“Bukankah dia si wanita angkuh?”
“Benar, kabarnya dia tidak suka dengan laki-laki.”
“Ibunya seorang pelacur yang hidup di kalangan saudagar kaya akhirnya dinikahi.”
“Bagaimana kau bisa tahu?”
“Temanku bercerita dan temanku mengenalnya. Dia pernah diajak tidur oleh teman sekelas dan foto-foto vulgarnya sudah tersebar banyak di internet.”
“Bukannya itu editan? Semua orang tahu kalau itu editan.”
“Memang siapa yang peduli, itu editan atau bukan. Kalau benar berarti...” ucap yang lain namun, kata-katanya berhenti ketika Claretta mendatangi mereka.
Claretta yang mendengarkan pembicaraan segerombolan laki-laki di sana dan memukul meja dengan berkas yang dia bawa.
“Masuk di perusahaan sehebat ini adalah mimpi bagi semua orang. Kalian masuk dan bekerja di sini karena mulut busuk kalian hanya bermodalkan orang yang sama busuk seperti kalian. Jika masih ingin bekerja lama di sini, maka lakukan tugas kalian karena jika tidak, berarti otak kalian sudah diedit.” tukas Claretta dengan lantang sehingga terdengar oleh karyawan lainnya.
Setelah mengucapkan hal tersebut Claretta pergi ke divisi lain di mana hanya berisikan pegawai wanita, ide pemisahan tempat kerja adalah idenya. Menurut Claretta hal itu lebih efisien dan Claretta lebih senang bergaul dengan mereka.
Claretta menuju ke seorang gadis yang belum pernah dia lihat.
“Siapa namamu?” tanya Claretta sambil berjalan mendekati gadis tersebut.
Gadis yang sedang duduk mengerjakan pekerjaannya tiba-tiba berdiri saat mendengar seseorang mengajaknya berbicara.
“Sa... saya Mia.” ucapnya sembari berdiri dengan tergesa-gesa.
Claretta hanya tersenyum mengambil beberapa berkas dari pegawai lain. Claretta melihat dengan heran, banyak dari mereka asyik bermain ponsel daripada sibuk melakukan pekerjaan mereka di depan komputer.
“Apa yang kalian lakukan?” tanya Claretta dengan penuh rasa penasaran.
Beberapa orang mulai mengerumuninya dan menunjukkan novel elektronik milik mereka.
“Coba lihat ini!” tiba-tiba sebuah ponsel mengarah ke wajah Claretta.
Sejenak Claretta melihat judul novel ‘Ksatria dan 4 Ultimate’ Claretta membaca sekilas judul novel online tersebut dan Claretta merasa pusing melihat tingkah laku mereka.
“Waktu kalian hanya habis untuk ini?” Claretta menghela nafas.
“Apakah kamu tidak tahu? Mereka adalah karakter fiksi yang tampan dan sangat keren. Apalagi tokoh utama ksatria yang ada dalam cerita.” Ucap yang lain terlihat mata yang sedang seperti terkena panah asmara.
“Novel ini bercerita tentang seseorang yang berinkarnasi masuk dalam novel dan menjadi tokoh utama, yaitu sang Ksatria,”
“Apa yang menarik dari novel itu?” tanya Claretta yang masih tidak memahami ketertarikan mereka yang berlebihan.
“Lagi pula reinkarnasi? Apa-apaan itu? Hanya cerita takhayul yang tidak mendasar sama sekali.” sanggah Claretta.
“Kami suka membaca ini karena kami berharap bisa bereinkarnasi seperti tokoh utama wanita. Membayangkan dikelilingi 5 laki-laki tampan, kaya, memiliki kekuatan dan kekuasaan.” timpal Hyein dengan pita merah yang mengikat di kemeja biru muda dengan rambut yang diikat.
“Harem?” ujar salah satu karyawan yang lain entah dari mana asalnya.
Sontak semua karyawan yang mendengarkan tertawa fitrah wanita juga ingin dipuja dan dikelilingi dengan laki-laki tampan yang keren. Sedangkan Claretta merasa merinding mendengar penuturan yang tidak masuk akal namun, di lain sisi melihat tingkah mereka membuat Claretta ikut senang.
Pulang kerja.
Claretta membereskan tempat kerja dia ingat berjanji akan menelpon ibunya untuk menanyakan kabar dan pergi berkunjung. Lift pun berhenti dan Claretta berbicara di telepon.
“Halo, Ibu? Bagaimana kabarmu?”
“Apakah kau sudah pulang kerumah?”
“Aku baru keluar dari tempat kerja dan akan berkunjung.” jawabnya.
