Share

Maksa

“Bang Fadlan belum ngabarin juga, ya?” tanya Vivi.

“Belum,” jawabku seadanya. Dia mengangguk saja percaya.

Saat ini, Vivi sedang duduk di depan teras kamar kosanku sambil makan es krim yang kubelikan beberapa menit lalu. Vivi bersembunyi untuk menghindari amukan Nyak Marni yang tadi marah karena diberi nasi bungkus yang sudah hancur akibat dibawa lari-lari.

Walau aku sudah membelikan yang baru, kemarahan Nyak Marni belum juga reda. Vivi sengaja kabur ke mari untuk menghindari omelan ibunya itu. Tahu sendirilah, kalau Nyak Marni sudah marah, hebohnya kebangetan!

“Bang, mau tambah lagii,” pintanya merengek. Memohon agar aku membelikan dia es krim lagi.

“Enggak! Itu udah yang ke tiga, Vi! Udah, ya, Abang males perginya!” tolakku secara blak-blakan.

Vivi cemberut, “Peliit!”

“Dih! Udah, mah, minta, maksa banget pula!” sungutku tak mau kalah.

Vivi malah merajuk,

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status