Syifa ingin memejamkan matanya, tetapi bayangan wajah Zain selalu muncul di benaknya. Ia menyentuh bibirnya, mengingat adegan ciumannya tadi siang. 'Apakah aku jatuh hati padanya. Sepertinya otakku sudah mulai tidak waras' gumamnya. Ia juga mengingat kembali peritiwa 3 tahun lalu ketika menyelamatkan Zain. 'Saat itu mobil Zain mengalami rem blong dan ia menghindari tabrakan dengan pengendara lain sehingga ia menabrakkan mobilnya ke arah pohon. Syifa yang saat itu berada dekat dengan tempat kejadian membawa Zain keluar dari mobilnya tepat sebelum mobilnya meledak. Zain sempat melihat wajah Syifa sebelum ia pingsan. Syifa membawa Zain ke rumahnya dengan bantuan Azka, tetangga Syifa. Tetapi Azka malah membawanya ke rumahnya sendiri. Azka tinggal dirumahnya bersama neneknya. Dirumah Azka, Syifa mengobati luka Zain. Ketika ia melihat tangan kanan Zain. Ia menyafari bahwa tangan Zain bengkok dan berbelok lalu Syifa mengobati Zain dengan pijatan tangannya dan mantra suci yang ia ucapkan dengan hati uang tulus. Tangan Zain yang asalnya bengkok dan berbelok akhirnya kembali normal. Syifa kemudian memberi penyangga dan perban di tangan Zain. Dia juga memberikan ramuan khusus sebelum memerban tangannya. Keesokan harinya saat Syifa datang kerumah Azka, Zain sudah sudah pergi. Syifa terlarut dalam fikirannya sambil memejamkan matanya dan lama kelamaan diapun tertidur.
Mentari pagi menyilaukan mata. Syifa sudah selesai dengan ritual mandinya dan bersiap untuk berangkat bekerja.
"Sayang, Ibu sudah membelikan gaun untukmu Pakailah untuk nanti malam." Ucap Hanna sambil memberikan sebuah kotak berisi pakaian.
"Baik bu. Aku akan memakainya." Ucap Syifa.
Syifa melihat gaunnya sekilas. "Ibu, ini gaun yang sangat indah."
"Kamu suka?"
"Tentu saja" Syifa tersenyum bahagia.
Waktu berlalu dan Syifa sudah berada di ruang kerjanya memijat pelanggannya dengan tangan lentiknya. Memijatnya dari titik titik tertentu yang baik untuk kesehatan.
"Syifa, hari ini akan ada rapat yang akan dipandu langsung oleh Wakil ketua. Dia anak dari pemilik tempat usaha ini. Kudengar dia sangat tampan dan ramah. Aku tidak sabar ingin segera melihat wajahnya." Kata Erliana
"Oh ya. Kapan rapatnya dimulai." Tanya Syifa.
"Satu jam lagi. Bagaimana dengan penampilanku. Apa aku sudah terlihat cantik?" Erliana melihat wajahnya dicermin.
"Kau sangat cantik, Er. Tetapi kalau kamu berdandan berlebihan, itu jadi tidak natural." Jawab Syifa
"Benarkah, Apa yang harus aku lakukan?" Tanya Erliana.
"Kau hanya akan bertemu Wakil Kepala. Kenapa kau segugup ini. Bagaimana kalau ternyata dia tidak tampan seperti yang kau pikirkan?" Ucap Syifa.
"Dia sangat tampan. Lihat saja nanti. Kau pasti akan langsung jatuh cinta padanya." Ucap Erliana dengan penuh semangat.
"Baiklah. Terserah padamu." Syifa mengalah. Erliana pasti akan menjawab terus semua perkataanya kalau dia tetap bicara.