“Ayah dan saudara-saudaramu tidak jadi datang ke rumah, jadi tidak perlu khawatir lagipula besok kamu juga masih harus bekerja.”
“Baiklah bu, nanti saya akan mengirimkan uang untuk Ibu di rumah.” sambil berusaha menahan helaan nafas.
Mendengar suara Ibunya, Claretta merasa lega.
“Ya, terima kasih. Jangan lupa dengan kebutuhanmu juga di sana.” jawab ibu Claretta.
“Ya Ibu, aku beruntung bisa bekerja di tempat baik dan terimakasih karena Ibu selalu ada untuk menemaniku.”
“Seharusnya Ibu yang berterima kasih karena kamu terlahir menjadi anak Ibu, dan sahabat Ibu.”
Segera Claretta menyeka air matanya dan percakapan mereka ditutup dengan salam perpisahan sayang dari seorang ibu kepada anak perempuannya.
Untuk menghilangkan rasa sedih yang menimpanya, Claretta pergi ke restoran milik teman yang pernah dia bantu karena kasus pencurian dan asuransi yang hampir dibawa kabur oleh orang yang tidak dikenal. Claretta berniat mendatangi Kareen dan menghentikan sebuah taksi untuk pergi ke restoran miliknya.
Claretta Pun beranjak keluar setelah menikmati restoran ayam milik Kareen. Selama di restoran, Kareen selalu membujuk Claretta membaca cerita novel seperti kejadian di kantornya tadi pagi. Setelah luluh dengan permintaannya, akhirnya Claretta membaca novel tersebut.
Claretta berjalan menuju kasir di mana ibu Kareen yang bertugas menjaga meja.
“Malam, berapa semua Bibi?” tanya Claretta sembari bersiap mengeluarkan aplikasi pembayaran melalui ponsel.
“Claretta. Lama tidak melihatmu? Bagaimana keadaan Ibumu?” tanya ibu Kareen membersihkan tangannya yang berminyak dengan lap.
“Ibu, baik-baik saja” jawab Claretta
“Tidak usah, itu traktir dari kami.”
“Tidak saya ingin membayarnya Bibi.” sahutnya.
“Tidak apa-apa, lain kali ajak Ibumu nanti kau boleh membayarkan untuk itu,” jawabnya sambil tersenyum.
“Terima kasih banyak, Bibi. Semoga restorannya lancar dan ramai dengan pengunjung.”
“Sama-sama.”
Claretta Pun keluar dari restoran tersebut, apartemen dan jarak restoran hanya sekitar 10 menit berjalan kaki.
Claretta mabuk, berusaha keras untuk berjalan menuju apartemen miliknya. Claretta tidak menyadari bahwa sekitar 5 menit yang lalu sudah ada seseorang yang mengikuti dirinya dari jalan seberang. Mengambil celah dan terus mengikutinya.
JLEB!! SRAT!! Suara itu terdengar ketika Claretta sudah ditusuk oleh orang aneh dengan menggunakan topi dan jaket. Melihat Claretta yang masih berdiri, pria itu ingin kembali menusuknya lagi. Claretta melihat gerakan si pria bersiap mengambil senjata panjang yang selalu Claretta bawa.
Dengan sekuat tenaga Claretta memukul dengan keras kepala orang tersebut sehingga topi yang dipakai terjatuh. Claretta melihat wajah yang dia kenal. Dia adalah karyawan laki-laki yang menyebarkan gosip buruk tentangnya. Laki-laki itu terjatuh tersungkur, melihat sebuah batu di dekatnya dia langsung melemparkan batu dan mengenai kepala Claretta.
Claretta menahan rasa sakit, darah mulai mengucur dari kepala dan perut serta rasa mabuk yang membuat kesadarannya mulai kabur. Pria itu lari melihat Claretta yang sudah ambruk dan yakin telah mengenai pada bagian yang fatal.
Claretta sendirian di tempat sepi. Muncul kembali dalam benaknya bahwa memang laki-laki bukanlah makhluk yang patut dikasihani.
Claretta bertekad tidak akan menikah dan ingin hidup bersama ibunya.
Angin malam terasa dingin, rasa sakit pada bagian perut dan kepala membuatnya sulit untuk bergerak. Claretta berusaha membuka ponsel untuk menelpon nomor darurat.
Respon yang cepat, akhirnya Claretta berhasil menelpon rumah sakit. Orang-orang sudah berkumpul dan sebuah ambulan datang mendekat.
Penglihatan Claretta mulai samar, hembusan nafasnya mulai terasa berat dan dingin.
