Share

5.Reynand Amnesia

"Siapa kau? Siapa mereka? Siapa kalian?" tanya Reynand.

Irani, Raymond, Mama Risa, dan Papa Rabbani, sangat terkejut mendengar pertanyaan Reynand tersebut. Mereka langsung berlari menghampirinya.

"Rey, syukurlah kau sudah sadar, 'Nak," ujar Mama Risa.

"Iya, 'Nak, kami sangat mengkhawatirkanmu," timpal Papa Rabbani.

"Terima kasih, Tuhan karena kau telah menyembuhkan adikku," Raymond pun menimpali.

"Siapa kalian?" tanya Reynand kembali.

Deg!

Semua orang yang berada di tempat tersebut sangat terkejut mendengarnya. Mereka saling berpandangan satu sama lain. Bahkan, sejenak mereka melupakan ucapan Irani yang menyatakan bahwa Reynand yang telah menghamilinya. Kini, mereka tengah fokus pada Reynand yang terlihat sangat aneh sekali.

Raymond langsung berlari ke luar untuk memanggil dokter. Tidak berapa lama kemudian, dokter pun datang bersama dua orang suster yang mendampinginya, sementara Mama Risa dan Papa Rabbani, terlihat sangat tegang dan cemas. Begitu pula dengan Irani, ia pun tak kalah cemasnya. Dokter tersebut pun langsung memeriksa keadaan Reynand.

"Dok, apa yang terjadi pada putraku?" tanya Mama Risa.

"Iya, Dok, mengapa Reynand tidak bisa mengenali kami?" Papa Rabbani pun ikut bertanya.

Sang dokter menarik napas dengan berat, ia pun terlihat sangat tegang sehingga membuat keluarga Rabbani tersebut semakin cemas tak menentu.

"Begini, Tuan, Nyonya. Tuan Reynand ini mengalami amnesia atau lupa ingatan setelah terbangun dari koma. Ini akibat kecelakaan pada waktu itu sehingga menyebabkan kerusakan atau cedera pada otak akibat benturan keras di kepalanya pada saat kecelakaan," sang dokter menghela napas sejenak, kemudian ia kembali melanjutkannya. "Amnesia hanya bersifat sementara dan dapat sembuh ketika penderitanya pulih dari cedera otak yang memicu kondisinya tersebut," imbuh sang dokter.

Deg!

Deg!

Deg!

Jantung semua orang yang mendengarnya berpacu lebih cepat karena saking terkejut dan syok mendengarnya. Air mata pun sudah tidak bisa dibendung lagi.

Mama Risa dan Irani, kedua wanita itu tiada henti menangis, sementara Raymond dan Papa Rabbani, mereka pun sama, menangis, tapi mereka berusaha tegar.

***

Semenjak Reynand siuman dari koma dan dinyatakan amnesia, kini dia telah diperbolehkan oleh dokter untuk pulang, sementara masalah kehamilan Irani, kini menjadi bumerang untuknya karena keadaan Reynand yang lupa ingatan. Sehingga tidak bisa untuk mengingat semua yang telah ia lakukan terhadap Irani.

Sementara Raymond dan Mama Risa, semenjak mereka mengetahui bahwa Irani tengah mengandung benih pria lain, kini sikap mereka sangat berubah terhadap Irani.

Kini, Raymond dan Mama Risa terlihat sangat membenci Irani. Mereka merasa sangat jijik pada Irani dan mereka pun selalu mengabaikan Irani. Namun, berbeda halnya dengan Papa Rabbani. Karena dia tidak bisa bersikap seperti itu terhadap Irani, ia justru merasa kasihan terhadap menantunya tersebut.

Kini, Raymond dan Irani sudah tidur secara terpisah. Raymond tidur di kamar pribadinya, sementara Irani tidur di kamar pembantu. Dan kini, Irani diperlakukan layaknya seorang pembantu di rumah tersebut.

Semua pekerjaan rumah tangga, Irani lah yang mengerjakannya. Jika dia melakukan kesalahan, maka cacian, umpatan, dan kata-kata kasar lainnya akan terlontar dari mulut Raymond dan juga Mama Risa. Namun, Papa Rabbani lah yang selalu membela Irani.

Sementara Reynand, ia masih lupa ingatan. Ia Sehari-harinya hanya berada di dalam kamar. Ia tidak melakukan aktifitas apapun selain melamun dan semakin pendiam. Bahkan untuk makan dan minum pun, selalu dilayani oleh asisten rumah tangga, termasuk Irani. Terkadang Irani yang melayani kebutuhan Reynand.

Akan tetapi, jika malam hari, Reynand akan turun ke lantai bawah, seperti ke dapur untuk mengambil minum. Karena jika malam hari para asisten rumah tangga sudah beristirahat dan Reynand tidak ingin mengganggu istirahat mereka.

