Pagi ini Dinar memutuskan untuk menanyakannya pada Lingga tentang apa yang ia pikirkan semalaman. Sekitar pukul 10 pagi lagi seperti kemarin, Dinar mendatangi rumah Lingga. Sebenarnya ia berniat datang lebih pagi lagi, hanya saja ia baru terbangun pukul 9 dan itu pun dengan cepat ia bergegas siap-siap berdandan secantik mungkin untuk menemui Lingga langsung.
Mobilnya pun akhirnya tiba di depan rumah Lingga. Ia dengan cepat keluar dari mobilnya dan berlari kecil untuk segera masuk ke dalam agar bisa bertemu dengan Lingga.
"Assalamualaikummm. Bundaaaa?" Salam Dinar berteriak dari depan. Ia pun kemudian melangkah masuk ke dalam rumah setelah melihat Bunda baru saja turun dari lantai atas.
"Wa'alaikumsalam, eh, kamu, Nar?"
Dinar tersenyum lebar melihatnya. Iapun melangkah menghampiri dan langsung mengecup punggung tangan Bunda setibanya.
"Tumben pagi-pagi kesini?"
Dinar tersen
Malam itu angin berhembus dengan kencang, terasa sangat menusuk tajam hingga menembus dalam kulit putih miliknya. Sambil ditemani malam yang sepi, mereka menjadi saksi nyata kalau Dinar kembali disakiti oleh orang yang sama. Bukan rasa sakit yang dilakukan karena kekerasan fisik, melainkan dengan kata-kata yang keluar dari mulut seorang Lingga yang berhasil membuat Dinar ingin menerjunkan dirinya ke dalam jurang yang sangat dalam.Tapi sayangnya, ditempat ini tidak ada.Dinar akhirnya hanya bisa menghirup dalam-dalam udara malam itu dan menghembuskannya. Setidaknya untuk mengurangi rasa sesaknya yang begitu terasa dalam dan perih yang rasanya seperti tidak lagi dapat ditahan.Apa yang dikatakan Lingga benar-benar membuatnya ingin lupa ingatan, dan ia melupakan semua kesehariannya yang pernah dijalaninya bersama dengan Lingga dua tahun terakhir. Karena rasanya jika mengingat semuanya membuatnya sesak. Ia pun terdiam, memand
Sebuah mobil Rush hitam melaju dengan kecepatan tinggi di jalanan Ibukota Jakarta. Tapi kemudian, mobil itu terlihat memasuki jalan tol menuju Jakarta-Bandung yang ramai dengan mobil-mobil yang mengantri untuk keluar dari dalam jalan tol tersebut.Dinar yang mengemudikan mobil itu hanya bisa menunggu. Sesekali matanya melirik ke samping kanannya, melihat mobil-mobil ramai itu sudah pasti akan pergi berlibur bersama dengan keluarga, atau orang-orang terdekat lainnya, sementara ia sendiri hanya duduk dan pergi sendirian di dalam mobil ini.Di tengah lamunannya menatap mobil-mobil itu, tiba-tiba saja ponselnya berdering lagi yang entah sudah kali berapa. Terakhir kali ia meliriknya sudah belasan panggilan dan itu pun baru beberapa menit yang lalu. Iapun menatap ponselnya dan terdiam cukup lama. Ia sedang berpikir ingin mengangkatnya atau tidak. Jika ia mengangkatnya, mereka pasti akan terus berisik menanyai dim
Nrt! Nrt!Sebuah suara bel apartemen berbunyi, menandakan terdapat seseorang di luar sana yang datang dan menunggu pintu dibukakan. Seorang wanita cantik dengan senyuman merekah di bibirnya yang tidak lain adalah Dinar itu mengintip dibalik dinding pembatas dapur. Iapun dengan cepat keluar dari dalam dapur dan bergegas untuk menghampiri seseorang yang berada di balik pintu apartemennya yang sudah ia tunggu kedatangannya sejak satu jam yang lalu. Tetapi sebelum menghampirinya, tentu saja Dinar merapihkan dirinya lebih dulu dengan berkaca sambil memoleskan sedikit lipstik di bibirnya agar menarik dilihat oleh seseorang itu.Sret...
