Pagi itu, Irani sedang membersihkan halaman belakang rumah. Dia sedang menyapu dedaunan kering yang sangat banyak. Karena di belakang rumah keluarga Rabbani tersebut terdapat kebun buah-buahan.Sebenarnya, di kediaman keluarga Rabbani itu ada banyak asisten rumah tangga dan mereka memiliki peran masing-masing atau tugas masing-masing. Namun, semenjak Irani ketahuan hamil bukan anak Raymond maka sejak saat itu pula, Mama Risa—sang ibu mertua, selalu menghukumnya dan memperlakukannya seperti pembantu.Semua pekerjaan pembantu di rumah tersebut, Irani lah yang harus mengerjakannya, sementara Raymond yang kecewa dan masih marah pada Irani, tidak mempedulikan hal tersebut, dia justru selalu menunjukkan kebenciannya terhadap sang istri.Ketika Irani sedang menyapu di bawah pohon mangga dan sedang berbuah lebat, dia melihat ke atas pohon tersebut. Di atas pohon itu terlihat berjuntaian buah mangga yang masih muda-muda. Irani menelan air liurnya sembari mengusap-usap perutnya. 'Sepertinya ena
"Irani! Apa yang tengah kau lakukan?!"Suara teriakan Mama Risa terdengar melengking. Irani seketika melepaskan dirinya dari tubuh Reynand. Reynand dan Irani langsung bangkit. Mereka melihat kedatangan Mama Risa yang tergesa-gesa dengan wajah yang sudah memerah."Irani, apa yang kau lakukan terhadap putraku?!" Mama Risa kembali berteriak."Ma, a-aku —" "Aku apa?" Mama Risa langsung menyela ucapan Irani."Ma, jangan marah pada kakak ipar, dia tidak bersalah," Reynand menimpali.Seketika Mama Risa menatap Reynand. Matanya terbelalak ketika melihat wajah dan tubuh putra bungsunya itu sudah merah dan dipenuhi bentol. "Ya, Tuhan, Rey, kau kenapa, Nak? Apa yang terjadi padamu?" tanya Mama Risa dengan cemas.Mata Mama Risa melihat ke arah buah mangga yang tergeletak di tanah dan dia melihat tangga yang masih berdiri di pohon mangga tersebut. Mama Risa menatapnya lama, lalu matanya beralih menatap ke arah Irani."Ini pasti perbuatanmu 'kan, wanita jalang? Kau 'kan yang menyuruh putraku untuk
"Rey, Irani, kalian sedang apa duduk berdua di gazebo belakang rumah?!"Reynand dan Irani yang sedang menikmati rujak buah mangga muda tersebut, seketika tersentak mendengar suara Raymond yang tiba-tiba sudah berdiri di dekat gazebo.“Kak Ray,” ucap Reynand.“Mas, kau sudah pulang?” tanya Irani.Raymond menatap Reynand dan Irani dengan tajam karena pada saat itu Reynand masih bertelanjang dada. “Kalian sedang apa? Dan kau, Rey, mengapa kau bertelanjang dada seperti itu? Apa yang terjadi?” tanya Raymond.“Ah … maaf, Kak, tadi Kakak ipar menginginkan mangga muda yang ada di atas pohon. Jadi, aku berinisiatif menolongnya untuk mengambilkan buah mangga muda tersebut,” jawab Reynand, “Tetapi karena di pohon mangga itu banyak serangga sehingga aku digerogoti serangga. Makanya aku membuka bajuku,” imbuhnya.“Oh, begitu!” ucap Raymond dengan ketus.Raymond menatap Irani dengan tatapan yang jijik, sedangkan Irani hanya menundukkan kepalanya. Dia tidak berani untuk membalas tatapan sang suami. R
Setelah Reynand keluar dari kamar pembantu tersebut, Irani kembali menumpahkan tangisannya. Dia masih membayangkan perempuan yang tadi datang ke rumah bersama Raymond dan bergelayut manja dengan suaminya tersebut. ‘Siapa perempuan itu sebenarnya? Mengapa dia bersikap manja pada Mas Ray. Jika hanya sekretaris, tidak akan mungkin dia bersikap seperti itu,’ batin Irani, ‘Apakah dia tidak tahu bahwa aku adalah istrinya Mas Raymond dan apakah Mas Raymond tidak memberitahu bahwa dia sudah memiliki istri,’ batin Irani kembali.Irani masih sesenggukkan. ‘Ya Tuhan, begitu berat cobaan hamba setelah menikah. Apakah hamba mampu menghadapi ujian ini untuk seterusnya? Bagaimana dengan nasib dan masa depan anakku nanti, Tuhan,’ Irani kembali membatin.“Enak sekali, ya, pagi-pagi begini kau sudah tidur di kamar!”Suara Mama Risa terdengar melengking. Irani yang kala itu sedang membaringkan tubuhnya, seketika terduduk. Dia langsung mengusap air matanya dan langsung berdiri. “Maaf, Ma, aku … aku sedan
