Share

BAB 11. Sebuah Ajakan

Val mendelik tak percaya membaca pesan yang dikirim Arion. Sesungguhnya ia melonjak girang dan bisa saja menjawab ‘iya’, tapi posisinya tidak memungkinkan untuk itu. Dia adalah orang baru di kantor ini dan ingin terus bekerja di sini. Apa yang akan terjadi jika ia begitu saja menerima tawaran Arion? Sesuka apa pun Val padanya, ia tak mungkin mengorbankan pekerjaan ini.

Lagi pula di mana ada Arion, pasti akan ada Saga, bukan? Dua orang itu seperti lem dan perangko. Orang pacaran pun mungkin akan kalah dengan kedekatan mereka. Val tidak ingin Saga akan semakin menganggapnya rendah. Begitu pula Saga. Pria itu pasti tidak akan suka dirinya dekat-dekat dengan atasannya.

Untuk sementara fokus pekerjaan dulu. Urusan hati dan cinta bisa menunggu, putus Val. Ia lalu mengetikkan balasannya, “Maaf, Pak, saya nggak bisa.”

Karena Saga?” Pesan Arion masuk beberapa detik kemudian.

Val terkejut. Sudut matanya melirik Saga yang sedang menyeruput kopinya.

“Bukan begitu. Saya baru dua hari bekerja. Masih banyak yang harus saya pelajari.” Jari lentik itu mengetik lagi.

Arion belum membalas lagi, tapi ada keterangan ‘sedang mengetik’ di papan pesan itu. Val menunggunya dengan harap-harap cemas.

“Ehem!” Saga sengaja berdeham keras dan membuat Val melonjak kaget.

Cepat-cepat gadis itu menunduk dan pura-pura sedang menulis. Meski begitu, ia masih merasakan tatapan Saga yang menusuk.

“Kalau nanti malam bagaimana?” Pesan dari Arion muncul lagi.

Val hendak membalas ketika Saga menggeser kursi hingga membentur mejanya dan berdiri.

“Dasar! Padahal masih jam kerja!” gumamnya kesal. Ia melangkah cepat ke ruangan Arion dan menutup pintu.

Val baru saja mengirim pesan balasan yang sama dengan sebelumnya ketika terdengar perdebatan dan tawa kecil dari ruangan kaca itu. Tidak terdengar jelas apa yang mereka bicarakan, tapi Val yakin Saga mengetahui dengan siapa dia berbalas pesan.

Ketika pintu ruangan kaca itu terbuka beberapa menit kemudian, Saga melempar pandangan tak suka pada Val. Sementara Arion tertawa santai sambil merangkul pria galak itu seolah menenangkan anak kecil yang merajuk.

Val mengangguk canggung di tengah tatapan Saga, saat Arion tersenyum padanya. Ia mengamati dua orang itu meninggalkan ruangan dan memasuki lift untuk turun. Saat ini sudah jam makan siang, dan sudah menjadi kebiasaan mereka untuk makan bersama.

Dewi yang akan ke toilet melewati meja Val dan melihat gadis itu kembali menekuri pekerjaannya. Ia pun bertanya, “Nggak makan dulu, Val?”

Val menoleh dan tersenyum sambil menunjuk kotak makan yang terbuka.

“Oh, kamu sedang makan rupanya,” ujar Dewi. Ia pun pergi ke toilet dan kembali mendekati Val setelahnya. “Kamu sudah selesai? Cepet banget, Val!” Ia melongo melihat kotak makan Val yang sudah tandas.

Val tertawa. “Iya, aku kerja sambil makan. Kamu sudah makan?”

“Rajin sekali kamu, Val.” Rara tiba-tiba muncul.

“Kalau nggak ingin didepak Pak Saga, aku harus bekerja keras, ‘kan?” Lagi, Val tertawa. Tawa yang terkesan dipaksakan mengingat ia sendiri tidak tahu apakah sanggup menghadapi Saga ke depannya.

