Pintu terbuka perawat membawa masuk Wulan, mereka langsung berdiri dan Azka mendekat kearah Wulan yang masih memejamkan matanya. Menatap Wulan dengan menggenggam tangannya, Azka bahkan melupakan keberadaan Rena yang ada di ruangan. Perasaan bersalah hadir saat melihat Wulan, wanita yang sudah dinikahinya secara agama.
“Aku pulang.” Azka tersadar saat Rena berbicara kearahnya “Kamu membutuhkan waktu bersama dia.”
Azka menggenggam tangan Rena menghentikan langkahnya “Josh belum bertemu akan lebih aman kalau kamu masih berada disini, aku tidak bisa tenang kalau kamu pergi dari sini.”
“Aku harus melihat suamiku dengan wanita lain? Wanita yang jelas-jelas istri pertama kamu?” Rena menatap datar pada Azka “Aku seperti di tipu oleh keluarga ini dan sekarang harus menghadapi drama sialan ini.”
Azka membeku mendengar kata-kata Rena “Maaf.”
Rena tersenyum kecil “Maaf? Baiklah
Azka langsung menghubungi Billy memberi kabar apa yang baru saja didapatnya, keberadaan Josh sudah dapat diketahui melalui Wulan. Azka benar-benar tidak menyangka jika Josh tidak berada jauh dari mereka, hanya saja Tambun adalah tempat yang biasa digunakan Josh untuk bersembunyi.Menatap Wulan yang kembali tidur setelah pembicaraan mereka berdua, Azka menghembuskan nafas panjang dengan menyandarkan diri di kursi tanpa melepaskan genggaman tangan mereka.“Temui Rena sepertinya kalian memang harus bicara.” Leo masuk dalam ruangan membuat Azka menatap kearahnya “Endi hubungi kalau Rena hanya diam saja, lebih baik kamu temui dia.”Menatap Wulan beberapa saat, memikirkan apa yang akan terjadi jika Azka tidak berada di tempat. Mereka berdua membutuhkan Azka, hanya saja Wulan lebih penting untuk saat ini. Genggaman tangan mereka belum dilepaskan Azka, membelai pipi Wulan perlahan dengan menyingkirkan rambutnya yang berada di kening.&ldqu
HOT NEWSKETURUNAN DARI PERUSAHAAN TERKENAL H&D HROUP, TIDAK LAIN PRODUCER TERNAMA MEMILIKI HUBUNGAN DENGAN SESAMA JENIS BERINISIAL J.PRODUCER ITU MENUTUPINYA DENGAN MENIKAHI SALAH SATU STAFF DI AGENCYNYATIDAK HANYA MENIKAHI SATU WANITA, TAPI JUGA DUA WANITA DI PERUSAHAANNYA. SEMUA INI BERTUJUAN UNTUK MENUTUPI HUBUNGAN DENGAN JAzka membaca tidak percaya tiga berita yang tadi dibaca Bima, menatap ayahnya yang terdiam dengan sesekali mengusap wajahnya kasar. Azka sendiri tidak tahu harus bagaimana dalam bertindak atau bersikap kali ini, tidak pernah ada dalam bayangannya akan mengalami hal ini.“Apa yang harus kita lakukan?” tanya Azka membuka suara.“Ayah pikirkan dengan Rifat, sekarang fokus pada Wulan dan Rena.” Bima berdiri mengambil ponselnya di tangan Azka. “Leo, kamu tetap disini temani Azka jangan sampai berbuat hal yang tidak diawasi dan menyebabkan adanya korban lagi.”Azka menata
Bernafas lega mendengar berita yang diberikan Leo, tidak peduli dengan keberadaan Josh. Fokus Azka saat ini adalah kedua wanita yang bersama dengan dirinya, menitipkan Wulan pada Anggi yang baru saja datang.Azka memilih pulang ke rumah, membicarakan semuanya pada Rena. Banyak hal yang harus dibicarakan, tidak ingin kehilangan Rena adalah salah satu alasan utamanya. Azka benar-benar tidak bisa kehilangan Rena, membayangkannya saja tidak bisa apalagi benar-benar terjadi.Keadaan dalam rumahnya, sangat tidak bisa dibaca. Azka tidak melihat keberadaan Endi sama sekali, langkah Azka semakin masuk kedalam dan seketika membeku saat melihat kedua orang tua mereka berkumpul, minus Bima, ayahnya. Azka menatap Rena yang hanya menunduk, tidak berani menatap dirinya sama sekali. Mengalihkan pandangan tampak Redi, ayah Rena, menatapnya tajam membuat Azka menelan saliva kasar.“Bisa jelaskan apa yang terjadi? Berita di media terutama.” Redi berkata dengan na
Meminta waktu untuk berbicara berdua dengan Rena, menariknya menuju kamar mereka berdua. Mengunci pintunya terlebih dahulu, setelah itu keheningan menghampiri mereka dan tidak ada yang membuka suara sama sekali.“Kamu hamil?” tanya Azka yang diangguki Rena “Kapan? Maksudnya kapan kamu tahu?”“Dua hari lalu.” Rena menjawab pelan.“Apa ini alasan kamu tidak mau kita berpisah?” tanya Azka hati-hati.Rena menatap Azka membuat tatapan mereka bertemu, menyesali pertanyaannya yang memang tidak membutuhkan jawaban. Azka sendiri juga tidak sanggup berpisah dari Rena, kehilangan anaknya dengan Wulan sudah membuat dunianya hancur dan saat ini pengakuan Rena membuat Azka berharap kembali.“Apa kamu mau berpisah dariku?” tanya Rena yang langsung dijawab gelengan kepala Azka “Aku tahu kamu sudah berubah, jadi tidak ada alasanku untuk meragukan seksualitasmu.”“Tapi papa kamu....