Waktu rapat telah tiba. Semua karyawan berkumpul di aula pertemuan. Disana terdapat enam puluh karyawan dan juga beberapa staf penting yang hadir disana. Tuan Surya sebagai pemilik AZ theraphy and traditional message memberikan sambutan dan juga motivasi kepada para karyawan untuk lebih profesional dalam menjalankan tugas. Ia juga memperkenalkan putranya yang bernama Azka Surya Pratama sebagai Wakil Ketua dan penerusnya. Azka memberi sambutan yang ramah dan mengesankan. Semua mata tertuju padanya. Caranya menyampaikan pidato sangat menarik para pendengarnya hingga tak terasa waktu sudah sore. Acara ditutup dengan do'a bersama. Satu persatu karyawan meninggalkan tempat untuk pulang, tak terkecuali Syifa. Ia sudah menantikan acara ulang tahunnya nanti malam jam 8 di hotel Permata. Hotel yang sangat terkenal di kota ini. Saat Syifa berada di lobi dan ia melihat Azka. Azka dulu adalah tetangga Syifa di desa. Ia tinggal bersama neneknya. Rumahnya paling mewah didesanya karena orang tuanya bekerja diluar negeri dan memiliki banyak usaha. Syifa menghampiri Azka.
"Azka, apa itu kamu? Apa kamu tidak mengenaliku?"
"Syifa? Apa aku tidak salah lihat. Bagaimana mungkin kamu bisa ada disini?"
"Ayahku meninggal dua bulan yang lalu dan aku tinggal disini bersama ibuku."
"Aku ikut sedih mendengarnya. Kenapa kamu tidak mengabariku? Aku pasti datang ke pemakaman ayahmu."
"Tidak perlu, kamu sangat sibuk sekarang. Penampilanmu juga jauh berbeda. Aku sampai pangling."
"Aku tetap Azka yang dulu. Azka yang suka melindungimu dari para playboy di sekolah. Aku senang bisa bertemu denganmu disini. Bagaimana kalau kita makan malam bersama?" Azka tersenyum menggoda Syifa.
"Maaf, Aku hari ini ada acara. Ibuku membuatkan pesta ulang tahun untukku dan ini pertama kalinya aku merayakan ulang tahunku. Apa kamu bersedia datang?"
"Tentu. Kirimkan alamatnya padaku. Ini kartu namaku. Ada nomor telponku disitu."
"Baiklah, Sampai bertemu nanti."
Syifa melambaikan tangannya kepada Azka dan menuju tempat parkir. Ia mengemudikan mobilnya sampai dirumah. Syifa merebahkan tubuhnya di kasur Springbad miliknya. Beristirahat sejenak.
Malam telah tiba dan Syifa sudah berada di hotel bersama ibunya.
"Sayang, Kamu cantik sekali malam ini." Kata Hanna dengan senyum yang indah.
"Ibu yang mendandaniku. Aku sangat gugup."
"Tidak perlu gugup sayang. Ayo kedepan."
Suara alunan musik dan penyanyi menyanyikan lagu romantis. Membuat para tamu yang hadir menikmatinya. Kebanyakan tamu adalah teman kerja dan karyawan ibunya Syifa. Syifa hanya mengundang teman setu tempat kerjanya saja. Karena dia belum begitu banyak memiliki teman. Hanna mengajak Syifa ke panggung.
"Hadirin yang berbahagia. Hari ini adalah hari yang sangat berbahagia untuk saya dan putri saya Syifa. Saya berharap putri saya memiliki umur yang panjang, mendapat pria yang bisa membahagiakannya."
Prok prok prok
Para tamu bertepuk tangan memeriahkan suasana.
"Hadirin semua, Silahkan dinikmati jamuannya." Tambah Hanna
Tiba tiba Listrik padam dan semua tamu mulai panik dan kebingungan. Bagaimana bisa hotel berbintang tujuh tidak memberikan fasilitas yang baik pada pelanggannya. Itu sangat tidak mungkin. Tidak lama setelah itu terdapat cahaya menyoroti Syifa dari atas.