***

Siang itu, ketika Irani tengah memasak di dapur, tiba-tiba ia dikejutkan oleh kehadiran Reynand yang saat itu berada di dapur, yang sedang mengambil air minum dan baru kali ini Reynand turun ke dapur ketika siang hari.

Mata Irani terus tertuju pada sosok Reynand yang tengah meneguk air minum. Matanya berkaca-kaca, ia menatap Reynand sembari mengelus-elus perutnya.

Reynand yang tengah fokus minum itu, merasa jika dirinya sedang ditatap oleh Irani. Reynand seketika menoleh ke arah Irani sehingga matanya bersirobok dengan mata teduh Irani yang sedang berkaca-kaca. Tatapan Reynand pun turun ke bawah, ia memerhatikan tangan Irani yang sedang mengusap-usap perutnya yang masih rata itu.

"Kakak ipar, apakah kau haus? Ataukah keponakanku di dalam sedang kehausan?" tanya Reynand.

Irani memejamkan matanya, butiran bening pun membanjiri pipinya yang terlihat tirus karena semakin kurus. Hatinya terasa sangat sakit dan sedih ketika ia mendengar ucapan Reynand yang memanggilnya kakak ipar.

Karena ini kali pertama Reynand memanggilnya seperti itu. Dan yang lebih menyakitkan lagi, ketika Reynand menyebut bayi dalam kandungannya itu—keponakan. Sungguh betapa hancur hati Irani mendengarnya.

Tubuh Irani terasa tidak bertenaga lagi. Tungkai kakinya terasa lemas. Tubuhnya pun merosot ke bawah. Ia berpegangan pada sisi meja yang ada di dekatnya. Irani menumpahkan tangisannya secara tertahan. Reynand yang melihat itu, merasa kebingungan, lalu ia pun bergegas menghampiri Irani.

"Kakak Ipar, ada apa? Apa yang terjadi padamu? Mengapa kau menangis? Apakah perutmu terasa sakit? Apakah keponakanku di dalam, nakal?" tanya Reynand dengan bertubi-tubi.

Tangisan Irani pun semakin menjadi karena Reynand kembali memanggilnya kakak ipar dan menyebut bayi dalam kandungannya keponakan. Irani langsung menatap tajam Reynand dengan berlinangan air mata.

"Rey, apakah kau benar-benar tidak mengingatku? Apakah kau lupa aku ini siapa? Dan apakah kau lupa dengan bayi yang tengah aku kandung ini?" tanya Irani dengan bertubi-tubi pula.

"Tentu saja aku ingat siapa dirimu dan bayi dalam kandunganmu itu," jawab Reynand.

Bibir Irani pun seketika menyunggingkan senyuman ketika mendengar jawaban Reynand tersebut. Ada setitik harapan dalam dirinya bahwa Reynand sudah kembali mengingat semuanya, mengingat tentang dirinya, kehamilannya, dan peristiwa pada masa lalu mereka.

"Rey, cepat katakan, siapa aku dan bayi yang aku kandung!" titah Irani.

"Tentu saja kau adalahkakak iparku dan bayi dalam kandunganmu itu adalah keponakanku," jawab Reynand.

Deg!

Hancur dan pupus sudah harapan Irani mendengar jawaban Reynand. Tubuhnya kembali lemas tak bertenaga.

***

Malam itu, ketika Irani akan berbaring tidur, tiba-tiba ia merasa sangat haus sekali. Lalu, ia pun ke luar menuju dapur untuk mengambil air minum. Namun, ternyata di dapur sedang ada Reynand yang sedang minum juga.

Irani yang merasa terkejut, hampir saja terjengkang karena saking terkejutnya. Reynand yang melihat itu langsung berlari dan menahan tubuh Irani agar tidak jatuh. Reynand memeluk pinggang Irani dan Irani memegang lengan kekar Reynand.

Mata kedua insan itu saling bertatapan dengan lekat. Reynand menatap dalam ke dalam bola mata Irani dan Irani pun balas menatapnya. Reynand mengernyitkan keningnya, tiba-tiba kepalanya berdenyut nyeri. Reynand langsung melepaskan pelukannya di tubuh Irani. Lalu, ia memegang kepalanya yang terasa sangat sakit. Irani merasa sangat cemas melihat keadaan Reynand tersebut.

"Rey, kau kenapa? Apa yang terjadi padamu?" tanya Irani dengan cemas.

"Aakkhh! Kepalaku sakit sekali!" Reynand berteriak.

"Irani! Apa yang telah kau lakukan terhadap putraku?!"

TO BE CONTINUED

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status