Sama sekali tidak bisa menebak apa yang ada dalam isi kepala Rena, tidak bisa menjawab apapun itu permintaannya. Azka sendiri tidak yakin dengan membawa Wulan pulang ke rumahnya, semua serba sulit bagi Azka.Memikirkan perkataan Rena, tidak membuat Azka sadar jika permasalahannya semakin dalam. Usulan Rena pastinya akan mereka pergunakan sebagai langkah akhir, hanya saja Azka merasa tidak akan sampai sejauh itu.“Ayah mau bicara.” Bima berkata dengan nada datarnya membuat lamunan Azka terhenti dan Endi menatap bingung “Kita bicara di belakang.”Azka dan Endi saling memandang, hanya bisa mengangkat bahu karena tidak tahu apa yang sedang terjadi. Memilih mengikuti langkah Bima menuju taman belakang rumah Azka, keberadaan taman membuat mereka berdua mendapatkan ketenangan, hanya saja taman juga menjadi tempat mereka berbicara suatu hal yang penting.“Fabian hubungi dan permasalahan semakin serius.” Bima membuka suaranya me
“Kamu yakin ketemu Wulan?” tanya Azka sudah tidak tahu berapa kalinya pada Rena.“Aku harus menjawab berapa kali pertanyaan kamu itu?” Rena menatap malas pada Azka “Tapi, saat ini dia belum siap bertemu dengan siapapun.”Azka membenarkan perkataan Rena “Kita tunggu sampai dia siap, bagaimana?”“Terserah, lagian statusku....”Azka menghentikan perkataan Rena dengan melumat bibirnya lembut “Jangan pernah berkata seperti itu lagi.”Rena mengangguk pelan, menundukkan kepalanya dimana pastinya wajahnya saat ini memerah “Kamu sepertinya harus kesana, temani dia.”Azka memandang Rena setelah menarik dagunya, tatapan mereka bertemu “Apa tidak lebih baik kamu tinggal bersama dengan orang tuamu?”Rena menggelengkan kepalanya “Bunda bentar lagi datang, ada Endi juga.”“Baiklah.” Azka berkata dengan nada pasrahnya &
Menatap Wulan yang tertidur setelah meminum obat, pikiran Azka melayang kemana-mana. Hembusan nafas panjang tanpa melepaskan tatapan dari Wulan, keinginan yang berbeda dari mereka membuat kepala Azka pusing.“Kamu disini?” Azka menatap sumber suara mendapati kembarannya, Dona.“Kenapa disini?” tanya Azka mendatangi kembarannya dengan memeluk erat “Naik apa?”Dona memandang sinis pada Azka “Sejak kapan kamu perhatian?” mengalihkan pandangan pada Wulan “Cantik.”“Mana pernah pria keturunan Hadinata mencari wanita jelek.” Azka memberikan tatapan menggoda pada Dona.Mendatangi Dona dengan memeluknya erat, hubungan mereka bukan jenis hubungan yang dekat. Meskipun begitu mereka saling melindungi satu sama lain, tanpa foto dari Dona membuat permasalahan Azka tidak akan selesai. Melepaskan pelukan dengan menatap Dona dalam, mereka memang tidak memiliki persamaan dalam bentuk wajah, ban
Menata barang-barang Wulan untuk dibawa pulang, tidak terlalu banyak barang yang dibawa karena memang Azka tidak membawa apapun. Wulan sendiri masih dalam kamar mandi, setelah pertemuannya dengan Dona membuat mereka menjadi akrab.“Kamu terima tawaran Dona?” tanya Azka yang entah sudah ke berapa kalinya.“Belum dipikirkan, lagian aku malu kalau harus kembali ke agency.” Wulan menjawabnya dengan nada sedih.“Mereka nggak ada yang tahu siapa wanita itu.” Azka menenangkan Wulan dengan membelai lembut lengannya.Wulan menggelengkan kepalanya “Agency kamu juga dalam keadaan tidak baik-baik saja.”“Semua sudah selesai, berkat uang.” Wulan mencibir perkataan Azka.Azka tidak berbohong, tidak tahu apa yang mereka lakukan sampai akhirnya berita mengenai dirinya hilang. Wartawan juga tidak ada yang mendatanginya, kasus itu seakan berhenti begitu saja. Azka tahu jika Josh tidak akan tinggal di