Rosalind duduk di meja dapur dengan murung memandang Billi sedang memanggang roti.
"Apa yang membuat suasana hatimu buruk? Bukankah suasana hatimu bersinar sejak kemarin? Apa kau masih bisa menyelesaikannya?" Tanya Billi, menunjuk pada kenyataan bahwa dia langsung pulang setelah kuliahnya kemarin dari pada pergi ke rumah Adelio untuk melukis.
"Tidak, aku baik-baik saja." Jawab Rosalind dengan senyum meyakinkan.
Awalnya, Rosalind merasa putus asa dan marah atas apa yang Adelio katakan dan lakukan, di tempat latihan dua hari yang lalu, tapi setelah itu dia bertambah cemas. Bukankah yang terjadi sudah mempertaruhkan harga dirinya? Bukankah perkataannya menunjukkan kalau dia tidak berharga bagi Adelio dan membuangnya? Bagaimana kalau Adelio mengakhiri perjanjian mereka dan Rosalind tidak bisa membayar uang kuliahnya? Rosalind bukan karyawannya, tidak lagi setelah semua yang terjadi. Dia tidak punya kontrak. Bukankah reputasi Adelio terkenal karena kekejamannya?
Rosalind menjadi cemas dan bingung tentang bagaimana ciuman liar mereka itu berubah sehingga dia tidak bisa membuat dirinya kembali ke sana untuk melukis.
Billi menaruh roti panggang di piring dan mendorong sebotol selai.
"Terima kasih." Kata Rosalind, dengan lesu mengambil rotinya.
"Makanlah." kata Billi.
Billi seperti perpaduan antara kakak, teman dan ibu bagi Rosalind. Dia lebih tua lima tahun dari antara mereka semua yang tinggal di rumah itu. Billi rindu untuk memulai suatu hubungan, tapi dia tidak pernah beruntung soal asmara sama seperti Rosalind. Mereka saling menghargai satu sama lain, kebodohan dalam kehidupan mereka, pengalaman kencan yang mengecewakan. Terlebih lagi Billi adalah orang yang ahli dalam sejarah seni.
Mereka semua berteman baik. Tapi Rosalind dan Billi lebih dekat dalam hal perasaan dan emosional, sementara yang lainnya memiliki obsesi mereka sendiri, memiliki karir yang bagus, dan sering tidur dengan wanita-wanita seksi.
"Apakah itu Adelio Carlos yang meneleponmu?" Tanya Billi, menatap penuh arti pada ponsel Rosalind di atas meja.
"Bukan."
Billi memberinya pandangan bingung setelah reaksi satu katanya, dan dia mendesah.
Dia tidak mengatakan apa yang terjadi di ruang latihan Adelio. Tidak ada yang perlu di katakan tentang Adelio Carlos yang sangat sulit di pahami itu telah menekannya ke dinding, menciumnya habis-habisan dan dia juga tidak mengatakan kalau dia sangat gembira mendapat pengalaman itu.
"Ini Alin Anjani yang menelepon, Asisten Adelio Carlos." Kata Rosalind sebelum menggigit sepotong roti.
"Dan?"
Rosalind mengunyah dan menelan. "Dia menelepon untuk mengatakan kalau Adelio memutuskan untuk membuat kontrak untuk melukis. Dia meyakinkanku kalau syarat-syarat kontraknya cukup mudah, dan bahkan dalam keadaan apa pun Adelio tidak bisa membatalkan pekerjaanku. Bahkan jika aku tidak menyelesaikan lukisannya, dia tidak akan bisa mengambil uangnya kembali."
Mulut Billi menganga. Roti panggang terjatuh dari genggamannya. Dengan rambut cokelat gelapnya yang terjatuh di dahi dan wajah pucatnya, dia terlihat berusia sembilan belas tahun saat ini, padahal dia berusia dua puluh delapan tahun.
"Kenapa kau bersikap seolah dia menelepon untuk mengabarkan pemakaman seseorang? Bukannya itu berita bagus, kalau dia ingin meyakinkanmu bahwa dia akan membayarmu tanpa peduli apa pun yang terjadi?"
