"Udah gitu keluarganya kurang ajar banget nuduh Lula mata duitan. Duit gak seberapa aja diminta lagi kok sok sok an! Dasar gak tahu malu." Tante Nda membiarkan Ibu untuk meluapkan amarahnya. Ia berharap itu bisa membuatnya lebih lega.
"Emang si Jaka bisa banget biar gak malu didepan keluarganya Mba. Dia kayak gitu karna malu kalau keliatan kere didepan keluarganya." Tante Nda juga sebenarnya geram. Tapi ia berusaha menahannya agar tidak membuat Ibu lebih emosi lagi."Nda, kamu bisa bantuin jual mobil Lula gak?" Ibu menatap Tante Nda, ia tersenyum setelah melihat Tante Nda yang malah ikut marah-marah."Bisa Mba, nanti biar Mas Dul yang jualin. Kita turuti kemauan Lula dulu aja Mba. Saat ini mentalnya pasti lagi down banget, kita harus dukung dia Mba biar dia tetap kuat." Tante Nda memberi pengertian sebaik mungkin pada Ibu agar ia bisa mengerti kondisi anaknya yang sedang terpuruk dan sangat membutuhkan dukungan dari orang terdekatnya."Iya"Mba hari ini sudah boleh pulang.""Apaaaa?" Lula yang masih belum 100% sadar dari tidurnya itu tiba-tiba mengerjapkan matanya setelah sebelumnya terpejam. Ia terkejut mendengar suara perawat yang memperbolehkan pasien pulang."La, pasien disebelah udah boleh pulang tuh." Tante Nda terlihat menghampiri Lula ke ranjangnya setelah sebelumnya berdiri didekat pintu mendengarkan pembicaraan perawat dan pasien yang ada disebelahnya."Ya ampun cepet banget pulihnya. Aku lho belum bisa duduk Te. hiks hiks hiks.""Makanya ayo semangat latihan duduk biar cepet pulih!" Lula menganggukkan kepalanya berkali-kali mengiyakan perkataan Tantenya. Ia sangat semangat membantu Lula untuk menaikan dan menurunkan sandaran tempat tidurnya.Baru kali ini Lula harus tidur di ranjang rumah sakit selama berhari-hari. Hingga membuat punggungnya terasa pegal dan panas. Rasa panas itulah yang membuat dirinya ingin segera bisa duduk dan beranjak dari tempat t
"2 minggu lagi kontrol kesini ya Bu. dedeknya juga!" Perawat itu tetap mendorong Lula hingga keluar dari bangunan rumah sakit."Oh ya baik Mba." Ia menghentikan laju kursi rodanya tepat didepan mobil Bapak."Sudah saya daftarkan sekalian ya Bu, jadi tinggal kesini aja sekitar jam 9nan." Ia juga membantu Lula untuk masuk ke mobil. Karena Lula masih sedikit kesusahan untuk mengangkat tubuhnya, menahan perih diperutnya."Terima kasih banyak ya Mba." Perawat itu memundurkan kursi roda yang tadi sempat Lula duduki itu untuk menjauh dari mobil."Sama-sama Bu, semoga cepat sehat ya." Setelah semuanya naik, Bapak kemudian melajukan mobilnya meninggalkan rumah sakit yang sudah beberapa hari Lula tinggali itu.Sesampainya dirumah, Tante Ai, Mbah Putri, Om Sunan dan anak-anak menyambut kedatangan Lula dengan gembira. Tante Ai segera membantu Lula turun dari mobil, ia kemudian menuntun Lula yang masih sulit berjalan untuk masuk kedalam kama
Kallula menatap wajah Raden yang sedang terlelap disebelahnya. Matanya berkaca-kaca tapi bibirnya menyunggingkan senyuman."Jadi anak kuat ya nak! terima kasih kamu udah lahir dengan sehat, mama sangat bersyukur atas kehadiran kamu nak." Lula mengusap kepala bayi kecilnya dengan lembut. Ia juga menciuminya beberapa kali.Setelah acara upacara adat itu selesai, Tante Nda sekeluarga dan Bapak pulang kerumah. Begitupun ketiga teman Lula. Lula masih ditemani Ibu, Mbah Putri dan keluarga Tante Ai dirumahnya.***Entah mengapa perasaan Lula makin sensitif. Ia sering tiba-tiba menangis tanpa alasan. Kadang ketika malam hari saat dirinya memandang wajah Raden, ia tiba-tiba menangis. Seperti alam bawah sadarnya sangat gelisah.Karena Tante Nda sudah pulang, Lula mulai menyusui Raden sendiri. Sedangkan ASI Tante Ai tidak terlalu banyak untuk 2 anak. Asi Lula masih sedikit yang keluar. Ditambah putingnya yang terasa sangat perih membuatnya selal