Sebuah mobil Rush baru saja tiba didepan sebuah gerbang sekolah yang ramai dengan para siswa dan siswi yang berdiri di depan gerbang, berkumpul cukup penuh menunggu beberapa anak OSIS membukakan pintu gerbang dan membiarkan mereka masuk satu persatu. Di dalam mobil, Dinar hanya menatapnya malas. Padahal ini adalah hari pertama masuk sekolah setelah libur akhir tahun, tapi anak-anak OSIS & MPK itu sudah sibuk sendiri berdiri di depan gerbang mengawasinya. Dinar menghela napasnya malas tanpa minat. Waktu pun bahkan masih menunjukkan pukul tujuh lewat seperempat menit. Baiklah, jangan tanyakan kenapa ia bisa sampai sepagi ini di sekolah, karena setelah ia pulang dari Bandung kemarin malam, ia harus memesan kamar hotel untuk satu malam karena kemarin ponselnya hilang, dan ketika ia membelinya yang baru dan mencoba
Two years ago... Seluruh calon murid SMA Cita Buana terlihat berbaris rapih dilapangan dengan menggunakan seragam SMP mereka dan perlengkapan lainnya, seperti nametag serta membawa beberapa barang-barang yang sudah diperintahkan oleh para anggota OSIS untuk menyambut sekaligus memperkenalkan lingkungan sekolah sebelum memasuki SMA Cita Buana, yang biasa disebut sebagai MOS atau MPLS. Setelah melakukan pendaftaran dan mengurus lain-lainnya beberapa hari lalu, kini mereka semua telah masuk dalam kategori calon siswa dan siswi SMA Cita Buana, yaitu SMA swasta berakreditasi A dengan rasa seperti SMA Negeri, karena banyaknya murid-murid yang ingin mendaftar ditempat ini. Seperti seorang gadis yang tengah duduk dilapangan saat ini sendirian, tanpa adanya teman. Jika bi
Suara derap langkah kaki menuruni anak tangga kayu itu terdengar jelas dari lantai bawah, membuat Bunda yang sedang menyiapkan sarapan pagi itu di meja makan pun menoleh karena putranya pagi-pagi ini sudah rapih dan siap untuk berangkat ke sekolah meski jam baru menunjukkan pukul enam tepat. Kerajinan dan disiplin putranya sejak kecil itu memang terus berlanjut hingga sekarang. "Udah siap, yo?"Lingga yang baru saja turun dari lantai atas itu mengangguk pelan dan melangkah mendekati meja makan, dimana Bunda sedang sibuk menyiapkan sarapan."Sayurnya belum mateng." Ujar Bunda dengan tangan yang sibuk memolesi selai ke dalam roti di atas meja makan. "Tadi Bunda kesiangan masaknya, terus gasnya juga abis."Langkahnya pun terhenti saat mendengarnya. "Kenapa nggak bilang, Bun?"Lingga terkadang cukup kesal karena Bunda tidak ingin meminta ba
"Hubungan internasional yang di bangun Indonesia itu merupakan pengamalan dari Pancasila, terutama sila kedua. Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang berarti perwujudan dari sikap untuk saling menghormati dengan bangsa lain yang dilakukan dalam bentuk menghargai kedaulatan utuh negara, tidak menyinggung perasaan bangsa dan negara lain, serta menghormati hak setiap negara."Lingga duduk dengan tenang memperhatikan Pak Ikhsan yang sedang menjelaskan tentang maksud dan tujuan adanya Hubungan Internasional di dunia ini. Tanpa merasa bosan bahkan mengantuk seperti yang lainnya, Lingga terus duduk tegap mendengarkannya. Mata dan kepalanya tidak pernah lelah jika melihat pelajaran."Maka dari itu pentingnya ada sebuah Hubungan Internasional, karena setiap makhluk hidup tidak bisa berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain, sama seperti Negara yang membutuhkan bantuan dari Negara lain untuk kemakmuran rakyat, melindu
Seperti biasanya, hari ini Lingga sedang membantu Bunda menjaga dan juga berbelanja kebutuhan di Toko sembako milik keluarga mereka. Toko seperti sebuah agen yang tidak terlalu besar dan juga kecil bernama agen sembako bu Atikah itu memang sudah menghidupi keluarganya selama kurang lebih sepuluh tahun setelah Ayah keluar dari pekerjaan karena penyakit yang dideritanya, dan kemudian meninggal empat tahun lalu pada akhirnya saat itu.Sebenarnya bukan hanya hari ini, tapi setiap seminggu, dua atau tiga kali ia selalu membantu dan menemani Bunda menjaga Toko sembakonya. Bahkan saat ia masih bekerja paruh waktu di kafe saat itu pun, ia masih sering membantu Bunda di hari biasa, sementara untuk weekend, baru ia gunakan untuk bekerja. Dan sekarang, rasanya ia menjadi ingin kembali bekerja paruh waktu-nya. Hanya berdiam diri dirumah dengan terus membaca dan juga belajar cukup membuatnya