Kulit yang merasakan hawa dingin membuat Claretta segera membuka mata.
Claretta terbangun dengan langit-langit yang aneh, terlihat gypsum-gypsum mewah dan besar. Terpampang lampu hias besar, corak langit malaikat-malaikat kecil bertelanjang dada. Claretta terkejut dan membuka selimut yang dia pakai.
Meraba bagian perut yang semalam tertusuk. Tidak terasa apa-apa. Claretta loncat dari tempat tidurnya. Merasa asing dengan barang-barang di sekitar. Apakah selera rumah sakit sudah berbeda? Suka dengan gaya klasik beserta ornamen-ornamen tua! Claretta melihat ke arah bunga di dalam vas.
Claretta berlari dan berteriak keluar ruangan tersebut. Ternyata ada seorang pria paruh baya yang menghadang dirinya. Kebenciannya terhadap laki-laki muncul, Claretta lari dan mendorong laki-laki tersebut, hanya terlihat ruangan-ruangan besar dengan ukiran antik, lukisan aneh dan patung-patung setengah badan.
“Tuan, anda mau pergi kemana?” sahut seseorang kepadanya.
Saya kembali menulis cerita lebih menarik di P*ijo dan laba-laba novel. support saya ya
“Tuan, anda mau pergi kemana?” sahut seseorang kepadanya. Claretta mencari asal suara dan menemukan seorang pelayan wanita membawa troli berisikan makanan. Memakai pakaian seragam dengan aksen renda putih dan gaun hitam dengan potongan rambut pendek berwarna merah. Claretta mendatanginya dengan terburu-buru. Memegang kedua bahu pelayan tersebut. Pelayan yang melihat tampak kaget dan ketakutan. Namun, Claretta tidak menghiraukan. Yang ada dipikirannya sekarang adalah dimana dia sekarang, dan kenapa bentuk rumah sakit terlihat berbeda dari yang pernah ada. “Dimana ruang resepsionis rumah sakit?” tanya Claretta sembari tetap memegangi pelayan tersebut dengan erat. “Rumah sakit? Apa itu tuan?” tanya balik pelayan tersebut. “Tuan? Apa maksud ‘tuan’ yang pelayan itu sebut?” tanya Claretta dalam hati. Claretta sangat mengkhawatirkan keadaan ibunya dan ingin pergi menemui, terutama jika ayah atau saudara-saudara berkunjung ke rumah. Keinginan terkuat sekarang adalah membawa ibu per
Altair duduk di ruang makan bersama keluarganya mereka seperti yang dia lihat di lukisan tadi pagi dan sibuk dengan makanan di atas meja masing-masing. Ayah Altair duduk di meja utama kepala keluarga, di sebelah kanan duduk seorang wanita yang juga dipanggil ibu oleh anak-anak gadis saudari Altair. Mereka semua memiliki paras wajah yang rupawan. Banyak orang yang berdiri melayani keluarga yang sedang makan itu ada memegang botol minuman anggur dan troli berisi makanan. Altair duduk di sebelah kiri ayahnya dengan tenang memakan apa yang ada di depannya. Masih berusaha berfikir dengan keras apa yang sedang menimpa dirinya (Claretta) sekarang dan memikirkan bagaimana keadaan ibunya sekarang? Sehingga membuat makanan enak di hadapan Altair terasa hambar. “Ibu lihat! Kak Altair menangis.” ucap seorang gadis paling kecil yang tengah meme
Altair merasa suara itu berasal dari pasukan ksatria yang tengah berlatih menoleh. Altair yang melihat ke arah bendera dengan lambang keluarga Duke Onder de sedang berkibar di atas benteng yang tinggi terlihat sama dengan yang dia lihat sebelumnya di kamar mandi. Di atas benteng terdapat pos penjaga yang dijaga oleh beberapa orang, lengkap dengan baju zirah dan senjata yang mereka bawa seperti pedang, serta busur dan tombak. Mary dan Altair berusaha tidak mendengarkan teriakan tersebut dan mulai berjalan kembali meninggalkan mereka, lalu terdengar kembali suara itu dari sana. “Setidaknya status seorang anak haram sangat cocok berpasangan dengan seorang pelayan.” ucap seseorang dengan tubuh besar dan kepala plontos terlihat dia komandan pasukan di sana. Orang-orang mulai tertawa terbahak-bahak mendengar komandan mereka berbicara seperti itu. “Tidak disangka s
Pertarungan yang sengit itu berhenti setelah komandan menjatuhkan pedang. Altair menahan luka di leher dengan tangan darah segar mulai mengalir di sela-sela tangan. Altair terduduk tersungkur dengan kedua lututnya menandakan bahwa dirinya sudah kalah dalam pertarungan. Komandan pergi ke pasukan dan mereka meneriaki kedatangannya. Mary lari menghampiri dan melihat luka di leher Altair. “Aku tidak apa-apa. Lukaku hanya tergores.” jawab Altair sebelum Mary menanyakan kondisinya. Mary mengeluarkan sapu tangan miliknya dan memoleskan obat cair di atasnya memberikan sapu tangan itu kepadanya. Altair menerima dan mengikat sapu tangan di lehernya. Altair tau mengapa dirinya sampai jatuh terduduk karena lingkaran sihir Mana menyerap tenaga lebih banyak sehingga membuatnya lemas. Tangan Altair mulai bergetar untuk menghilangkan gemetar diseluruh
Di tanah kerajaan Rhodes sebelum terbentuk, terlihat orang-orang berkumpul untuk berkemah dari beberapa penjuru negara. Mereka beristirahat di tanah itu. Pemimpin pasukan dari masing-masing rombongan juga tengah mempersiapkan kebutuhan untuk menginap. Ada yang sudah menginap dan berkemah di sana, sebelum rombongan yang lain tiba. Salah satunya adalah keluarga Onder de. Dia bersama keluarga dan saudara-saudaranya tengah melakukan persiapan untuk berburu.
