara Arnav sendiri dengan sangat enggan merapikan dirinya sendiri dan beranjak dari sofa. Tiba-tiba keduanya sibuk dengan urusan masing-masing sekarang.“Katakan padanya untuk menunggu. A
“Kau sudah mempertimbangkan akan terjadi seperti ini?” Arnav mengujar begitu mereka keluar dari ruangan. Membiarkan istri dan adik iparnya beradu argumen di dalam.Arsene yang sejatinya bertanggung jawab atas kejadian ini hanya menganggukan kepala. Air mukanya terlihat tidak begitu bagus, bisa di bilang dia mungkin cemas terhadap apa yang akan terjadi kepada istri dan juga mantan kekasihnya di dalam sana.“Kau sangat gegabah. Aku setuju karena kau bilang ini tidak akan lama. Tapi rupanya istrimu mengambil alih kendali sehingga kita berdua di usirnya keluar dari sana,” sahut Arnav sambil mengangkat bahu, nada suaranya terdengar meremehkan. Sedikit menyindiri sang adik yang tidak bisa memimpin dengan baik istrinya. Karena Arnav tahu bahwa Sylvia adalah seorang wanita yang penurut, sedikit aneh baginya menemukan wanita itu tiba-tiba saja memimpin situasi seperti ini.“Aku tahu, ini salahku. Tapi apa dayaku? Aku hanya ingin membuktikan padanya bahwa aku dan Raellyn sudah selesai. Dia tida
“Hey, hey!” Raellyn tertawa pelan saat dia sedikit menjaga jarak dari suaminya dan berjalan menjauh dari Arnav. Pria itu langsung pasang wajah kecewa, melihat dia meninggalkan Arnav begitu saja. Melihat reaksi tersebut, Raellyn melirik padanya sambil geleng-geleng kepala lalu tersenyum sebelum kemudian mendekat lagi hanya untuk sekadar berbisik. “Tidakkah kita seharusnya melakukan hal itu di tempat tidur?”Mendengar penuturan tersebut, kontan senyuman suaminya yang lenyap beberapa saat lalu kembali bersinar layaknya matahari terbit. Arnav mengikutinya dengan patuh seperti seseorang yang begitu sangat dahaga akan hubungan seks. Ya, Arnav memang pada dasarnya seperti itu. Apalagi mengingat semakin lama nanti mereka mungkin akan sedikit mengurangi intensitas hubungan untuk beberapa waktu agar tidak mengganggu tumbuh kembang bayi mereka.Ketika mereka sudah memasuki kamar, Raellyn kemudian mencoba untuk berlutut di depan suaminya. Tapi Arnav tiba-tiba saja bergerak cepat untuk menghentika
Kali ini Arnav yang mengambil kontrol. Kedua tangannya bergerak untuk menangkup wajah sang istri ketika bibir mereka bertemu satu sama lain, sementara Raellyn meletakan lengannya di dada Arnav dan memiringkan kepalanya. Pria itu bereaksi menggigit bibir bawah Raellyn. Istrinya memberi respon dengan membuka sedikit mulutnya, dan di detik yang sama itulah Arnav melesakan lidahnya ke dalam dengan lembut untuk bertemu dengan lidah istrinya. Mereka saling terkait satu sama lain.Arnav mengerang pelan dan menggerakan tangannya untuk turun tepat ke arah dada Raellyn yang sudah terbuka akibat ulahnya beberapa saat lalu. Meremas bagian itu dengan pelan dan lihai. Membuat Raellyn sekali lagi menggeram dan menggerakan tangannya dengan pelan ke atas tubuh Arnav untuk sekadar memberikan balasan berupa membelai ototnya dengan cara yang lembut.Mereka kemudian melepaskan ciuman.“Fuck,” komentar Raellyn.“Agree, tapi lain kali tolong bicara yang cantik ya—ugh!” Perkataan Arnav terpotong ketika istri