Luther merasakan hidupnya hancur. Naik turun bagaikan roller coaster dalam waktu yang sekejap. Padahal dia sedang merasakan bahagia, merasakan jatuh cinta lagi. Tapi dengan mudah juga kebahagiaan itu hilang dari dirinya.Lola, gadis yang dia cintai kini pergi entah ke mana. Penyemangat hidupnya telah hilang. Padahal tinggal selangkah lagi baginya untuk merengkuh bahagia. Dia hanya tinggal menunggu waktu yang tepat untuk memohon restu agar dapat menikahi Lola dan menjadikan gadis itu sebagai satu-satunya."Lola ... mengapa kau pergi dariku?" desah Luther frustasi.Jeremy yang saat itu sedang ada bersama Luther, menatap pria itu dengan tatapan yang sangat sedih. Dia sudah berusaha untuk melarang bosnya itu agar tidak terlalu banyak minum, namun rupanya larangan Jeremy sama sekali tak digubrisnya."Bos, sudahlah! Jangan minum lagi!" Jeremy merebut gelas wine kosong yang ada di tangan Luther.Luther terlihat tak senang dengan sikap Jeremy. Dia berusaha untuk merebut gelasnya dari tangan J
Luther kembali pingsan sebelum mereka menyelesaikan permainan panas mereka. Cassandra terlihat kecewa. Padahal dia ingin merasakan kenikmatan hakiki dari surga dunianya bersama Luther pada saat itu."Yah, sayang sekali. Terputus di tengah jalan," ucap wanita itu kecewa. Kini dia menyandarkan kepalanya di dada bidang Luther sambil harus meredakan kembali hasratnya yang masih membara. Luther sepertinya terlalu mabuk sampai-sampai salah mengenali dirinya dengan wanita lain."Ngomong-ngomong, dia menyebut nama Lola. Seingatku ... Lola itu nama salah seorang gadis simpanannya ya? Duh, aku iri sekali pada wanita itu. Sepertinya dia yang paling dicintai oleh Luther."Cassandra berangan-angan indah mengenai kehidupannya jika berhasil menjadi wanitanya Luther juga. Dia akan mendapatkan double kebahagiaan. Selain hasrat biologisnya yang terpenuhi, dia juga akan mendapatkan kehidupan yang terjamin."Bagaimana ya caranya agar aku bisa menjadi salah seorang dari wanita simpanan Luther?"Memikirka
Luther pulang dengan tangan hampa. Awalnya harapan untuk bertemu Lola begitu besar dia rasakan, namun kenyataan berkata lain. Semakin sulit bagi Luther untuk mencari jejak Lola setelah ini."Bos .... " Jeremy merasa sedih. Sepanjang perjalanan kembali, Luther tak berkata apa-apa lagi. Dia paham betul bagaimana hancurnya perasaan sang bos pada saat itu. Makanya ketika Luther sudah sampai di mansion, dia menemani bosnya yang kembali bermabuk-mabukan."Jer, tambah lagi!" pinta Luther cepat.Jeremy menuang wine dengan hati-hati ke dalam gelas kosong milik Luther. Dengan cepat juga, Luther meneguk habis isinya. Jeremy jadi teringat akan hal serupa ketika bosnya baru saja ditinggalkan pergi selamanya oleh Abigail Allen, wanita yang pernah menempati hati Luther."Bos. Saya tahu Anda sedang kecewa. Tapi ... mabuk bukanlah jalan keluar dari segala permasalahan Anda.""Kau tahu apa, Jeremy? Hidupku sudah hancur! Aku ditinggalkan lagi oleh orang yang kucintai! Lalu apa yang harus kulakukan?" se
Cassandra dan Luther kembali ke kantor bersama, membuat semakin banyak pegawai yang menjadikan mereka sebagai bahan gosip. Mereka menduga jika bosnya itu ada hati kepada sang pegawai baru.Jeremy menghadang mereka di pintu masuk."Bos, Anda dari mana saja? Saya bingung mencari Anda ke mana-mana!""Santai, Jer. Tadi aku ada sedikit urusan." Luther menanggapi dengan santai.Jeremy melirik Cassandra yang kini tengah tersipu malu. Jeremy mengerti apa yang telah terjadi. Dia pun ikut tersenyum."Baiklah, ayo Nona. Lanjutkan kembali pekerjaanmu." Jeremy mengajak Cassandra untuk masuk.Cassandra kini terlihat riang dalam mengerjakan pekerjaannya. Luther diam-diam tersenyum melihat wanita itu sekarang. Dia pun bisa dengan tenang melanjutkan pekerjaannya kembali.Sesekali ingatannya melayang. Dirinya terpikirkan bagaimana dengan Lola saat ini. Apakah gadis itu baik-baik saja di sana? Apakah gadis itu kini sudah bahagia tanpanya?"Bos, saya sudah mendapatkan kabar terbaru dari pihak konstruksi
