Kiara saat ini telah berada di kamar utama. Kamar yang selalu menjadi pelampiasan penatnya rutinitas kerja sang pemilik, Ken.
Kiara berjalan kekanan lalu kekiri dan ia lakukan itu berulang kali. Kiara masih bingung dengan keadaannya saat ini.
Saat tadi Kiara meminta kamar sendiri pada Ken. Pria itu malah marah-marah dan langsung meninggalkan Kiara sendiri di kamar besar Ken. Kiara tidak tahu di mana letak kesalahannya.
"Aku bingung---sangat bingung. Pria itu, tadi, bisa selembut kapas. Tapi, di detik berikutnya, dia berubah menjadi seseram setan," gerutu Kiara yang masih terngiang bagaimana Ken mengumpat dirinya.
Tok tok tok
"Masuk," suruh Kiara. Mata kiara langsung menatap seorang gadis yang mungkin masih berumur belasan tahun dengan memakai seragam yang sama seperti beberapa
"Astaga, apa ini?" teriak Kiara saat matanya menemukan berbagai kotak dan koper besar di ruang tengah.Kiara mengamati benar-benar. Sepertinya salah satu dari koper itu familiar di matanya. Tubuhnya mengelilingi dan meraba kotak besar yang begitu menarik perhatian Kiara."Selamat pagi, Nyonya!" sapa salah satu asisten rumah tangga Ken. Kiara mengangguk namun matanya masih saja mengamati berbagai benda yang menarik perhatiannya itu."Kamu tau, ini apa ...," Kiara menunjuk beberapa kotak besar berwarna coklat muda di depannya."Saya tidak tahu, Nyonya. Pak David dan para body guard tuan Ken yang membawanya tadi pagi," jelasnya sopan."Oh, seperti itu. Mungkin ini milik tuanmu," balas Kiara sekenanya.Tangan dan perhatian Kiara masih tertuju pada koper merah besar yang memang mir
Kiara telah berada di dalam salah satu mobil mewah milik Ken. Tampilan Kiara sudah sangat berubah.Meskipun pakaian mewah tak berseri itu melekat pada tubuh Kiara, tapi ia memang sengaja memilih tak memperlihatkan asetnya. Namun Kiara tetap terlihat sangat cantik.Ken memang sengaja tidak ikut. Ia akan memantau Kiara dari kejauhan.Tapi, Ken sudah mengerahkan beberapa body guard-nya di keliling Kiara maupun tanpa sepengetahuan Kiara. Hanya untuk menjaga wanitanya tetap dalam kondisi baik-baik saja."David, apa Kiara bisa menghadapi mereka sendirian?" tanya Ken cemas. Ia selalu menanyakan hal ini kepada David setiap menit. Hingga bibir David lelah menjawab."Percaya saja pada nyonya, Boss." David masih setia mengawasi pergerakkan Kiara sesuai perintah Ken, dengan cara me
"Hei, aku bicara padamu! Kau siapa!"Tapi, dengan cepat langkah pasti Vino dihentikan dengan suara barinton."Berhenti. Jangan berani melangkah lagi! Tuan kami memerintahkan kami, agar Nyonya tidak tersentuh oleh pria lain. Termasuk anda.""Cuih... persetan dengan tuanmu itu! Ini rumahku. Aku bebas melakukan apapun ... termasuk memberi pelajaran kepada Nyonya kalian ini," kata Vino dengan nada acuh. Bahkan salah satu jemarinya dengan berani menunjuk ke arah wajah Kiara.Vino mulai melangkah kakinya kembali ke arah Kiara. Namun dengan santainya, Kiara masih menyilangkan kakinya seraya membuang tatapanya jengah."Sudah saya bilang, tidak ada yang boleh menyentuh Nyonya, walau hanya seujung rambut!" tandas salah satu body guard Kiara yang langsung memberi bog
Setelah berhasil membuat paman Vino bungkam seribu bahasa. Kali ini Kiara akan merayakannya. Merayakan dengan makan-makan tentunya.Bibir Kiara tidak henti-hentinya mengulas senyum kemenangannya kali ini. Tapi, ini bukanlah kemenangan akhirnya. Melainkan kemenangan awal dan akan diikuti kemenangan-kemenangan selanjutnya.Kemenangan Kiara juga tidak lepas dari campur tangan Ken. Kiara akan membalas budi pada tuannya itu."Dari sini belok kanan," perintah Kiara."Baik, Nyonya," sahut sopir Kiara.15 menit perjalanan mereka. Akhirnya mobil mewah Kiara sampai pada restoran kecil.Mata para body guard Kiara membulat sempurna saat mengetahui jalan yang tidak pernah mereka temui, ternyata di sana ada sebuah restoran kecil.
