1 detik ... 2 detik ... 3 detik ... 4 detik ... hingga, 5 detik berlalu .... 'Astaga! Apa yang sudah terjadi?!' batin Cia Li yang kembali tersadar dari keterkejutannya. Dia bergegas bangkit dari tubuh sang Presdir. Sejenak pria itu masih tertegun tak percaya, hingga tak lama kemudian, diapun dapat meraih kembali kesadarannya. "He'em!" dehemnya canggung. Ia menjadi salah tingkah dan menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal. Telinganya juga nampak memerah. "Ma-maafkan aku Presdir. Aku tidak sengaja-" ucap Cia Li terpotong. "Tidak apa-apa, itu bukan salahmu, he he he!" sela Ling Yue dengan cepat. Dia tertawa canggung seperti sedang dibuat-buat. "Ayo kita masuk saja sekarang!" ajak Ling Yue kemudian sambil meraih tangan gadis itu untuk ikut masuk bersamanya. Ingin protes pun, pria itu sudah lebih dulu menyeret tangannya. Di depan sana, pendeta Han Sui sudah menunggu kedatangan mereka. Pria tua itu duduk bersila sambil memejamkan mata, bak seperti orang yang sedang bermeditasi. Dia
Keesokan harinya. Tok, tok, tok! "Cia?!" panggil seseorang dari luar sana. "Cia ... buka pintunya! Ini Mama!" Mata Cia Li seketika terbuka lebar. "Mama?!" pekiknya sambil terduduk kaget dari tidurnya. "Tunggu sebentar ... aku akan segera ke sana!" teriaknya. Dengan gerakan cepat, gadis itu buru-buru merapikan tempat tidurnya, lalu kemudian menyikat gigi dan mencuci muka. "Hah ... bisa bahaya jika Mama sampai tau kalau aku belum juga bangun di jam segini!" gumamnya kemudian sambil menyemprotkan pelembab wajah seala-kadarnya. "Ke mana perginya anak itu? Apa dia tidak mendengar suara kita?" gerutu sang mama dari balik luar pintu apartement gadis itu. "Teleponku juga tidak diangkat. Sepertinya kakak masih tidur," sahut Fang Li, adiknya Cia Li. "Cia-" panggilnya terpotong. Ceklek! Pintu itu tiba-tiba terbuka. "Astaga!" ketiga orang itu terjengit kaget. "He he he ... Maaf, tadi aku sedang menyikat kamar mandi, jadi tidak mendengar ada orang yang datang," alasannya berkilah. "Ayo m
"Ingat apa?" tanya Cia Li santai sambil memakan makanannya."Kakak, Kau ingat tidak? Dulu Kau pernah hampir tidak tidur semalaman karena membuatkan roti kukus untuk salah satu temanmu di sekolah," ujar Fang Li teringat kejadian waktu itu.Mata Cia Li langsung terbelalak kaget mendengar ungkapan sang adik. Ya, dia ingat! Malam itu dia memang sengaja memaksa Fang Li untuk ikut menemaninya membuat roti kukus diam-diam hingga pukul 4 pagi."Aku jadi penasaran, siapa kira-kira orangnya? Apa Kak Ling Yue tau tentang teman-temannya kakakku? Aku jadi kepikiran, mungkinkah kak Cia punya pacar di sekolahnya?"Ling Yue menaikkan sebelah alisnya. "Roti kukus? Kapan?" ia mulai cemburu mendengar cerita Fang Li. Apa mungkin gadis itu punya pacar diam-diam tanpa sepengetahuannya? Bukannya apa, tapi Ling Yue diam-diam selalu menyelidiki tentangnya. Dan menurut informasi yang dia dapat, gadis itu tidak pernah pacaran sama sekali dengan siapapun waktu itu.'Atau ... apa aku kecolongan?!' Ling Yue mengep
"Presdir, ini tuan Choi Suo yang akan bekerja sama dengan perusahaan kita. Beliau adalah pemilik rumah sakit Gionsang yang terkenal itu!" bisik Chen Li menjelaskan siapa sosok pria asing itu."Aaah ... selamat pagi Tuan Choi!" Ling Yue mengulurkan tangannya pada pria itu. Walau bagaimanapun dia tetap harus bersikap profesional dalam urusan pekerjaannya.Pria bernama Choi Suo itupun menerima uluran tangannya dengan senyum hangat. "Senang bisa bekerjasama dengan perusahaan Anda Tuan Ling. Ku dengar, pasokan obat-obatan yang kalian produksi semuanya memiliki standar yang tinggi. Kolega bisnisku dari Swiss bercerita banyak tentang kualitas obat-obatan dari perusahaan kalian.""Ya, itu memang benar. Bahkan, pasaran obat-obatan kami hampir mendominasi di seluruh wilayah daratan Europa dan Asia!" Ling Yue sengaja menyombongkan diri di depan pria bernama Choi Suo itu.Ntah kenapa, semenjak pertemuan pertama mereka di acara lamaran sepupunya Junyo waktu itu, dia merasa langsung tidak suka pada
