Lana terlihat masih kebingungan, dia masih penasaran di mana supir pribadinya?
"Kamu kenapa? Apa mencari supir kamu?" Lana mengangguk beberapa kali. "Dia sudah aku suap dan aku suruh pergi dari sini."
"Apa?" Muka Lana tampak terkejut mendengar hal itu. "Maksud kamu? Kamu suap bagaimana?"
"Aku bilang saja kalau aku kekasih kamu, tapi orang tua kamu tidak boleh mengetahuinya. Supir kamu baik juga, dia pernah pacaran diam-diam karena orang tua ceweknya tidak merestuinya. Jadi dia bisa mengerti akan hal yang aku rasakan."
"Tapi, kita tidak sedang pacaran, Noah," ucap Lana lirih.
"Iya, kita tidak pacaran, tapi hanya dekat." Noah mendekatkan tubuhnya pada Lana. Sangat dekat, bahkan tidak ada jarak di antara mereka.
"Noah. Jangan terlalu dekat begini. Aku tidak mau di lihat oleh guru dan teman-temanku yang ada di sini."
Noah tersenyum. "Ya sudah! Kalau begitu kita pergi dari sini." Noah memakaikan jaketnya pada Lana, dan mengaj
Noah memandangai wajah Lana yang sedang tertawa senang, dengan posisi miringnya menghadap Lana. Tangan Noah membelai rambut Lana yang menutupi wajah Lana karena angin pantai yang berembus sedikit kencang. Noah mendekatkan wajahnya pada Lana, kemudian mengusap-usapkan hidung mancungnya pada hidung Lana. Wajah Lana semakin bersemu malu dan senang."Noah, kamu sering melakukan hal itu dengan setiap kekasihmu dulu?""Hal apa?" Sebenarnya Noah ini sudah tau, hanya saja dia ingin Lana lebih memperjelas saja."Jangan pura-pura tidak tau. Kamu sering bercinta dengan setiap kekasih kamu, sama seperti apa yang dilakukan oleh Mara. Mara bilang dia merasa senang setiap melakukan hal itu dengan kekasihnya, katanya serasa dia dicintai dan diinginkan, walaupun aku tau, itu bukan cinta, hanya napsu saja.""Hidupku bebas, Nala, dan seperti yang aku bilang waktu itu. Hal itu wajar di lakukan di negara kita. Itu bukan hal yang mengejutkan.""Apa kamu tidak takut jika
Noah duduk tepat di samping pusaran ayahnya. Dia hanya terdiam seribu bahasa dengan menatap pusaran yang ada bungan kering di tengahnya. Tidak ada seorangpun yang datang di sana selain Noah.Sekilas Noah teringat tentang bayangan masa lalunya. Di mana dia yang masih remaja sedang marah dan memukuli secara tidak terkendali kepada pria yang dia panggil ayah."Ayah keterlalua! Aku membenci ayah, bahkan aku tidak mau menyebut kamu sebagai ayah, kamu orang yang menjijikan bagiku," ujar kemarahan Noah dia lontarkan tanda hormat pada ayahnya.Pria paruh baya itu tersungkur di lantai, dan dia hanya terdiam tidak mau mengatakan sepatah katapun."Noah, kenapa kamu memukuli ayah? Dia ayah kita," ucap perempuan cantik yang duduk di lantai dengan memeluk ayahnya."Kakak tidak tau, ayahlah penyebab semua ini.Ayah berselingkuh dengan sahabatnya, dan hal itu yang membuat mama kita pergi dari rumah dan memilih berpisah dari ayah. Bahkan membuat kamu ing
Lana bingung tidak bisa menjawab pertanyaan Mara. Dia akhirnya mengatakan jika dia mungkin tidak akan melihat Noah balapan motor. Mara yang agak kecewa, sadar jika hal itu tidak akan bisa di lakukan oleh Lana.Lana merebahkan tubuhnya di ataa tempat tidur sambil membayangkan wajah Noah. "Dia suka sekali balapan motor? Apa dia tidak takut jika dia mengalami kecelakaan?"Gadis cantik itu berpindah posisi, sekarang dia duduk tepat di depan jendela kamarnya yang masih terbuka, dia menatap langit yang tampak gelap, dan tidak ada sama sekali bintang di sana. "Apa aku kabur saja lewat jendela seperti Noah yang biasa keluar masuk lewat jendela kamarku?" Lana melihat ke arah bawah jendela. Seketika Nala tampak takut. "Ini tinggi sekali."Waktu tepat menunjukkan pukul sebelas malam. Di area balapan motor di dekat pelabuhan yang ada di kota Pure Line sudah di penuhi oleh banyak sekali orang-orang yang menyaksikan pertandingan balap motor kali ini yang taruhannya lebi
