Dari balik pasukan bersenjata, dua pasang mata yang amat sangat kukenal berkedip tak berdosa. Tangan mereka saling berkaitan seolah mautpun tak mampu memisahkan. Salah satu dari mereka melambai penuh senyum kearahku. Aku terdiam, menatap pengkhianatan maha luar biasa dihadapanku. Diantara carut marut itu, satu senyum ramah menyapa, Mr. Thomas. Wajahnya memar penuh darah. Dibalik kepalanya, satu riffle menodongnya kasar.
Air mataku menetes dalam bisu, "Jack? Shereen?" lirihku.
"Perkenalkan, Kei. Ini Jack, pewaris ketiga bermata biru yang disebutkan Matteo sebelum ditembak oleh salah satu anggota kami. Lalu ini calon menantuku, Putri Yordania yang cantik jelita, Shereen. Aku kira kalian saling mengenal dengan baik bukan? Seorang tangan kanan sekaligus otak bisnis dan seorang pilot sekaligus sahabat terbaik die waffe."
Setelah kuhabiskan enam purnama duduk berairmata diberanda klinik Bian Que, akhirnya hari yang kutunggu datang jua.Malam ini, dengan mata nyalang memindai markas besar El Chino, aku duduk sedikit bersandar. Semua sudah sangat siap; tubuhku telah sempurna dibalut Shinobi Shozoko, jemariku telah dihiasi Shoboki, pula punggungku pula telah menegak menenggerkan kusarigama dan kyoketsu shoge. Setelah purnama kutujuhku sedikit menyingsing, semua dendam, duka, lara dan nestapaku akan segera sirna.Bicara tentang purnama ketujuh membuatku jadi sadar, enam purnama yang telah kulalui tak pernah seberbinar hari ini. Purnama pertamaku penuh duka, air mata dan tangis derita. Setiap pagi, Bian Que dengan sabar menjemur selimut bludruku yang basah air mata. Setiap siang, Chen akan datang membawakan cerita-cerita. D
Mereka sudah memintaku menunggu sejak sembilan belas menit yang lalu. Tapi klien eksekutif yang baru saja berhasil mengakuisisi 51% saham perusahaan pertambangan itu tak kunjung datang. Ini adalah salah satu alasan mengapa aku selalu malas berurusan dengan petinggi perusahaan legal.Seorang pelayan lima menit lalu datang memohon maaf mewakili Tuannya yang masih dalam perjalanan setelah sempat terhambat wawancara media massa. Kuakui, Direktur muda itu akhir akhir ini memang sangat populer. Majalah, koran, digital web dan berbagai platftom memberinya tittle 'SUKSES DI USIA MUDA'. Padahal, tidak ada yang spesial darinya. Tanpa media tau, lelaki itu hanya duduk memerintah kami dibalik telepon dan mengirimkan sejumlah uang untuk membasuh keringat. Kesuksesan yang dibicarakan orang-orang hanyalah omong kosong, kamilah yang sebenarnya mengambil langkah besar; Menghubungi perusahaan pem
Setelah mendapatkan pesan merah dari Kyrene, aku yang berencana menghabiskan empat hari kedepan di Macau mendadak urung. Situasi di markas kami lebih genting. Jam tiga pagi sepulang dari Venetian Macao -casino 39 lantai di Cotal strip, aku langsung bergegas terbang pulang.Karena pilot ulung dan bandara pribadi milik salah satu sekutu kami, pukul delapan pagi mobilku sudah mendarat di gerbang markas. Setibanya, aku bergegas memacu langkah menuju bangunan utama. Pintu ruangan terbuka lebar, aku menghentikan langkah dan mencoba membaca situasi. Tak sengaja, mataku bertemu Sora yang berdiri kaku membawa sepiring potongan apel. Tangannya menyenggol Kyrene seolah memberi kabar bahwa aku telah datang. Aku menahan tawa menatap tingkah mereka yang sangat canggung.Didepan tiga lukisan besar yang kupajang di ruangan ini, seorang perempuan paruh
Kepaku pening. Semalam suntuk aku dan Mr.Zhangs mengadakan pertemuan di Borneo untuk membahas rencana lobbying pemerintah China terkait izin Anti Trust Filing. Aku merebahkan tubuh dihadapan sofa yang menyorot langsung pada dinding tempat lukisan Chichi dan Haha bertengger gagah. Dari arah gelanggang, Sora bersama wakizashinya melakukan rutinitas; mengupas apel untuk sarapan sembari berjalan mendekatiku. "Kau minum berapa banyak, Zoe?" tanyanya sembari merapikan anak rambutku. Aku mengacungkan dua jari. Sora menggeleng tak habis pikir, "Lalu bagaimana hasilnya?" "Tidak ada yang spesial. Hanya, keluarga Hong Kong meminta sekompi pasukan kita untuk dibawa menggempur Taiwan besok. Dengan begitu, ia berjanji tidak akan menganggap die Waffe mengkhianati persekutuan. Bahkan, jika Taiwan berhasil diduduki, ia berjanji akan menggerakkan rakyat Hong Kong untuk mengikuti permain