“Kakak ipar, apa yang terjadi? Mengapa kau menangis?” tanya Reynand.Irani tidak bisa berkata-kata, dia hanya bisa menangis dengan sesenggukkan. Reynand meraih kepala Irani dan dipeluknya. Dia mengusap punggung Irani dan kepalanya. Ketika Reynand memeluk tubuh sang kakak ipar, tiba-tiba dia merasakan sesuatu yang tidak asing. Keningnya mengerut, perasaan aneh itu pun tiba-tiba hadir kembali. Dia merasa seperti tidak asing dengan semua ini. Namun, karena kondisi Irani sedang tidak baik-baik saja, dia terpaksa melupakan perasaan anehnya itu.“Kakak ipar, apa yang terjadi padamu? Mengapa kau menangis malam-malam dan mengapa kau berada di kamar pembantu ini lagi? Kau tidur di sini?” Reynand melepaskan pelukannya dan menatap Irani.Irani mengangguk. “Iya, Rey, aku … aku … tidur di sini, aku merasa gerah,” ucap Irani dengan terbata.Reynand mengernyitkan keningnya mendengar jawaban dari kakak iparnya tersebut. Dia menatap mata Irani dengan dalam, tetapi Irani tidak berani untuk membalas tat
“Aku bermimpi —"“Kau bermimpi apa, Rey?” tanya Irani.“Aku setiap malam selalu bermimpi yang sama, Kakak ipar,” jawab Reynand.“Mimpi apa, Rey?” Irani merasa sangat penasaran.“Aku bermimpi … aku memiliki kekasih dan kekasihku itu mengandung benihku, tetapi … aku tidak tahu wajah kekasihku itu seperti apa.” Reynand menjelaskan seraya menatap lekat wajah Irani.Deg!Deg! Deg!Jantung Irani berdetak dengan sangat kencang ketika ia mendengar curahan hati Reynand, yang menceritakan tentang mimpinya itu. Apalagi Reynand bercerita seraya menatapnya dengan lekat. Jantungnya semakin tidak karuan rasanya. Irani pun membalas tatapan Reynand dengan lekat pula.‘Mimpimu itu bukan hanya sekedar mimpi, Rey, itu adalah kenyataan, kisah nyatamu. Dan kekasih yang kau maksud itu adalah aku,’ batin Irani, ‘Ingatlah tentang kita, Rey, ingatlah bahwa aku ini adalah wanita yang kau cintai. Dan bayi yang kukandung ini adalah benihmu. Aku mohon, ingatlah, Rey,’ batin Irani kembali.Mata Irani dan Reynand ma
“Rey, mengapa kau membawaku ke dalam kamarmu?” tanya Irani.Reynand tidak menjawab pertanyaan Irani, dia justru meletakkan tubuhnya di ranjang. Reynand menatap wajah cantik Irani, dan Irani pun membalas tatapan mata elang Reynand. Kedua insan itu saling memandang dengan pikiran masing-masing.“Mengapa kau membawaku ke kamarmu ini? Ini sangat tidak benar, Rey. Bagaimana jika ada yang mengetahui ini? Maka apa pandangan mereka terhadap kita?” ucap Irani dengan lembut. “Ingatlah, bahwa aku ini adalah kakak iparmu dan kau adalah adik iparku. Sangat tidak pantas sekali rasanya jika kita berada dalam satu kamar seperti ini,” imbuh Irani lagi dengan nada bicara yang sangat rendah.Reynand tidak menghiraukan ucapan sang kakak ipar. Dia justru terlihat sangat khawatir dan sibuk melihat kaki Irani. “Apakah sangat sakit?” tanya Reynand dengan cemas.Irani membelalakkan matanya melihat sikap Reynand yang sangat tak acuh terhadap ucapannya yang panjang lebar tadi. Irani merasa sangat gemas melihat
“Apa-apaan ini, Irani? Kau ingin membunuhku? Hah!” teriak Raymond dengan nada tinggi. Raymond sudah berdiri dengan wajah yang memerah.“Apa maksudmu, Mas?” tanya Irani tidak mengerti.“Kau tidak bisa memasak?” tanya balik Raymond.Irani terdiam, dia bingung harus mengatakan apa. Lalu, Dona pun ikut memakan makanan tersebut ke dalam mulutnya, dan dia pun sama, menyemburkan makanan tersebut. Dona pun ikut bangkit berdiri.“Istrimu ini tidak bisa memasak. Masa memasak saja rasa garam semua seperti ini,” ucap Dona menimpali.“Dasar istri tidak berguna! Wanita kampung bodoh! Memang begitulah jika wanita miskin dan bodoh!” teriak Raymond.Mata Irani sudah berkaca-kaca ketika sang suami kembali menghinanya, apalagi ini di hadapan sekretarisnya tersebut, dan justru sekretarisnya ikut memarahinya, Raymond tidak membelanya, justru bersama-sama marah padanya. Reynand yang sedari tadi memperhatikan itu bergegas berlari menghampiri mereka. “Kak Ray, jangan memarahi kakak ipar! Aku yang memasak se