Noah kembali terdiam di depan Nala. "Noah, katakan, apa kamu memang tidak ingin kedua orang tuaku mengetahui semua ini? Aku sangat berharap hubungan kita akan di restui kedua orang tuaku, jadi kita tidak perlu semubunyi-sembunyi seperti ini."
"Lana, kamu belum tau kehidupanku yang sesungguhnya. Setelah mengetahui semuanya apa kamu masih akan mau bersamaku?"
"Tentu saja aku mau, setelah semua yang aku lakukan denganmu, bagiku kamu satu-satunya, Noah. Aku mencintaimu."
"Lana, sebelum kamu mengenalkan aku kepada kedua orang tua kamu, apa besok kamu mau ikut denganku ke suatu tempat?"
"Besok? Tapi aku besok sekolah."
"Besok kamu tidak perlu masuk sekolah, aku akan mengajak kamu ke suatu tempat, di mana kamu akan tau siapa aku yang sesungguhnya."
"Iya, aku mau. Tunggu aku di pintu belakang sekolah, aku akan menemui kamu."
"Ya sudah! Aku akan mengantar kamu pulang."
"Noah!" Gadis cantik itu memeluk erat pria yang sudah membuatnya jat
Gadis cantik itu berdiri di depan toilet sekolahan dengan cemas, kuku di jari telunjuk lentiknya dia gigiti untuk menghilangkan sedikit rasa cemasnya, ada yang sedang di tunggu Lana di sana. "Ini si Mara ke mana? Apa dia tidak masuk sekolah karena kecapekan semalam?" lana berdialog dengan cemas. Tidak lama dari kejauhan orang yang di tunggu Lana berlari dengan wajah yang berseri bahagia. "Lana! Maaf ya lama kamu menungguku, ada apa sih sebenarnnya kenapa kamu mau bolos sekolah hari ini? Apa kamu janjian dengan Noah untuk melakukan hal itu? Sudah tidak tahan ya ingin itu?" Kedua alis gadis keriting yang otaknya cuma diisi oleh hal-hal mesum itu naik turun menggoda Lana. "Huft! Aku dan Noah ada urusan penting, aku ingin mengetahui semua hal tentang Noah. Kamu tau, Mara? Aku sangat mencintai Noah dan aku ingin dia bisa aku kenalkan pada keluargaku." "Apa? Kamu serius?" Mulut gadis keriting itu terbuka tidak percaya. Lana yang di d
Noah tampak tersenyum melihat kedekatan kakaknya dengan Lana, Noah berharap setelah ini Lana bisa menerima kehidupan buruk yang Noah ingin sembunyikan."Kamu cantik," ucap Nat lirih."Kakak juga cantik, bunga yang Kakak pegang juga sama cantiknya dengan Kak Nathali." Gadis itu memberikan senyumannya."Kak, apa kamu sudah ingat denganku? Aku Noah adik Kakak." Noah mencoba membuat Nat mengingatnya, Noah sudah sangat merindukan Nat sepertu dulu."Noah?" Nat berusaha mengingat nama Noah. "Kamu adikku? Lalu? Ayah dan mama ke mana?" Tiba-tiba Nat bertanya tentang kedua orang tuanya."Ayah, mama, kalian di mana? Aku ingin kita pergi ke pantai bersama-sama." Nathali pun langsung beranjak dari tempatnya mencari keberadaan kedua orang tuanya, dari raut wajahnya dia seolah bingung melihat sekelilingnya yang sama sekali dia tidak tau dia berada di mana.Lana dan Noah saling melihat cemas, mereka takut jika Nat lepas kendali lagi karena teringat de
Setelah dari makam ayahnya Noah mengajak Lana pergi ke tebing di mana mereka waktu itu menghabiskan waktu berdua. Di sana mereka saling berciuman dengan tubuh Lana yang berbaring diatas jaket Noah dan Noah memiringkan tubuhnya agar dapat mencium Lana. "Noah," suara gadis itu terdengar lirih, tangan lembutnya menelusuri wajah Noah dari atas sampai menyentuh bibir kekasihnya. "Terima kasih, Lana." "Terima kasih untuk apa?" "Terima kasih karena kamu masih mau menerimaku dengan segala masa laluku yang begitu buruk. Kamu berasal dari keluarga yang sangat sempurna, tapi kamu malah tidak takut atau ingin menjauh dariku." "Memangnya kamu monster yang harus aku jauhi? Semua orang memiliki masa lalu, Noah. Mereka juga tidak akan ingin memilki masa lalu yang buruk, termasuk kamu, tapi bagaimana mereka bisa menghindar dari apa yang harus terjadi dalam kehidupannya." "Aku berjanji sama kamu, aku akan perlahan-lahan merubah diriku agar kedua orang t
