Menatap cincin diatas meja dengan perasaan tidak menentu, mengalihkan pandangan pada wanita yang ada dihadapannya. Dapat terlihat ekspresi lelahnya, Azka hanya bisa menghembuskan nafas panjang sebelum membuka suara.
Azka mendatangi rumah orang tuanya, setelah Rena memintanya untuk kesana. Rena mengatakan setidaknya Azka harus adil, perdebatan kecil yang mereka lakukan tidak berdampak apapun, sekali lagi Rena akan selalu menang. Setidaknya Rena tidak dirumah sendirian, Dona berada disana bersama dengan Leo dan kekasihnya. Rena meyakinkan kalau dirinya akan baik-baik saja, apalagi ada mereka bertiga. Sebelum berangkat Azka memberikan ancaman, terutama Dona agar tidak bertindak sesuka hatinya.
Kedatangan di rumah orang tuanya mendapatkan kejutan, kali ini tidak tahu harus berkata apa. Kejutan yang didapatnya adalah cerita Wulan mengenai kondisi dirinya selama bekerja beberapa hari itu, Azka tahu tapi tidak peduli dengan semuanya, atau lebih tepatnya mencoba tidak pe
Menikmati waktu dengan Rena, setelah sebelumnya berada di rumah orang tuanya. Tidak banyak hal yang berubah dalam hubungan mereka, baik dengan Rena atau Wulan. Rena tetap melayani Azka dengan sangat baik, sedangkan Wulan mau tidak mau tetap melakukan tugasnya sebagai istri.“Bukankah kita berencana kontrol di rumah sakit milik opa?” tanya Azka yang membuat mereka berdua saling menatap.“Aku lupa.” Rena berkata santai.“Kapan enaknya? Apa sekarang saja?” Azka menatap penuh harap.“Memang kamu nggak ada kerjaan?”“Brian bisa mengurusnya.”Rena menggelengkan kepalanya, “jangan dikit-dikit Brian dan Fabian. Mereka hanya karyawan sedangkan kamu pemiliknya.”Azka mengangguk lemah, “jadi kamu nggak mau ke dokter kandungan di rumah sakit milik opa?”Rena meletakkan jemarinya di dagu, “kita habis dari sana, lebih baik bulan depan saja.”
“Besok Wulan diminta datang untuk memberikan keterangan,” ucap Rifat membuat Azka menatap bingung.“Bukannya sudah, Om?”“Memang sudah, tapi katanya ada beberapa poin tambahan yang harus ditanyakan.” Rifat menjawab pertanyaan Azka dengan sabar, “kalau sudah masuk masalah polisi dan pengadilan prosesnya lama.”Mereka semua berkumpul di rumah opa dan omanya, kumpul yang selalu dilaksanakan setiap bulan. Rifat juga selalu ikut serta, biasanya akan datang jika memang bisa tapi kebanyakan absen. Kali ini datang dengan banyak tujuan, salah satunya adalah masalah Azka dengan Josh, artinya Azka harus melakukan banyak hal untuk masalah kasus ini.Dirinya datang bersama dengan kedua wanita itu, hanya saja mereka berada di tempat berbeda. Rena berada di dalam kamarnya, kondisi kehamilannya membuat Rena menjadi cepat lelah. Azka meminta Rena istirahat di dalam kamarnya, sedangkan Wulan bersama dengan Dona entah me
Memegang tangan Wulan yang bergetar hebat, waktunya diminta kesaksian atas apa yang Josh lakukan padanya. Azka menemaninya untuk mengetahui apa yang dijawabnya, proses Josh memakan waktu yang sangat lama dan itu artinya harus banyak sabar. Diam mendengarkan tanpa melakukan reaksi apapun, tidak menemukan sesuatu yang mencurigakan atas hubungan mereka berdua.“Semua sudah selesai, tinggal nanti proses sidang saja,” ucap pengacara andalan keluarga, Yadi.“Terima kasih banyak,” ucap Azka menyalami Yadi.Pulang bersama dengan Wulan, tanpa berbicara apapun selama di perjalanan. Melalui sudut matanya dapat terlihat bagaimana kondisi Wulan saat ini, tangan Azka yang bebas memegang tangan Wulan dan meremas perlahan. Tidak lama suara tangis terdengar membuat Azka tidak tahu harus melakukan apa, selama ini tidak pernah dirinya melihat Wulan menangis berbeda dengan Rena.“Jangan menangis,” ucap Azka membelai punggungnya pelan, &ldq
Menatap album yang siap dipasarkan dengan berbagai perasaan, Fabian menunjukkan pada Azka dan Brian bentuk album dari ketiga cewek itu. Fabian menceritakan semua kerja keras mereka bertiga, Azka mengakui musik dan suara mereka menyatu, bahkan meminta mereka menyanyikan secara langsung.“Dua? Apa nggak kebanyakan?” tanya Azka menatap salah satunya.“Bagus banget ini, aku boleh minta?” Rena meletakkan apa yang baru saja dilihat.“Masa minta? Gimana-gimana demi kas perusahaan.” Fabian menolak permintaan Rena, “dibedakan bisnis dan keluarga.”“Berani sekali menegur istri bos.” Brian mengangkat alisnya menggoda Fabian, “gimana kalau nanti kita buat mereka reuni?”“Masih jauh,” jawab Fabian, “aku punya beberapa agenda tentang mereka nantinya.”“Apa?” tanya Azka penasaran.“Masih aku pikirkan untuk membuat proposal pengajuan.&rdq