Rosalind meletakkan rotinya. Selera makannya menghilang ketika dia benar-benar mengerti apa yang Alin katakan dengan nada profesionalnya. "Dia punya banyak orang di bawah kakinya." Katanya dengan nada suara pahit.
"Apa yang kau bicarakan Ros? Jika kontrak itu sesuai dengan apa yang asistennya katakan, Adelio telah memberimu kekuasaan penuh. Kau bahkan tidak harus pergi dan kau tetap mendapat bayaranmu."
Rosalind membawa piringnya ke wastafel cuci piring.
"Tentu saja." Gerutunya, sambil membuka keran air. "Dan Adelio Carlos tahu betul kalau membuat penawaran itu adalah salah satu hal yang akan menjamin aku muncul untuk menyelesaikan proyek itu."
Billi mendorong kursinya ke belakang untuk melihat Rosalind. "Kau membuatku bingung. Apakah kau bilang kalau kau berpikir untuk tidak menyelesaikan lukisan itu?"
Ketika dia mempertimbangkan untuk menjawab Oki berjalan terhuyung-huyung masuk ke dapur memakai celana olahraga, bertelanjang dada dan matanya bengkak karena kurang tidur.
"Tolong buatkan aku kopi." Katanya sambil membuka lemari kaca untuk mengambil cangkir. Rosalind memberi Billi tatapan memohon, agar dia tidak melanjutkan topik itu sekarang.
"Apa kau dan Rafa hadir di pembukaan bar tadi malam?" Tanya Rosalind sambil memberikan susu pada temannya.
"Tidak. Kami di rumah. Tapi coba tebak siapa yang pergi ke sana di sabtu malam?" Dia bertanya pada Rosalind dan mengambil susu dari tangannya. "The Leams Band. Ayo kita semua pergi. Lalu kita bermain poker."
"Aku tidak bisa. Aku punya pekerjaan besar di hari senin dan aku tidak ingin terlambat karena mengikuti rutinitas pagi malam seperti kau dan Rafa." jawab Rosalind sambil berjalan keluar dari ruangan.
"Ayolah Rosa. Ini akan sangat menyenangkan. Akhir-akhir ini kita jarang bersenang-senang." Kata Billi, mengejutkan Rosalind. Sama seperti Rosalind, Billi kurang suka keluar berpesta di malam hari. Tatapan matanya yang menantang memberitahunya kalau Billi berpikir kalau keluar malam akan mendorong dia untuk membuka rahasia tentang apa yang mengganggunya.
"Aku akan memikirkannya." Kata Rosalind sebelum dia meninggalkan dapur.
Tapi dia tidak melakukannya. Pikirannya di penuhi tentang apa yang akan dia katakan saat dia bertemu Adelio Carlos.
Sayang sekali, Adelio tidak ada ketika Rosalind datang ke apartemennya di sore hari. Bukan berarti dia mengharapkan sesuatu dari Adelio. Dia biasanya tidak begitu. Ragu-ragu tentang apa yang harus dia lakukan mengenai ciuman itu, pekerjaannya, belum lagi tentang masa depannya, dia masuk ke ruangan yang dia gunakan sebagai studio.lebih dari lima menit, dia melukis dengan gugup. Adelio Carlos tidak nyata untuknya. Meskipun dia juga tidak nyata untuk Adelio Carlos. Tapi lukisan itu nyata. Hal itu masuk ke dalam otaknya dan mengalir ke dalam darahnya. Dia harus menyelesaikannya sekarang.Dia tenggelam dalam pekerjaannya selama berjam-jam, akhirnya kreativitasnya mengalir tanpa sadar sampai matahari tenggelam di balik gedung-gedung bertingkat.Pengurus rumah mengaduk sesuatu di mangkuk ketika Rosalind masuk ke dapur untuk mengambil air. Dapur Adelio mengingatkannya pada salah satu ruangan milik bangsawan inggris yang besar, dengan peralatan memasak yang mungkin pern
