Rosalind pergi tidur pagi itu, tapi dia tidak bisa tidur. Rasa gembira tidak mau meninggalkannya. Dia bangun sebelum alarmnya berbunyi, membuat kopi dan meminumnya, makan semangkuk sereal, dan mandi. Apa yang akan dia pakai agar tdia terlihat cocok saat bepergian bersama Adelio Carlos?
Karena dia tidak memiliki satu pakaian yang pantas untuk di sandingkan dengan Adelio, dia memutuskan untuk memakai celana jeans favoritnya, boots, tank top dan jaket hijau pendek. Jika dia tidak bisa terlihat elegan, setidaknya dia harus merasa nyaman selama penerbangan. Dia menghabiskan waktu untuk menata rambut panjangnya yang sangat jarang dia lakukan, memakai sedikit maskara dan lip glos. Dia mengamati dirinya di cermin saat dia selesai, mengangkat bahu dan meninggalkan kamar mandi.
Meskipun Adelio mengatakan Rosalind tidak perlu membawa apa-apa, dia tetap memasukkan pakaian dalam, dan beberapa pakaian ganti, alat mandi, dan paspor ke dalam tas ranselnya. Rosalind meletakkan ta
Rosalind tidak keberatan kalau Adelio bekerja. Dia suka melihat Adelio bekerja walaupun sebagian dirinya sedang berpusat pada tepat lain. Rosalind melihat Adelio memakai kacamata yang mungkin selalu dia gunakan saat bekerja. Jari tangannya mengetik cukup cepat di atas keyboard laptop yang mungkin sanggup membuat asisten administrasi menjadi iri. Rosalind merasa aneh saat memikirkan tangannya yang lbar dan maskulin busa bergerak begitu cepat dan teliti.Adel akan menggunakan tangan itu untuk bercinta dengannya dalam waktu dekat. Rosalind tidak bisa mempercayainya. Pria pertama yang bercinta dengannya adalah Adelio Carlos.Rosalind meneguk minuman dinginnya dan memaksa dirinya untuk menatap keluar jendela. Begitu banyak pertanyaan yang mendengung di kepalanya. Saat mereka melewati jalanan yang berlawanan arah dengan bandara. Rosalind tidak bisa menahannya lebih lama lagi."Adelio, kemana kita pergi?"Adelio menatapnya dan melihat keluar.
Adelio menekan tombol kirim di komputernya, memberikan detail pekerjaan untuk staffnya. Untuk ke lima puluh kalinya dalam waktu sepuluh menit, tatapannya menelusuri sepanjang tubuh feminim yang meringkuk di bawah selimut. Meskipun hanya gerakan kecil naik dan turun dari selimutnya mengatakan padanya kalau dia tertidur dengan nyenyak. Adelio menduga kalau Rosalind akhirnya bisa tidur dengan nyenyak kira-kira lima jam yang lalu. Adelio sulit berkonsentrasi, dirinya menderita, dia tidak bisa menyalahkan siapa pun melainkan dirinya sendiri. Adelio sendiri yang meminta Rosalind melepaskan pakaiannya. Adelio duduk dan menatap, terhipnotis saat Rosalind melepaskan satu demi satu pakaiannya, sementara mulutnya mengering dan detak jantungnya berdetak sangat kencang.Setiap kali Adelio mengingat tatapan menunduk dan pipi merona merah, rambut panjangnya, bentuk tubuhnya yang indah. Akan sangat menyiksa jika sampai dia tidak menyentuh Rosalind malam ini, tapi dia berjanji pad
Rosalind pasti kelelahan, karena saat dia melihat kamar tidur pesawat yang luas dan mewah, dia tidak terkejut. Mungkin juga karena dia sudah mulai mengenal Adelio dan mengerti kalau Adelio tidak akan pernah puas jika tidak sempurna. Rosalind membuka pintu kamar mandi, melakukan apa yang di perintahkan Adelio, dan melihat gaun malam berwarna hitam tergantung di kamar mandi."Alin bilang kalau semua yang kau butuhkan ada di dalam laci atas lemari pakaian di kamar mandi." Kata Adelio beberapa saat yang lalu sambil menatap pada ponselnya, terlihat jelas kalau dia sedang membaca pesan dari asistennya. "Alin bilang cuaca di paris saat ini cukup hangat malam ini." lanjutnya.Di dalam lemari Rosalind juga menemukan bra dan celana dalam hitam berenda yang indah. Rasa malu membanjiri pikirannya tentang Alin yang mengatur segala pakaian ini untuknya. Mungkinkah Alin menjalankan perintah Adelio sepanjang waktu?Di bagian paling atas lemari ada dua buah kotak. Satunya terbua