Mengikuti keinginan Rena untuk bulan madu dengan Wulan, Azka benar-benar mengikuti permintaan Rena melakukan hal ini. Padahal tanpa sepengetahuan Rena, mereka sudah pernah melakukan bulan madu.“Untuk apa kita disini?” tanya Wulan bingung.“Bulan madu.” Azka menjawab singkat.Wulan mengerutkan keningnya, “buat apa kita bulan madu?”Azka mengangkat bahunya, “kira-kira orang bulan madu ngapain?” wajah Wulan membelalakkan matanya mendengar pertanyaan Azka. “Mau mandi dulu atau langsung memulai? Apa kamu lupa melayani suami?”Wulan berjalan mendekati Azka yang membuatnya menghentikan langkah, jarak mereka semakin dekat. Wulan mengangkat kepalanya agar bisa melihat Azka, mengalungkan tangannya di leher Azka, membuat tangan Azka secara otomatis berada di pinggang Wulan. Wajah mereka saling mendekat dan tanpa banyak kata bibir mereka sudah saling berpagut, memainkan lidah didalam dan tangan Azka
Tidak mempedulikan perkataan Wulan mengenai dirinya yang tidak menggunakan pengaman, mereka melakukannya tanpa henti. Makan saja Azka meminta untuk diantar dalam kamar, menatap Wulan yang tidur dengan nyenyak, membuat tangannya bergerak merapikan helaian rambut yang berada di wajah.Setelah beberapa bulan akhirnya Azka terpuaskan, permainan Rena memang enak tapi jika harus dibandingkan Azka akan memilih Wulan untuk kegiatan panasnya. Beranjak dari ranjang memilih berjalan keluar kamar, berada di ruang lain dalam ruangan ini membuat Azka bisa bergerak bebas.Suara ketukan pintu membuat langkahnya menuju kesana, tampak disana Leo dengan salah satu karyawannya membawa makanan. Membuka pintu untuk mereka dan masuk kedalam untuk meletakkan makanan, pegawai hotel keluar meninggalkan Leo bersama Azka di dalam kamar ini.“Segar.” Leo mengangkat alisnya dengan tatapan menggoda.Azka tersenyum “puasa berapa hari? Belum begituan sama Fransisk
“Kamu nggak usah datang ke persidangan.” Rifat mencegah kedatangan Azka ke tempat sidang Josh.“Aku ingin tahu bagaimana jalannya.” Azka memandang penuh harap pada Rifat agar membolehkan dirinya datang.“Kamu nggak usah datang karena hanya membacakan apa saja tuntutannya, prosesnya masih panjang. Kalau mau datang nanti saat sidang putusan saja.” Rifat tetap dengan pendiriannya.“Baiklah,” ucap Azka dengan nada pasrahnya.“Nanti akan aku info bagaimana jalannya persidangan atau mau aku videokan?” Rifat menatap Azka dengan lembut.“Video, aku mau tahu bagaimana jalannya sidang sebenarnya. Om, kalau Wulan dijadikan saksi dan harus hadir bisakah aku....”“Nggak, kalau kamu datang penjagaan harus lebih ekstra.” Rifat memotong perkataan Azka, “tolong mengerti kondisi mereka.”“Baiklah-baiklah.” Azka menyerah meminta bantuan Rifat untuk mendatangi persidangan Josh, perkataan Rifat memang ada benarnya.
Sidang Josh sesuai dengan perkataan Rifat memakan waktu lama, melihat perkembangannya melalui video yang dikirimkan oleh pengacara mereka, melihatnya saja membuat kepala Azka pusing. Azka melihat ada satu perbedaan antara Josh dulu dengan sekarang, Josh yang sekarang tampak lebih kurus dan tidak terawat sama sekali.“Lihat apaan?” tanya Rena duduk disamping Azka.“Persidangan.” Azka menjawab singkat, mengalihkan perhatian kearah Rena yang menikmati makanan dihadapannya. “Belum makan? Perasaan tadi udah.”“Aku semenjak kesini semakin dikit-dikit lapar.” Rena menjawab sambil lalu, menikmati makanan dihadapannya.“Sehat-sehat terus didalam.” Azka membelai perut Rena pelan.“Kalau Wulan hamil bakal bareng lahirinnya.” Rena menjawab dengan tersenyum.“Mungkin.” Azka menanggapinya cuek.Menatap kembali layar dihadapannya, tidak menyangka banyak hal yang didakwakan oleh pengacara mereka. Azka tidak menduga akan se