Billi mengemudikan mobil Oki dengan pelan pada sabtu malam di lalu lintas yang sangat sibuk. Oki agak sedikit mabuk setelah mendengarkan Band bermain selama dua jam. Meskipun begitu mereka menjadi gila."Ayolah Ros." Rafa mendorong dari kursi belakang. "Kita semua akan mendapatkan satu.""Kau juga Billi?" Tanya Rosalind dari tempat duduk di kursi penumpang.Billi mengangkat bahu. "Aku selalu ingin punya tato di lengan kananku dengan model kuno, seperti jangkar atau yang lainnya." Katanya, berkedip dan tersenyum pada Rosalind ."Dia mempertimbangkan untuk menjadi bajak laut." Canda Oki."baiklah aku tidak akan ikut membuatnya sampai aku punya waktu untuk menggambar designnya sendiri." Kata Rosalind dengan tegas."Kau adalah perusak kesenangan." Kata Oki dengan keras. "Dimana letak kesenangannya kalau tato di rencanakan terlebih dahulu? Kau harusnya bangun dengan kaget keesokan harinya karena kau tidak ingat kapan kau membuat tato.""Ap
Pintu lift tertutup dengan pelan, dan Rosalind mengikuti Adelio masuk ke dalam apartemennya, perasaan yang sama, sebagian adalah rasa takut yang bercampur dengan ragu dan kegembiraan."Ikut aku ke kamarku." Kata Adelio.Kamarku. Kata itu menggema di kepala Rosalind. Dia mengikuti Adelio di belakangnya, merasa seperti anak sekolah yang tertangkap basah. Antisipasi yang tidak bisa di sangkal, dia merasakan sesuatu yang tidak bisa dia mengerti. Bagaimana pun juga, dia tahu jika dia menyeberangi pintu menuju kamar Adelio, hidupnya akan berubah selamanya. Seolah Adelio mengerti hal ini, dia berhenti di depan pintu kayu."Kau belum melakukan ini sebelumnya kan?" Tanya Adelio."Tidak." Rosalind mengakui. "Apakah itu tidak masalah bagimu?""Ini bukan yang pertama. Aku sangat menginginkanmu, tapi aku juga sadar tentang kepolosanmu." Katanya dan menatap Rosalind. "Apa kau yakin ingin melakukannya Rosalind?""Katakan padaku tentang satu hal.""A
Adelio menatap Rosalind. Lubang hidungnya mengembang dan wajahnya kaku sebelum dia tiba-tiba berdiri."Kita mulai sekarang. Membungkuk ke depan dan letakkan tanganmu di lutut." Perintah Adelio."Ya Tuhan, kau sangat cantik. Membuatku frustasi karena kau tidak menyadari semua itu, Rosalind."Rosalind menutup matanya ketika Adelio membelai punggungnya. Dia tidak membuka matanya ampai Adelio berhenti membelainya. Kemudian sebuah pukulan mendarat di pantatnya. Matanya melebar dan dia berteriak. Sengatan rasa sakit itu memudar dengan cepat."Kau baik-baik saja?" Tanya Adelio"Ya." Jawab Rosalind jujur.Rosalind bernafas keras ketika pukulan lain menderanya lagi. Adelio mengangkat tangannya dan menampar pantat kanan kemudian sebelah kiri, berganti lagi ke kanan dalam irama yang cepat. Rosalind mengigit bibirnya untuk tidak berteriak. Adelio sangat berpengalaman dalam hal ini, pukulannya tepat, tegas, cepat tapi tidak terges-gesa. Adeli
Dua hari kemudian, Adelio menatap keluar dari jendela mobilnya saat Hendrik berbelook turun di sepanjang jalan rumah perkotaan dengan batu bata. Seorang temannya memberitahunya kalau Billi Atlas menerima rumaah warisan dari almarhum orang tuanya.Galeri seni Atlas berjalan sangat baik. Sepertinya teman sekamar Rosalind memiliki selera yang baik dan punya intuisi bisnis yang bagus, dia juga sopan, tenang dan teliti. Itu juga yang menarrik pecinta karya seni.Adelio juga tidak bisa menyangkal saat baru mengetahui kalau Billi yang ternyata adalah seorang gay. Dialah yang menjamin pada malam berikutnnya agar teman sekamar Rosalind yang lain tidak akan bisa menyentuhnya.Adelio menjadi orang pertama yang menyentuh sesuatu yang tidak seharusnya dia sentuh, dia mengutuk dirinya sendiri. Bayangan Rosalind yang hancur saat dia meninggalkan kamarnya di malam itu menyadarkannya ribuan kali. Adelio menggerutu pelan, saat Rosalind pergi dari rumahnya. Adelio ingin meng
