Share

bingung dan luka

Angin berhembus menerpa wajahku yang pucat pasi.

Tirai kelabu menghiasi cakrawala, ah kenapa sang surya harus bersembunyi pada gumpalan-gumpalan awan yang ternoda tetesan tinta hitam, hatiku pun menghitam, ada sesak di dada yang memaksanya mendorong sebening kristal keluar di sudut mata lelahku, namun ku mencoba bertahan.

“Kenapa ini harus terjadi Tuhan?”

 

Aku mendesah menahan murka yang bergejolak, menatap tajam padanya yang membisu, seperti pohon beringin tua di sudut pinggir kampung yang selalu diam tak bergeming walau badai topan menerpanya sekalipun.

“Aku meminta satu jawaban, sebuah penjelasan, ucapkanlah..?”

Mulutku kembali bereaksi dengan sepatah tanya, namun hanya hening yang ku dapat.

Menunduk sendu di hadapanku, geliat resah bergerak cepat di matanya yang basah.

Dadaku bergejolak murka, menatap wajah tampannya yang seperti gejolak air mendidih.

Aku lelah menunggunya untuk membuka celah bibir tipisnya demi satu kata, tapi akupun tak bisa memaksa.

Sepi karena kebisuan menyelimuti ketegangan dalam merayapnya waktu yang perlahan.

 

Sekian menit berlalu, wajahnya mendongak dalam kepongahan yang terpaksa, mata resahnya menatap tajam seakan memamerkan keberanian yang baru ia temukan, ia berisyarat untuk segera bersuara, mataku berkilat menahan ketidak sabaran yang mendera jiwa.

“Aku tak bisa lagi denganmu, aku ingin pergi dari hidupmu, ikhlaskanlah..”

Begitu lembut suaranya hari kemarin, pada kata yang lain, aku selalu menyukai suaranya..

Namun kalimatnya kali ini?

Gelegar petir memekakan telingaku, hujan deras mulai membasahi tubuh-tubuh kaku.

Dia berlari dengan segenap kepuasannya, yang telah berhasil melukaiku..

Apa salahku..

Dadaku bergemuruh seperti deburan ombak membentur karang, tersentak jantungku seakan runtuh, sarafku membeku, aku hancur.

Hati ini kembali patah, bukan salahnya, bukan pula salahku, takdir tak juga kejam karena ini, aku tak ingin menyalahkan siapapun.

Saat ini aku hanya ingin menyatukan air mata ku dengan tangisan langit yang membasahi sekujur tubuh ini.

Dan akupun mulai bersenandung, ah tidak, aku mungkin meratap kali ini.

Menyentuh hatimu dengan manisnya cinta,

Bagai ku raih bayangan dalam kegelapan,

Mengukir senyum namun terlihat bagai seringai yang tak ku mengerti,

Akankah hati selalu tersembunyi dari nyata yang dirimu rasa.

Terkadang kau mengucap cinta terlalu indah,

Namun tanganmu mengiris tajam hati ku,

Dua sisi hati seakan berbeda dalam satu ragamu,

Apa maumu sebenarnya dariku,

Entah harus bagaimana mendapatkan utuh kepercayaan dan keyakinan..

Cinta yang ku duga indah kini menyakiti ku,

Namun ku masih disini dalam keteguhan janji,

Katakan sampai bila ku dapat bertahan,

Berlayar di lautan harapan yang tanpa batas,

Harapan bisa menepi, menjadi sebuah mimpi..

Sederhana yang ku harap,

Ingin merasai di cintai dengan ketulusanmu,

Dan mencintaimu dengan segenap keikhlasanku.

Darimu yang istimewa dan mengistimewakanku.

Bilakah kau mengerti ku lelah menanti,

Cintai aku sepenuh hati atau lukai diriku detik ini,

Menangispun tiada mengapa asal itu sebuah kepastian,

Kepastian darimu yang memiliki tapi tak ku miliki.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status