Onder de mulai memegang dua belati di tangannya dan sisa belati miliknya melayang menyerang salah satu kepala naga. Belatih yang berterbangan menyerang salah satu kepala naga membuat naga kelelahan dan kebingungan. Belati-belati yang terbang dikendalikan Mana Onder de seperti tali berwarna hijau muda keemasan jika terkena sinar bulan di malam hari. Salah satu belatih yang melayang tergigit oleh naga sisanya berusaha berputar kembali berusaha menusuk kepala naga dan Onder de berusaha lari mendekati sayap naga. Kepakan sayap dari naga mengeluarkan hembusan angin besar membuat pergerakan mereka sedikit terhambat. Setelah diam-diam menyusup di belakang naga terlihat dua sayap yang sibuk mengepakkan untuk membuat hembusan angin yang kuat. Belati yang dipegang dengan kedua tangannya dicengkram dengan kuat. Onder de memusatkan kembali Mana kepada semua belati miliknya. Mana yang melapisi belati-belati membuat ukuran mereka 3x lebih besar dari sebelum
Setelah Altair membaca buku sejarah berdirinya kekaisaran Rhodes dan bagaimana kerajaan ini muncul. Altair merasa takjub dan terpesona dengan kisah heroik, Altair adalah salah satu keturunan dari lima pahlawan yang sangat berjasa. Dalam buku sejarah yang lain 500 tahun yang lalu setelah keluarga Onder de menyegel Mana karena Mana harus disegel setiap 100 tahun sekali sesuai setelah anak laki-laki keturunan sampai puncak kedewasaan. Mereka akan mengembara dan melakukan tugas tersebut. Keturunan Onder de kembali dari misi penyegelan. Ayahnya yang sebagai penerus mutlak membantu penyegelan di altar khusus yang disaksikan oleh Raja mereka dan beberapa orang lainnya. Setelah selesai penyegelan mereka mendengar bahwa pamannya dihukum gantung oleh pihak istana, karena memiliki tanda-tanda akan melakukan kudeta dengan beberapa pengikutnya. Pemuda tersebut lari menemui pamannya dia tidak tahu masalah yang terjadi selama dia meninggalkan kampung halaman dan apa
Setelah melewati banyak tembok, Altair berdiri di pintu masuk hanya terlihat tembok biasa dengan lubang seukuran jari tangan Altair memasukkan jari tangannya namun, tidak ada respon. Altair mencoba cara lain dengan dia mengalirkan Mana yang membalut tubuh dan memusatkan semua di jari tangan. Mana mengalir melewati lubang jari menuju celah-celah dinding batu. Mana biru merambat ke berbagai celah dinding lalu bertemu dan terfokus dalam satu titik di hadapan Altair. Pintu tembok tersebut menghilang perlahan dan terlihat lemari besar dengan rak-rak pembatas, di sana terdapat barang-barang kuno yang sudah ada di zaman awal terbentuknya kerajaan termasuk batu keras milik Onder de kakek ke 1000 tahun. Altair melihat cawan berwarna merah gelap, di sekelilingnya terdapat mata batu berwarna hitam berukuran kecil. Altair bergegas mengambil cawan yang ingin segera keluar sebelum ayahnya kembali masuk kesana yang akan membuatnya terjebak entah sampai berapa lama.