Hal yang di harapkan itu tiba juga ; Rosalind bekerja seperti seorang pencuri malam ini. Lukisan itu membuatnya kembali, meskipun keadaan tidak bisa dia kendalikan sepenuhnya.Rosalind mencampur cat warnanya dengan cepat, menggunakan cahaya dari sebuah lampu kecil yang dia letakkan di meja untuk membantunya melihat. Dengan putus asa dia berusaha dengan teliti melukis warna dari langit malam sebelum cahayanya berubah.Gedung yang bercahaya berlawanan dengan latar belakang langit di malam hari. Rosalind tiba-tiba berhenti dan memandang pintu studio yang tertutup, menunggu dengan tenang. Detak jantungnya mulai berdegup kencang dalam keheningan yang menakutkan. Sebuah bayangan terlihat, menipu matanya. Pengurus rumah meyakinkannya kalau dia akan sendirian di rumah malam ini. Adelio ada meeting dan dia pergi menemui temannya.Tapi, Rosalind tidak merasa sendirian sejak beberapa detik dia keluar dari lift dan menuju ruangannya bekerja.Apakah tempat ini berhant
Beberapa malam kemudian, rasa sakit itu tetap ada. Tapi Rosalind menolak untuk membaginya, dalam pikiran atau jiwanya. Hal terburuk yang paling menyakitkan adalah saat ponselnya berbunyi dan dia melihat Adelio masih mencoba menghubunginya.Semua itu sangat berat baginya untuk mengabaikan rasa sakit hatinya pada malam minggu yang ramai saat menjadi pelayan. Dia begitu sibuk, dia bahkan tidak punya kesempatan untuk memikirkan Adelio atau lukisan atau kekesalannya pada orang yang memainkan musik dengan suara keras pada pukul dua pagi. Tempat ini di ciptakan untuk para penggila pesta yang akan menghamburkan uang mereka untuk makanan dan minuman sampai pukul lima pagi. malam minggu selalu melelahkan bagi Rosalind, dan juga menguji kesabarannya, tapi dia berusaha untuk tidak kehilangan kesempatan untuk mendapatkan tip yang besar dari malam biasanya.Rosalind menaruh nampan di tempat tunggu pelayan dan mengatakan pesanannya pada sang pemilik yang sudah lumayan tua yang
Rosalind pergi tidur pagi itu, tapi dia tidak bisa tidur. Rasa gembira tidak mau meninggalkannya. Dia bangun sebelum alarmnya berbunyi, membuat kopi dan meminumnya, makan semangkuk sereal, dan mandi. Apa yang akan dia pakai agar tdia terlihat cocok saat bepergian bersama Adelio Carlos?Karena dia tidak memiliki satu pakaian yang pantas untuk di sandingkan dengan Adelio, dia memutuskan untuk memakai celana jeans favoritnya, boots, tank top dan jaket hijau pendek. Jika dia tidak bisa terlihat elegan, setidaknya dia harus merasa nyaman selama penerbangan. Dia menghabiskan waktu untuk menata rambut panjangnya yang sangat jarang dia lakukan, memakai sedikit maskara dan lip glos. Dia mengamati dirinya di cermin saat dia selesai, mengangkat bahu dan meninggalkan kamar mandi.Meskipun Adelio mengatakan Rosalind tidak perlu membawa apa-apa, dia tetap memasukkan pakaian dalam, dan beberapa pakaian ganti, alat mandi, dan paspor ke dalam tas ranselnya. Rosalind meletakkan ta