Sebuah lampu berwarna putih menyorot Syifa diantara kegelapan lalu sebuah lampu menyorot seorang pria didepannya yang berjarak 50 meter. Pria itu berjalan ke arah Syifa. Syifa terkejut karena melihat Zain disana. Zain berjalan ke arahnya. Ia mengambil mikrofon didepannya dan mengagetkan Syifa dengan pernyataannya."Syifa, sejak pertama kali kita bertemu, hatiku merasa berwarna, kau telah mengisi kekosongan yang ada pada diriku. Aku tahu ini terlalu cepat. Tetapi cinta tidak mengenal waktu, berapa lama kita bertemu atau berapa lama kita bersama. Cinta datang dari hati, dan didalam hatiku hanya ada satu namamu, Syifa. Aku mencintaimu, maukah kamu menjadi kekasihku?" Tanya Zain.Syifa terdiam. Ia belum bisa menerima semua yang Zain katakan. Hanya saja ia tidak mau membuatnya dan Zain malu karena menolaknya. Para tamu mulai bersuara."Terima, terima, terima."Syifa yang bingung lidahnya berkata tanpa ia pikirkan apa konsekuaensinya."Iya. Aku men
Zain mengawali paginya dengan senyum di wajahnya. Kehadiran Syifa membuat kehidupan Zain semakin lengkap. Ia melangkahkan kakinya dengan semangat untuk memulai pekerjaannya. Tiba-tiba Ratih menghentikan langkahnya."Ada apa ma?" Tanya Zain."Lihat berita hari ini. Apa maksud isi berita itu? Apa benar kamu menyatakan cinta kepada seorang tukang pijat tradisonal. Memalukan sekali.""Memangnya kenapa kalau dia seorang tukang pijat? Aku memang mencintainya." Ucap Zain santai. Ia melihat berita di koran, majalah dan media internet. Ternyata banyak berita bermunculan tentang dirinya.'Pewaris perusahaan Sanjaya Adhitama grup, Zain haruna Sanjaya menyatakan cinta kepada seorang tukang pijat tradisional''Tukang pijat tradisional merayu pewaris perusahaan Sanjaya Adhitama grup' disertai foto mereka saat dipantai."Siapa yang berani membuat berita seperti ini." Geram Zain. Zain keluar dari rumahnya dengan amarah. Dia tidak suka ada orang yang membuat
Zain menyelesaikan pekerjaan kantornya lebih awal. Ia segera pergi untuk menjemput Syifa. Sesampainya ditempat Syifa. Zain menemuinya. Ia berpapasan dengan Azka di lobi."Hai, bukankah kamu Zain? Lama tidak bertemu.""Hai, kamu Azka, Bagaimana kamu bisa ada disini?""Aku pemilik usaha ini. Ayahku sibuk diluar negeri dan aku menggantikannya. Nenekku di desa ditemani pamanku. Jadi, aku di Jakarta sekarang. Bisakah kita berteman?""Tentu saja. Aku sangat senang bisa bertemu denganmu lagi setelah sekian lama." Ucap Zain dengan tulus."Apa kamu akan menjemput Syifa?." Tanya Azka."Bagaimana kau tahu?" Zain menyelidik."Hanya menebak saja. Di internet berita tentangmu sedang menjadi topik utama." Ucap Azka dengan prihatin."Iya. Aku memang menjemputnya. Media memang suka berlebihan. Aku sudah membereskannya. Berita itu sudah tidak bisa dilihat lagi di internet beberapa menit yang lalu." Kata Zain."Benarkah? Kau sangat h
Syifa mengawali harinya dengan berolahraga di samping rumahnya. Ia memutar musik di smartphone miliknya. Menggerakkan tangannya ke samping kanan dan kiri, menggerakkan tubuhnya dengan gerakan-gerakan yang menyehatkan badan sampai keringat keluar dari tubuh eksotisnya."Syifa, kamu belum bersiap untuk kerja?" Tanya Ratih."Iya bu, sebentar lagi." Jawab Syifa.Syifa menyelesaikan olahraga paginya dan bersiap untuk mandi. Wangi sabun dan shampoo yang lembut membuat Syifa merasa tenang. Ia menyelesaikan ritual mandinya lalu sarapan bersama ibunya."Sayang, kenapa sarapannya tidak dihabiskan?""Aku bisa terlambat, Bu. Aku berangkat dulu." Syifa mencium punggung tangan ibunya.Ditempat kerjanya, seperti biasa Syifa melayani pelanggannya dengan ramah. Hari ini banyak yang datang mengantri untuk dipijat."Nona, pijatanmu sangat nyaman. Aku merasa segar kembali setelah dipijat olehmu." Kata seorang wanita paruh baya."