Luther tidak langsung menjawab ucapan Noah. Dia masih terlihat ragu dan menimbang-nimbang segala sesuatunya. Noah masih menunggu jawaban dari Luther."Bagaimana Tuan Luther? Dalam proyek ini, bukan hanya Anda yang mengeluarkan modal. Tapi aku juga." Noah mengungkapkan kesulitannya."Baiklah. Aku akan menuliskan cek untukmu. Untuk membantu operasional pelaksanaan mega proyek ini. Kuharap dalam tahun ini, gedung pencakar langit ini bisa selesai dan tidak terhambat lagi." Luther pada akhirnya mencoba untuk mempercayai ucapan dari Noah.Mata Noah terlihat berbinar pada saat itu. Dia tak sabar untuk bisa menarik uang pemberian dari Luther untuk dia persembahkan pada wanita kesayangannya yaitu Virginia.Luther pun memanggil kembali Cassandra untuk membawakan buku cek yang ada di laci meja kerja Luther. Cassandra datang membawakan buku cek itu beserta dengan penanya."Baiklah. Satu juta dollar, 'kan? Aku akan menulis ceknya untukmu." Luther beranjak menggoreskan nominal pada lembaran cek yan
"Apa?" Luther mulai tak nyaman begitu mendengar pengakuan dari Cassandra. Ada rasa was-was di dalam hatinya. Khawatir Noah akan melakukan segala cara untuk mendapatkan Cassandra."Apa yang harus ... kulakukan?" Cassandra terlihat kebingungan di tempatnya. Sejujurnya dirinya tidak nyaman didekati oleh Noah. Begitu dulu menjalin bisnis dengan Noah pun, dia sebenarnya ogah-ogahan.Luther tertegun di tempatnya. Alisnya berkerut, terlihat jelas jika dia sedang berpikir keras. Jeremy menghampiri dengan khawatir."Bos .... "Luther kini menatap Jeremy serius. "Jeremy, aku pikir perilaku Noah tak dapat kita biarkan lagi. Coba kau hubungi informan langganan kita untuk menyelidiki semua berkaitan proyek yang tertunda ini. Aku benar-benar curiga ada udang di balik batu.""Baik, Bos." Jeremy bergerak cepat untuk menghubungi informan langganan Luther.Sekarang Luther beralih menatap Cassandra begitu lekat. "Untukmu, kau harus berhati-hati. Aku dan Jeremy akan mengantarmu sampai ke rumah nanti."Ca
Lola merasa tubuhnya semakin lemah dan kepalanya sangat berat pada saat itu. Padahal sebelum memutuskan untuk tidur siang, dia sudah beberapa kali muntah."Apa mungkin aku sedang sakit? Apakah aku masih terkena jetlag sehingga merasa seperti ini? Lebih baik aku makan dulu."Lola memaksakan diri keluar dari kamar dan menuju ke ruang makan untuk mencari makanan pengganjal perutnya. Dia begitu bahagia menemukan beberapa potong roti yang tersimpan di bufet. Dengan segera, dia memakan roti itu."Aku masih sangat lapar. Apakah pelayan di sini sudah memasak untuk makan siang?"Lola menjelajah wilayah dapur yang luas itu. Dia menemukan masih ada makanan yang tersaji di atas meja. Kemungkinan itu jatah lauk makan siang miliknya. Karena sudah teramat lapar, Lola segera mengambil seporsi makan siang dalam jumlah besar untuknya."Wah, sepertinya Nona sedang lapar sekali ya? Tumben sekali lauk yang diambil sebanyak itu." Seseorang mengomentarinya, ternyata itu adalah Joyce.Lola tak peduli. Dia se
Akhirnya mereka memutuskan untuk pulang karena takut kondisi Lola bertambah parah dan membuat jelek citra restoran itu. Jhonatan tak peduli dengan uang yang terbuang percuma. Dia hanya mempedulikan kondisi Lola."Lola, kau kenapa? Apa yang sebenarnya terjadi? Katakan padaku," tanya Jhonatan secara bertubi.Lola tentu tak menjawabnya. Dia terus membisu sampai akhirnya mereka tiba di rumah. Jhonatan tak mampu bertanya banyak. Dia membiarkan Lola beristirahat di kamar."Istirahatlah, semoga kondisimu cepat membaik."Lola mengangguk kecil. "Maafkan aku, Jho."Lola berjalan pelan menuju ke kamar. Jhonatan hanya bisa menghela napas panjang. Dirinya sama sekali tak menyangka jika rencana yang sudah dia susun mendadak berantakan."Tuan Muda, sebentar. Aku akan mengantar Nyonya ke kamar dulu. Ada hal yang ingin kubicarakan padamu," bisik Joyce.Jhonatan hanya dapat mengangguk. Dia terlampau khawatir dan frustasi dengan keadaan. Sampai akhirnya Joyce benar-benar menghampirinya dan duduk bersama