"Kalau aku bilang keberatan bagaimana?" jawabnya tenang namun terkesan seperti tengah menantang. "Apa Kau juga menyukainya?" Suo menyeringai samar. "Menurutmu?!" dua orang itu saling melempar tatapan tajam. "Hentikan!" lerai Cia Li yang tak tahan melihat sikap kekanakan mereka. "Aku ingin makan siang dengan tenang. Jadi, kalian tolong jangan bertengkar lagi!” "M-maaf Nona Cia. Gara-gara aku waktu makan siangmu jadi terganggu. Aku jadi tidak enak hati karena sudah membuatmu merasa tidak nyaman,” sesal Suo merasa bersalah. "Tidak Tuan Choi, bukan begitu maksudku." Cia Li jadi merasa canggung. Dia bingung harus menjelaskannya bagaimana. "Lebih baik kita makan sekarang. Waktu jam istirahat kantor kami tak banyak. Kami harus segera kembali begitu selesai makan." Ling Yue benar-benar pandai membalikkan situasi. Dia berkata seolah-olah Suo adalah pengganggu di antara mereka. Padahal, dirinyalah yang tiba-tiba datang seenaknya ke tempat itu. 'Bajingan sialan! Dia pandai sekali menyudutk
At Shanghai, China. _____ Sebuah pagi yang begitu cerah di kota Shanghai, China. Selamat datang di kota metropolitan terbesar masyarakat Tiongkok. Di sinilah surganya segala kemewahan dunia berada. Katakan saja apapun yang kalian inginkan! Tempat hiburan malam? Tempat berbelanja barang-barang mewah? Atau perusahaan besar dengan gaji fantastis? Jangan khawatir, kalian akan menemukan segalanya di sini. Tepat pukul 9 waktu setempat, seorang pria tampan berjuta pesona turun dari mobilnya. Dia berjalan memasuki sebuah gedung besar yang di ketahui adalah milik keluarga Ling. Dia Ling Yue, anak laki-laki satu-satunya keluarga Ling. Hari ini adalah hari pertama Ling Yue menjabat sebagai seorang Presdir di perusahaan milik keluarganya. Ling Yue genap berusia 28 tahun ini. Dia lebih cepat 2 tahun menerima pengalihan jabatan Presdir dari yang seharusnya. Itu semua karena kemampuan Ling Yue yang begitu hebat dalam berbisnis, hingga sang daddy percaya kalau anaknya itu pasti bisa mengelola p
Hari ini Ling Yue dan Chen Li sekretarisnya akan pergi mengunjungi ahli Botani tua itu. Dari informasi yang didapatkan, ahli Botani tua itu ternyata bernama Sheng Li. Dia sudah berusia sekitar 65 tahun. Benar-benar sudah tua. "Chen Li, apa makanan dan hadiahnya sudah kau siapkan?" tanya Ling Yue memastikan. Dia tidak ingin ada yang terlewatkan dalam misinya kali ini. Semuanya harus berjalan sesuai dengan apa yang dia rencanakan sebelumnya. Ling Yue benar-benar selalu totalitas dalam bekerja. "Sudah Presdir. Semuanya sudah saya siapkan." Chen Li menunjukkan semua barang bawaannya itu kepada Ling Yue. "Bagus, kita berangkat sekarang!" perintah Ling Yue kemudian. "Baik Presdir!" Chen Li mengangguk patuh, lalu kemudian segera mengikuti Ling Yue dari belakang. Sesampainya di mobil, Chen Li langsung menaruh barang-barang itu di bagasi mobil dan secepat kemudian dia bergegas membukakan pintu belakang mobil untuk Ling Yue. Setelah semuanya beres, Chen Li mulai melajukan mobil itu menuju k
Jiao Ling langsung berangkat setelah mendengar kabar dari pihak rumah sakit. Selama perjalanan, dia tak henti-hentinya berdoa. Dia berharap, sahabatnya itu baik-baik saja. Tak butuh waktu lama, Jiao Ling pun sampai di sana. Dia berlarian menuju ruangan UGD. Wajahnya tampak panik sekali. “Nona, pasien yang bernama Cia Li ada di sebelah mana?” dia bertanya kepada perawat wanita yang sedang berjaga di sana. “Maksud mu, nona Cia Li korban kecelakaan mobil sekitar 1 jam yang lalu?” “Iya benar, aku mencarinya.” “Nona Cia Li berada di ruang UGD. Dia baru saja ditangani oleh Dokter, dan sedang beristirahat di salah satu bed pasien paling ujung.” “Baik, terimakasih atas informasinya. Aku akan ke sana sekarang!” Jiao Ling melangkah dengan terburu-buru. “Sreek!” dia membuka gorden penutup. “Cia Li? Kau tidak apa-apa kan? Mana yang sakit?” Jiao Ling berhamburan memeluk sahabatnya tersebut. “Kau tenang saja, aku tidak apa-apa. Hanya kepala ku saja yang sedikit robek dan mengeluarkan banyak