"Kakak tidak akan pernah meninggalkanmu." Azka mengikatkan gelang berwarna pink dan biru laut di pergelangan tangan Syifa."Janji?" Syifa melingkarkan jari kelingkingnya pada jari kelingking Azka."Janji." Tanpa sadar Azka sudah membuat janji yang sulit baginya. Saat Ia berusia dua puluh tahun. Ibunya memintanya untuk ke Jakarta karena ayahnya sedang sakit. Waktu itu Azka juga berjanji untuk mengantar Syifa makan malam pada acara kelulusan SMA nya bersama teman-temannya. Azka tidak punya banyak waktu untuk menjelaskan kepada Syifa karena asisten ayahnya memaksa membawanya ke bandara. Pak Roni membawa dua bodyguard yang membawa paksa Azka menuju mobil. Azka yang sudah siap menjemput Syifa akhirnya ikut dengan asisten ayahnya. Karena ia memberontak dan pikirannya kacau, ia tidak sengaja menjatuhkan ponselnya di kolam ikan hias yang ada di depan rumahnya. Azka sangat menyesal tidak bisa menghubungi Syifa. Ia merasa bersalah padanya. Setelah hari itu, Azka tidak diperboleh
Zain mengantarkan Syifa pulang kekediamannya. Ia tidak ikut masuk kedalam rumah karena sudah terlalu larut. "Selamat malam, Honey. Mimpikan aku dalam tidurmu." "Your wish." "Honey!" "Ada apa?" Syifa yang akan membuka pintu rumah berbalik menatap wajah rupawan Zain. "Maafkan perkataan Mama, dia hanya belum mengenalmu. Kalau ia bisa lebih dekat denganmu. Aku yakin dia akan menyukaimu." "Kau tidak perlu menghawarirkanku. Mamamu hanya ingin yang terbaik untukmu, dan mungkin ia tidak melihat itu pada diriku." Nada suara Syifa melemah. Ia sangat sedih dengan ucapan Ratih yang masih tetekam diotaknya. "Kenapa kamu berbicara begitu, Honey. Kamu yang terbaik bagiku." Zain memeluk Syifa erat-erat. Ia tidak ingin membuat Syifa merasa rendah diri. Syifa tidak bisa menahan air matanya yang menetes tanpa ia minta. Zain menghapus air mata Syifa dengan jari-jarinya yang kokoh. "Pulanglah Zain. Aku sangat lelah hari ini dan
"Fa, Bagaimana menurutmu tas ini? Cantik tidak?" Erliana memperlihatkan tas yang ia beli kepada Syifa namun Syifa diam saja. Ia melamunkan apa yang baru saja terjadi."FA. Kamu kenapa sih? Ditanya malah diam saja.""Kamu tadi tanya apa Er?" Kata Syifa tersadar dari lamunannya." Tuh, kan kamu dari tadi melamun terus. Ada apa sih. Cerita dong sama aku?""Nggak ada apa-apa kok Er. Cuma masalah kecil." Jawab Syifa.Erliana terlihat tidak puas dengan jawaban Syifa. Ia merasa ada sesuatu yang ia sembunyikan. Mungkin Syifa belum ingin bercerita apa masalahnya. Erliana hanya berharap Syifa memang baik-baik saja."Baiklah. Kita pulang sekarang.""Oke."Hari semakin senja. Tampak banyak kendaraan yang berlalu lalang di jalanan ibu kota yang padat. Erliana mengantar Syifa kerumahnya. Ia melambaikan tangannya sebagai salam perpisahan mereka.Syifa baru saja menyelesaikan ritual mandinya. Ia mengganti pakainnya dengan pakaian
Para karyawan terheran melihat keadaan Zain yang sedang berlari dengan kemeja basah tanpa dikancingkan. Ia tidak peduli dengan pandangan karyawan terhadapnya saat ini, yang ada dalam fikirannya hanyalah Syifa. Ditempat parkir yang luas, Zain meraih tangan halus Syifa dan mendekapnya. Syifa merasakan hentakan yang kuat dari tangan Zain saat ia membalikkan tubuhnya. Rasa hangat dari tubuh mereka yang bersentuhan membuat hati mereka berdesir. Nafas Zain yang memburu menyapu pipi kanan Syifa. "Honey. Apa yang kamu lihat tidak seperti yang kamu pikirkan. Aku dan Kinan tidak ada hubungan apa-apa. Apa yang kamu lihat tadi adalah kecelakaan. Kumohon percayalah padaku." Syifa mendorong tubuh Zain dengan kuat tetapi kekuatannya tidak seberapa dibanding dengan kegagahan lelaki yang mendekap tubuhnya. "Kau pikir aku bodoh. Apakah itu yang selalu kau lakukan dibelakangku, Zain? Kupikir kamu sungguh mencintaiku tetapi ternyata selama ini aku salah