Kiara masih menikmati apa yang ia pesan tadi. Iga bakar pedas. Ini adalah makanan kesukaan Kiara semenjak ia SMA.Pertemuannya dengan Bu Ina sungguh sangat miris.Kiara yang waktu itu sedang berjalan dengan gembira tanpa adanya embel-embel mobil mewah, karena ia sengaja membuat mobilnya itu memasuki bengkel. Senekat itu Kiara.Supir pribadi Kiara sangat khawatir, saat majikannya itu memilih untuk memilih memakai kendaraan umum.Tapi, dengan berbagai alasan dan pengertiannya. Kiara berhasil terbebas dari supirnya.Meskipun tidak bisa terbebas dari para pengawal orang tuanya yang ditugaskan di belakang Kiara."Kiara tidak apa, Pak. Mama sudah tau kok, kalau Kiara mau jalan sendiri," ucap Kiara dengan senyum sumringahnya khas anak SMA.&nb
Suasana masih normal saat Hilman mencoba memarkirkan motornya, dibarengi dengan Kiara yang mencoba membuka helmnya."Aaaa! Jangan, Pak, aku mohon! Ampuun!" teriak seseorang dengan suara lemahnya.Hilman yang sedari tadi mengulas senyum tampannya karena keberadaan Kiara. Kini wajah tampan itu telah berubah menjadi wajah dingin yang tak pernah Kiara tahu semenjak bersahabat dengan Hilman.Kiara dengan cepat ikut berlari ke arah ibu Hilman yang sudah tersungkur di pinggir jalanan."Om, tolong hentikan! Om menyakiti Bu Ina!" pekik Kiara yang sudah memeluk tubuh tua yang tersungkur di pinggiran jalanan.Meskipun Kiara baru datang ke rumah Hilman. Tapi, ia sudah sangat mengenal Bu Ina yang bekerja di kantin sekolah elitnya."Na
Ken mulai memasuki restoran yang nampak asing di matanya. Bahkan bagi seorang Ken, restoran itu tak pantas baginya.Tapi, saat mata biru elang Ken menemukan sosok wanitanya yang ia cemaskan sedari tadi, malah sedang saling menatap akrab dengan seorang pria.Langkah Ken semakin cepat. Bahkan respon terkejut dari para pengawal Kiara tidak Ken pedulikan.Ken sangat cemburu melihat wanitanya tersenyum lepas pada seorang pria. Dan pria itu bukanlah dirinya."Jangan seperti ini lagi. Aku hampir gila karenamu," ucap Ken bergetar, sesaat melonggarkan pelukannya, menatap lekat mata Kiara."Aa... aku ...," belum sempat Kiara menuntaskan kalimatnya. Ken sudah membuat tubuhnya menegang di tempat.Dengan cepat Ken menderatkan bibirnya, lalu memberikan gigi
Ken dan Kiara telah berada di dalam mobil menju ke rumah besar milik mereka.Tidak ada percakapan yang berarti. Hanya tadi, Ken berusaha membuka suasana hening di antara mereka. Tapi, lagi-lagi, pria itu gagal.Pandangan mereka beralih pada dinding kaca mobil mewah Ken. Kiara sibuk memikirkan Ken. Sedangkan Ken juga tak bisa mengalihkan pikirannya dari wanita di sampingnya."Tuan ... eh, maksud-nya, Sayang, apa aku boleh membeli kue di sebrang sana?" Kiara tiba-tiba bersuara dan menunjuk toko kue kesukaannya dan sang mama.Ken mengangguk. Lalu, menarik tangan Kiara hingga mengikis jarak di antara mereka."Apa upahku untuk mengijinkanmu?" tanya Ken yang sudah menatap lekat manik mata hitam Kiara.Tangan Kiara reflek meremas kemeja Ken untuk mengaburkan jantungnya yang sep