"La susunya coba yang kayak gini dulu ya? Lihat dulu ntar Raden suka gak." Tante Ai tiba-tiba muncul dari balik pintu dengan memegang 1 kotak susu ditangan kanannya."Ah iya Te, makasih ya.""Nanti kalau Raden nangis bilang Ibu, biar Ibu bikinin susunya." Ibu tiba-tiba masuk kedalam kamar dan menyahuti perbincangan mereka berdua."La kamu mau jadi kontrol di rumah sakit?""Iya Te, kata perawatnya kemaren gitu.""Gak ke klinik aja? Dulu tante lepasnya di klinik juga bisa lho, malah lebih murah.""Beneran Te?""Iya, kontrol tuh cuman lepas perban sama jahitan aja.""Oh iya kah?""Iya La, Tante anterin deh besok kalau gak percaya.""Oke deh Te."***Keesokan harinya, Lula bersiap-siap untuk pergi ke klinik. Kali ini ia ditemani Tante Ai dan bapak. Raden yang berada di gendongan Tante Ai itu terlihat tidur pulas.Setelah semuanya masuk kedalam mobil, B
"Kenapa ya La kok bisa gitu?" Tante Ai mengernyitkan keningnya heran. Sedangkan Lula hanya menggelengkan kepala."Mana benangnya di tanem di dalem lagi. Kalau dulu aku cuma di pinggir-pinggir bagian luar doang. Apa gara-gara posisi bayinya yang mlumah ya La? jadi harus lebar gini?""Gak tau Te. Bisa aja." Lula menaikkan kedua bahunya.***Hari berikutnya, Lula sudah bersiap untuk pergi kerumah sakit. Kali ini ia hanya pergi bersama Bapak, sedangkan Raden tetap dirumah bersama Ibu dan yang lainnya."La, nanti dirumah sakit kamu coba minta surat kelahiran lagi! buat jaga-jaga kalau misal Raden jadi dimasukin ke KK Ibu atau Tante." Tante Ai tiba-tiba muncul dibalik pintu saat Lula sedang siap-siap."Iya coba nanti Te.""Bilang aja yang kemaren hilang atau gimana.""Oke Te."Ia datang lebih pagi dari sebelumnya, jadi saat sampai rumah sakit belum begitu banyak antrian. Lula masuk kedalam seorang
Sebulan telah berlalu. Kondisi Lula pun sudah membaik. Ia juga mulai bisa mengurus Raden sendiri. Sekarang Lula akhirnya hanya tinggal berdua bersama Raden. Sebelumnya, Ibu, Tante Ai dan Tante Nda bergantian untuk menemani Lula. Tapi sekarang Tante Ai dan keluarganya harus kembali ke Malaysia karena setelah negara itu buka lockdown, Om Sunan harus kembali bekerja. Jadi hanya Ibu dan Tante Nda yang bergantian untuk mengunjungi Lula sesekali.Awalnya Ibu sangat khawatir, ia sadar karena Lula anak tunggal. Jadi ia tak pernah melihat cara merawat bayi sebelumnya. Tapi ternyata, Lula tak membutuhkan waktu lama untuk belajar. Sekarang Lula terlihat lihai merawat Raden, hingga membuat ibunya tega membiarkannya merawat Raden seorang diri."La, besok jadwal Raden imunisasi kan?" Terdengar suara khas Ibu dari sebrang panggilan telepon."Iya Bu.""Ya udah besok Ibu sama Bapak kesana biar bisa nganter kamu." Meski begitu, Ibu tetap saja khawatir karen
"Now I have children of my own They ask their mother, what will I be.Will I be handsome, will I be rich.I tell them tenderly.Que Sera, Sera, Whatever will be, will beThe future's not ours, to see Que Sera, Sera What will be, will be."Itulah lagu yang biasa Lula lantunkan pada Raden setiap pagi. Setiap kali ia nyanyikan lagu milik Doris Day itu, bayi mungilnya selalu menatapnya dan tersenyum seakan mengerti dengan arti lirik lagu tersebut. Bayinya juga menghentikan tangisnya tiap kali ia menyanyikan lagu itu. Tak ada pemandangan yang lebih indah di dunia ini selain melihat senyum bahagia putranya.Semenjak Raden lahir, Lula memang memutuskan untuk tidak kembali lagi bekerja dikantornya dan lebih memilih untuk menggunakan waktunya untuk fokus mengurus anaknya.Entah mengapa ia merasa tidak rela jika anaknya diurus orang lain. Setiap kali melihat Raden, tekadnya semakin kuat untuk melakukan pekerjaan yang bisa ia kerjakan diruma
Saat ini pikiran Lula belum begitu jauh, meski ada bayangan untuk pergi ke Jepang. Namun, hal itu masih belum ia putuskan. Butuh banyak hal sebagai faktor pendukung untuk memantapkan niatnya. Belum lagi jika dirinya harus meninggalkan Raden di negeri yang jauh."Kalau jadi nanti Lula ambil kontrak 2 atau 3 tahun aja Bu gak lama-lama.""Ibu ada temen yang jadi agen penyalur tenaga kerja ke luar negeri La. Mau Ibu tanyain?""Boleh Bu." Ibu meraih ponselnya dan segera menghubungi teman yang ia maksud itu."Hallo Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumsalam. Hey say apa kabar?""Alhamdulillah baik say. Anu, kamu masih jadi agen penyalur gak say?""Masih nih say. Gimana? ada anak mau keluar negeri kah?""Mau nanya nih say. Kalau di tempatmu ada buat ke Jepun gak?""Ada dong say.""Syaratnya apa aja? kasih tahu dong.""Buat perempuan apa laki-laki say?""Perempuan say