Dia atas motor, Lana tampak ketakutan, kedua tangan cantiknya memeluk tubuh Noah dengan erat. Air matanya bahkan menetes takut dengan apa yang akan terjadi."Lana, kamu jangan takut, aku akan menjaga kamu, mama kamu tidak akan menyakiti kamu." Noah berbicara dengan tetap fokus mengendarai motornya."Aku tidak takut akan hal itu, Noah. Aku tidak peduli jika nanti mamaku akan memukulku bahkan mengusirku dari rumah yang aku takutkan jika aku harus di suruh berpisah dengan kamu."Noah seketika terdiam mendengar ucapan Lana. Mereka melanjutkan perjalanan dan akhirnya sampai di depan rumah Lana. Lana turun dengan ditemani Noah, bahkan tangan Noah menggandeng tangan Lana.Pintu dibuka dengan cepat dari dalam, tampak wajah wanita yang biasa terlihat cantik dan muka tegasnya itu sekarang berubah tampak penuh amarah. Wanita itu melihat ke arah Noah dari atas sampai bawah dan dengan tatapan jijik wanita itu menarik tangan Lana sehingga tangan Lana yang bergand
Lana menangis di dalam kamarnya. Dia tidak bisa menghubungi Noah karena ponselnya diambil oleh mamanya.Tidak lama terdengar suara ketukan dari pintu utama rumah Lana. Saat mama Lana membukanya, dia amat terkejut melihat ada Noah di depan pintu mereka."Mau apa kamu ke sini? Apa kamu tidak cukup aku usir tadi siang?" bentak wanita itu marah pada Noah."Tante, saya mau menjelaskan semuanya.""Cukup!" Salah satu telapak tangan wanita itu mengangkat ke depan muka Noah untuk menghentikan perkataan Noah."Ma, siapa yang datang?" tanya papi Lana yang penasaran kenapa istrinya tidak kembali ke meja makan."Pria berandalan yang sukanya memanfaatkan gadis muda dan kayak seperti putri kita."Papi Lana melihat Noah dari atas sampai bawah. "Om, saya mau menjelaskan sesuatu.""Pergi kamu dari sini. Apapun yang kamu katakan tidak akan berguna untukku. Siapa kamu? Berani sekali mendekati putriku.""Saya Noah. Memang saya bukan si
Noah akhirnya disuruh pergi dari rumah Lana. Lana naik ke atas kamarnya dan dia menangis sejadi-jadinya di dalam kamarnya. Leon yang berdiri dari balik pintu kamar Lana hanya bisa menatap sedih melihatkesedihan Lana. Leon tidak bisa berbuat apa-apa. "Lana," panggil Leon lirih. "Leon, tolong tinggalkan aku sendiri, aku tidak mau bicara dengan siapapun saat ini, aku mohon." Leon akhirnya memilih meninggalkan kakaknya sendirian. Di sini Lana masih meratapai nasibnya, dia hanya bisa menangis dan menangis, sedangkan Noah masih ada di depan rumah Lana, dia berdiri menunggu tepat di depan gerbang utama rumah Lana sambil berdiri memandang jendela kamar Lana. "Pa, bagaimana ini? Pria berandalan itu masih menunggu di sana, apa kita laporkan saja dia ke pihak berwajiB?" "Biarkan saja dia berdiri sampai dia merasa lelah di sana. Kita tunggu saja sampai dia pergi sendiri. Lagi pula setelah ini Lana tidak akan berani menemui dia lagi, jika Lana mencin
Pagi itu Lana yang sudah berada di dalam kelasnya dia duduk melamun sendirian, tidak lama Mara sahabatnya datang dan mendekat ke arah meja Lana. "Lana, apa kamu baik-baik saja?" "Menurut kamu?" "Aku tau apa yang akhirnya terjadi, mama kamu melarang kamu bertemu dengan Noah dan mungkin saja nanti aku juga harus menjaga radius beberapa meter dari kamu karena aku yang dianggap membawa pengaruh buruk buat kamu." "Aku tidak tau lagi apa yang akan aku lakukan, Mara? Aku hanya ingin menjelaskan jika Noah tidak seperti yang mereka pikirkan. Benar dia memiliki masa lalu yang kelam, tapi itu semua juga bukan inginnya. Noah tidak seburuk yang seperti mereka tuduhkan." "Kamu coba jelaskan perlahan jika semua sudah lebih tenang." Tangan Mara mengusap pundak Lana. "Aku yakin nanti akan mereka dengarkan semua keinginan kamu." "Apa mereka mau mendengarkan aku, Mara?" Lana menatap serius ke arah Mara. Mara juga sebenarnya tidak yakin, apalagi mamanya Lana sepe
Di dalam mobil Lana terus saja melihati bunga yang diberikan oleh Noah. Mamanya yang duduk di sebelahnya tampak sangat kesal."Kenapa kamu melihati bunga tidak berguna itu? Pria berandalan itu hanya bisa memberikan kamu bunga seperti itu. Apa yang kamu harapkan dari dia?"Lana melihat ke arah mamanya. "Bunga ini mungkin bagi mama tidak berharga, tapi bagiku ini sangat berharga. Ini pemberian yang tulus dari kakaknya Noah, Ma.""Kakaknya Noah? Jadi pria berandalan itu punya kakak? Apa dia juga seorang berandalan?""Kak Nathali bukan berandalan, dia wanita yang sangat baik, hanya saja hidupnya tidak baik.""Tidak baik? Apa maksud kamu?""Noah selama ini mengikuti balapan motor karena dia ingin mengobati kakaknya yang sedang di rawat di rumah sakit jiwa akibat mentalnya yang terganggu.""Apa? Jadi berandalan itu memiliki kakak yang di rawat di rumah sakit jiwa? Ya Tuhan! Lalu apa yang kamu lihat dari pria berandalan itu?Dengan ce