“Benar juga sih! Kalau sampai kamu keluar juga karena nggak betah atau nggak bisa mengikuti kerja Pak Saga, kami juga yang repot,” kata Sandy yang entah kapan sudah terlibat dalam pembicaraan mereka.

“Kami kebagian juga tugas-tugas itu.” Rara menunjuk dengan matanya pada halaman di monitor Val.

Sandy duduk bersandar pada tepi meja. “Mau nggak mau sih, kami harus bantu demi kelangsungan hidup bersama.” Kalimat itu diakhiri tawa semuanya.

“Karena itu, demi kepentingan bersama, aku akan bekerja keras dan rajin,” kata Val dengan semangat. “Kalian makan dululah. Aku mau kerja lagi.”

“Oke. Jangan terlalu dipikirin, Val, ntar kamu stress,” kata Rara sebelum pergi.

“Santai saja. Intinya kamu harus cepat tanggap dan tangkas kalau bekerja dengan Pak Saga,” tambah Dewi.

Sandy hanya tersenyum sambil mengacungkan ibu jarinya.

Val tersenyum lega melihat bantuan semangat dari teman-temannya. Ya, benar. Untuk mengambil hati Pak Saga, oh, tentu saja dalam hal pekerjaan, aku harus menunjukkan kinerja yang baik. Dengan begitu, ia tidak akan seenaknya lagi!

Setelah mendengar cerita dari mereka, Val tidak ingin membebani teman-temannya itu dengan pekerjaan tambahan karena tidak mampu menyelesaikan pekerjaan dengan baik.

Rara, seorang ibu dengan satu anak yang ia tinggal di tempat penitipan dan harus segera dijemput sepulang bekerja. Suami Rara bekerja di luar kota dan pulang seminggu sekali. Dewi yang belum memiliki momongan, terkadang harus bergantian menjaga ibunya yang sudah sepuh, sementara suaminya bekerja shift malam. Sementara Sandy, memiliki pekerjaan sampingan, yaitu mengajar anak-anak tentang desain di hari tertentu.

Masa Val tega membiarkan teman-temannya menanggung pekerjaan itu? Mereka sudah memiliki kewajiban lain, sementara dirinya masih menikmati hidup sendiri. Sudah seharusnya ia bekerja lebih giat dan keras supaya tidak menjadi beban.

Syukurlah permintaan Saga hari ini bisa Val selesaikan dengan baik. Ia merasa beruntung karena Arion mengirim pesan di saat yang tepat. Saga melupakan sejenak tentang tugas yang diminta, lantaran keburu kesal dengan Arion.

Ketika Val menyerahkan tugas itu setelah Saga kembali tanpa Arion, pria itu menerimanya dengan terpaksa. Sepertinya ia kesal karena sempat melupakan hal itu.

“Bagus,” katanya datar.

Entah ini pujian atau hanya sindiran sinis, Val sedikit merasa bangga. Dalam hati ia tertawa mengejek kelalaian Saga. Ternyata anda bisa lupa juga, Pak saga!

“Pekerjaanmu hari ini cukup bagus. Sekarang selesaikan yang itu!” Saga menunjuk papan pesan di monitor Val dengan matanya.

Val membaca beberapa tautan yang dikirim Saga. Ia lalu mengangguk. “Baik, Pak.”

Setelah itu, tidak ada hal berarti yang terjadi. Semua sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Bahkan Val tidak sadar bahwa Arion sudah kembali. Beberapa kali Saga keluar masuk ruangan Arion, entah apa yang dibicarakan mereka. Terakhir kalinya, Saga berada di dalam cukup lama.

“Kalian!” Tiba-tiba Saga berseru dari ambang pintu dan memandang anak buahnya satu per satu. “Kemari semuanya!” perintahnya.

Val melihat Rara dan lainnya tampak keheranan. Namun, mereka bergegas menuruti perintah Saga.

“Ayo, Val!” kata Rara setengah berseru.

Buru-buru Val bangkit dan mengekor di belakang Rara. Pintu pun tertutup kembali.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status