Setelah pesawat cruising, Kendali pesawat digantikan oleh anggota kepercayaan Tytan. Kyrene dan Sora menyusul kami di meja pertemuan. Banyak hal yang harus kami dibahas di meja bundar ini. "Yang paling menguntungkan dikeadaan seperti ini adalah penyerangan tertutup." Aku memulai pembicaraan, "Setidaknya, kita dapat titik point sebelum kekuatan mereka terkumpul. Tapi bagaimanapun kita harus memastikan Shereen ada di markas. Karena menikam jantung musuh tanpa senjata yang bisa membuatnya mati sekali tekan hanya akan membuat kita menggalami sekali duakali serangan kecil." "Tapi, Zoe, jika kita melakukan penyerangan tertutup tentu tidak akan ada negosiasi antara kau dan israel. Itu lebih membahayakan Shereen, ia jelas akan menjadi umpan untuk membuat kita bertekuk lutut. Pula, mengingat pertempuran ini ada di kandang lawan, keadaan Non negosiasi juga membahayakan kita. Tapi tentu, jika kita melakukan negosia
Langit merebah. Paduan gelap membiru terang diantara horizon orange mentari pagi menyambutku hangat. Aku berdiri menumpukan badan pada dinding pesawat melemparkan mataku pada bentangan gugusan awan. Setelah berbaur dengan kesunyian yang cukup panjang, Jack mengetuk pintu. Ia masuk bersama dengan segelas susu dan beberapa lapis roti selai cokelat. Matanya menunduk saat menatapku yang hanya dibalut jubah tidur. "Bagaimana malam mu, Jack?" tanyaku sembari mengambil susu diatas nampan, "Tidurmu nyenyak?" "Sangat, Nona." Ia meletakkan sarapan diatas tempat tidur, "Terimakasih." Aku menoleh menatapnya heran, terimakasih? Ia mengulum senyum. Tangannya bergerak membenarkan posisi Rolex Antimagnetique Ref. 4113 from 1942 dipergelangan. Jam yang dibuat dari silver matter dan pink gold Arab itu adalah oleh-oleh dariku sepulang menemani M
Suasana mendadak benar-benar tegang. Suara tapak kakiku yang sengaja kubuat kasar, lirih berjinjit tapak kaki anggota, dan pistol-pistol yang pelatuknya ditarik kasar mewarnai perjalanan. "Apa yang kau inginkan, Sam?" tanyaku. Sam sedikit mengendurkan todongannya ke kepala Shereen, ia tersenyum puas, "Kau harusnya bertanya lebih awal, Kei, supaya kita tidak perlu repot-repot melakukan ini."Aku mengangguk, "Kau juga tak perlu repot-repot memanggilku Kei, seolah ingin menghormatiku sebagai Putri Chikusou, Sam. Panggil aku Zoe, nama yang lebih layak untuk diucapkan mulut kotormu." Ujarku sambil terus melangkah mendekat, "Jadi, katakan apa maumu.""Sederhana." ucapnya santai, "Sewakan kembali tanah Al Baqoura dan Al Gamr pada Israel, kami ingin membuat ladang ganja disana. Lalu, jadikan Taiwan pemimpin Asia Timur. Dan yang terakhir, bergabunglah bersama kami. Begitu kau setuju, kau boleh pergi dari sin
Aku menatap Shereen yang masih tertidur dalam buai obat bius. Tanganku membelai rambut cokelatnya. Ialah Shereen, Seorang pilot militer wanita pertama yang menyelesaikan pelatihan fixed wing aircraft di usia 19 tahun. Seorang bangsawan yang diam-diam bekerja paruh waktu menjadi pilot organisasi kami. Menurutnya, kehidupan menjadi seorang Putri bungsu Raja Yordania membuat karier dalam dunia militer tidak menantang. Ia tidak diizinkan melakoni misi sulit bahkan sekadar mengendarai jet-jet tempur dengan alasan keamanan Putri Raja. Padahal kemampuannya tidak bisa diragukan. Kuakui, ia dua tingkat diatas Kyrene. Bersama kami, ia dapat dengan bebas menggendarai jet-jet tempur, memutar kemudi pesawatnya diudara, melakukan G Force (anti gravity), dan berbagai pengalaman menegangkan lainnya. Walaupun seluar biasa itu, dimata kami ia tetap hanyalah adik kecil yang menggemaskan dan terkadang –lebih banyak menyebalkan. Melihatnya setakberdaya ini memb