Satu setengah jam kemudian, Rosalind duduk di tengah-tengah sebuah meja privat di salah satu restoran yang bersejarah. Dia melihat ada begitu banyak karya seni yang mengagumkan, makanan mewah, dan antisipasi denga apa yang akan terjadi malam nanti. tatapan Adelio yang kuat tertuju pada Rosalind hingga dia hampir tidak bisa menelan makanan, apalagi menikmati makanan."Kau tidak makan banyak." Kata Adelio saat pelayan datang untuk membersihkan piring."Aku minta maaf." Kata Rosalind mengernyit dan berpikir tentang begitu banyak uang dan usaha yang terbuang untuk makanannya yang mahal.Pelayan bertanya pada Adelio menggunakan bahasa prancis, dan dia menjawab dengan baik, dan tidak pernah mengalihkan tatapannya dari Rosalind. Satu hal yang pasti, Rosalind hampir tidak bisa mengalihkan tatapannya dari Adelio sejak dia keluar dari kamar tidur pesawat, dia memakai tuksedo dengan dasi hitam sebagai ganti dari dasi kupu-kupu, kemeja putih, dan sapu tangan yang terl
"Di mana kita akan menginap?" Tanya Rosalind saat Hendrik mengemudi di kegelapan malam. Tidak seperti perjalanan dari bandara ke restoran, saat Adelio duduk di sampingnya, tangan Rosalind berada di tangannya, tapi kali ini dia duduk di seberang Rosalind, sikapnya yang sedang menjaga jarak saat dia memandang ke luar jendela."Di Hotel De Moon R. Tapi kita tidak pergi kesana saat ini.""lalu kemana kita pergi?"Mobil melambat. Adelio mengangguk ke luar jendela. Mata Rosalind melebar saat dia mengenali bentuk dan hiasan arsitektur pada gedung di depannya. Dia merasa familiar dengan museum kuno italia. Museum ini adalah salah satu istana pribadi yang masih tersisa di kota ini."Kau serius?""Tentu saja." Jawab Adelio dengan tnang.Senyumnya di bibir Rosalind segera menghilang. "Adelio, ini lewat tengah malam. Museum sudah tutup."Hendrik memarkirkan limo dan beberapa saat kemudian, dia mengetuk pintu belakang sebelum membukanya. Ade
"Museum ini milik keluarga kakekku. Koleksinya memiliki banyak kontribusi bagi masyarakat seperti sebuah persembahan untuk siapa saja yang ingin berbagi dalam kecintaannya pada benda antik. Aku menjabat sebagai dewan pengurus, begitu juga nenekku."Rosalind menatap Adelio, dan Adelio secara terang-terangan memandang dengan kagum dan dengan hormat saat dia mengamati patungnya membuat Rosalind terkejut. Rasa terkejut yang menyenangkan. Adelio biasanya akan menahan diri. Namun kali ini ada sebuah kerendahan alam diri Adelio Carlos yang tidak bisa Rosalind paham."Kau menyukainya." Kata Rosalind, lebih seperti pernyataan di banding pertanyaan, mengingat kembali akan miniatur patung yang ada di rumahnya."Aku akan memilikinya kalau aku bisa." Adelio mengakuinya. Senyumnya yang sedikit sedih tertuju pada Rosalind. "tapi kau tidak bisa memilikinya, kan? Itu yang mereka katakan padaku."Rosalind menelan ludah. Perasaan aneh seolah melayang melandanya saat dia ber
Adelio tampak tenggelam dalam dunianya sendiri ketika dalam perjalanan ke hotel, meskipun Rosalind duduk di sampingnya di kursi belakang limo, melingkarkan lengannya, kepala Rosalind bersandar di dadanya, dia membelai rambut Rosalind. Pada awalnya, Rosalind khawatir dia akan menyesal, tapi kemudian dia mulai santai dengan sikap diam Adelio. Dia melihat melalui kelopak matanya yang berat, mengingat semua detail dari apa yang tidak terduga.Tentu saja Adelio tidak bisa menyesali atas apa yang baru saja terjadi, itu tadi pengalaman yang luar biasa kan?mereka sampai di hotel tempat mereka akan menginap. Dia tersentak saat Adelio membuka pintu untuknya dan dia melangkajh ke ruang tamu yang penuh barang antik dan menampilkan kain yang halus."Lewat sini." Adelio mengarahkan, membimbingnya ke kamar tidur."Sangat indah." gumam Rosalind, menyentuh kain yang terbuat dari sutra dan memandang ke sekeliling ruangan yang di hias dengan selera tinggi.Tatapan A
Rosalind meringkuk di tempat tidur saat Adelio bangun untuk bersiap-siap untuk pergi rapat. Dia membuka matanya yang mengantuk sebentar untuk melihat Adelio sedang berdiri di tepi tempat tidur menatapnya, terlihat luar biasa tampan dalam setelan gelap, kemeja putih yang rapi, dan dasi biru pucat."Apakah kau ingin aku memesankan sarapan untukmu?" Tanya Adelio. "kau bisa sarapan di teras.""Aku akan memesannya sendiri." Katanya, suaranya berat karena mengantuk.Adelio mengangguk dan melangkah mundur, seolah-olah akan pergi. Adelio dengan ragu tunduk dan mencium bibir Rosalind.Rosalind mengawasi Adelio pergi beberapa saat kemudian, tampak begitu tinggi dan berwibawa dalam setelan yang dia pakai, dia merasakan perasaan yang aneh antara dan bahagia dan menyesal. Setelah Adelio pergi, dia melihat langit kota paris yang cerah. Rosalind memesan sarapannya di teras luar, seperti yang Adelio sarankan, sungguh benar-benar pengalaman mewah yang luar biasa.S