Noah masih mencari keberadaan di mana Lana. Dia berjalan menelusuri kerumunan para orang-orang yang menyaksikan balapan motor. "Di mana Lana?" Noah berpikir sejenak.Tidak lama Daniel menghampiri Noah dan menepuk pundak Noah. "Noah, kamu di tunggu di sana, Bruno akan memberikan uang kekalahannya sama kamu. Kamu sedang mencari siapa?""Lana, tadi Mara bilang Lana ada di sini? Aku sempat tidak percaya, tapi Mara bilang dia datang bersama Lana. Ke mana dia?""Sudahlah! Kita ke sana dulu, bukannya kamu sedang membutuhkan uang itu." Daniel memeluk pundak Noah dan mengajak Noah untuk menerima uang pemberian Bruno.Bruno dan Hugo serta temannya memberikan uang itu dengan muka marah. Noah menerimanya dengan biasa, karena dia sedang memikirkan tentang Lana, apa benar tadi Lana ada di sana? Tapi kenapa Lana tidak menemuinya."Sayang, bagaimana jika kita bersenang-senang dengan uang kamu." Cilla membelai lembut pipi Noah."Dan, bawa uang in
Lana mengikuti pelajaran seperti biasanya, hari Mara yang duduk di belakang Lana, menekatkan wajahnya ke depan, dia ingin berbisik pada Lana. "Lana, apa kamu sedang ada masalah dengan kekasih kamu itu?" bisiknya pelan."Dia bukan kekasihku, Mara. Aku tidak mau membahasnya lagi." Lana tidak mau menoleh ke arah sahabatnya itu."Dia menunggu kamu di depan sekolah sepertinya, kamu cemburu karena melihat dia berciuman dengan Cilla kemarin malam, Ya? Lana, hal itu sudah biasa, apalagi kamu dan Noah memang tidak memiliki hubungan. Jadi Noah bebas melakukan hal itu dengan gadis lain."Lana terdiam dan memikirkan kata-kata Mara. memang apa yang diucapkan Mara adalah hal yang benar, tapi kenapa Lana seolah tidak bisa menerima akan hal itu. Apa karena Lana sudah jatuh cinta pada Noah. Memang beberapa hari ini Noah telah membuat hari-hari Lana bahagia.Lana mendengarkan pelajaran dengan fokus, sampai saat bel istirahat dibunyikan. Beberapa anak-anak kelua
Noah mnegendarai motornya menuju ke rumah sakit bersama dengan Daniel. Sesampai di sana Noah bertemu dengan dokter Thomas."Dok ini uang yang waktu itu aku katakan" Noah memberikan amplop berwarna putih berukuran sedang kepada dokter Thomas."Noah, kenapa kamu membayarnya sekarang? Kami tetap akan menangani kakak kamu.""Tidak apa-apa, Dok. Aku semalam mendapatkan uang itu dan aku langsung ke sini, aku tidak mau nanti uang ini habis tidak bersisa untuk hal yang lain.""Noah, apa kamu semalam balapan lagi?" Tatap dokter yang memang sudah lama tau tentang Noah."Iya, Dok. Hanya itu yang bisa saya lakukan untuk mendapat uang untuk pengobatan kakakku. Kalau begitu saya permisi dulu. Terima kasih dokter sudah mau merawat Nathali selama ini, aku berharap dia bisa segera sembuh, aku merindukan dia."Noah berjalan di lorong rumah sakit, dia melewati taman dan melihat ada kakaknya di sana, Noah dan Daniel melihat dari kejauhan. Nathalia sedang
Leon tersenyum mendengar ucapan kakaknya yang polos itu, Lana memang masih menganggap kesetiaan adalah hal yang sangat penting. Padahal banyak di luaran pasangan yang tidak setia dengan kekasihnya, bahkan yang sudah menikah sekalipun. Makhlum saja, dia tidak pernah membina suatu hubungan."Memangnya kamu sudah berpacaran dengan dia?"Lana terdiam melihat ke arah Leon. "Kita sudah berkencan beberapa kali, bahkan dia sudah mencuri ciuman pertamaku, tapi ternyata di juga masih berciuman dengan gadis lain.""Kalian, kan, belum berpacaran, hanya kencan, jadi wajar dia bebas dengan wanita lain, karena saat dia menyatakan ingin menjadi kekasih kamu, kamu tidak menjawab, jadi kamu tidak perlu cemburu begitu."Lana mencerna kata-kata adiknya. Lana memang tidak seharusnya marah akan hal itu. "Apa hal seperti itu perlu diperjelas, Leon?""Ada hal yang membutuhkan kejelasan, Lana, tapi ada hal yang tidak perlu penjelasan yang sepasang kekasih itu b
Lana akhirnya tidak mau membahas lagi tentang pertanyaan yang dia lontarkan, dia malah malu sendiri."Tidak jadi.""Jangan begitu, coba ulangi apa pertanyaan yang ingin kamu tanyakan itu?" bisik Noah lembut pada telinga Lana.Tok ... tokLana mendelik kaget saat ada seseorang yang mengetuk pintu kamarnya. "Noah, ada yang datang, kamu sembunyi dulu." Lana tampak panik. Noah mengambil baju dan celana jeansnya, dan dia bersembunyi di bawah ranjang Lana."Lana, buka pintunya! Apa kamu sudsh tidur?" suara mamanya dari balik pintu."Oh my God! Itu mama." Lana terlihat sangat takut mendengar suara mamanya. Dia belum memakai bajunya, dan hanya menutupi dengan baju yang tadi dia lepaskan."Lana.""Ada apa, Ma?" Lana berbicara dengan mamanya hanya dari balik pintu yang dia buka sangat kecil."Kamu kenapa? Kenapa pintunya tidak dibuka semua?""Aku sedang ganti baju, Ma. Aku mau memakai piyama tidurku lalu tidur.