"Jadi benar kamu selingkuh lagi?" ucap seorang gadis kepada laki-laki yang ada di hadapannya yang tak sengaja ia lihat di sebuah kafe yang baru saja ia kunjungi.
Terlihat laki-laki itu sedang duduk berdua dengan seorang wanita yang menggunakan mini dress berwarna hitam, saling tatap dan tertawa bersama.
Laki-laki itu menoleh ke belakang setelah mendengar suara yang tidak asing di telinganya, melihat seseorang yang sedang berdiri memperhatikannya, lalu raut wajahnya berubah kaget dan terlihat pucat pasi menyadari siapa yang ada di belakang itu.
"Jessica?! Sejak kapan kamu disini?" tanya laki-laki itu sedikit kecewa.
Laki-laki itu segera bangkit menghampiri gadis itu yang sedang berdiri tak jauh dari mejanya.
"Erwin, dia siapa?" tanya wanita yang tadi bersama laki-laki itu dengan raut wajah bingung.
"Dia Jessica pacarku Van," jelas Erwin kepada Vannya, jantungnya berdetak sangat kencang karena dia baru saja dipergoki bersama wanita lain oleh pacarnya.
"Loh, kemarin kamu bilang kamu nggak punya pacar," ujar Vannya.
Mata Jessica membelak mendengar pernyataan wanita itu, ia tak tahu mau berbicara apa lagi kepada Erwin. Sudah ke 5 kalinya Erwin menilai seperti ini, mendekati wanita lain dengan alasan teman tapi kenyataannya lebih dari teman.
"Jess,aku bisa jelasin ini," kata Erwin mencoba menenangkan Jessica, dia menggenggam kedua tangan Jessica dan menatapnya.
Jessica menatap Erwin dengan tatapan tak percaya, lagi-lagi dia melihat orang yang dia cintai sedang bersama wanita lain, padahal dia sudah berjanji tidak akan mengulanginya lagi . Jessica tersenyum sinis lalu mendesah, menepis tangan Erwin.
"Mengapa laki-laki sepertimu tidak bisa setia kepada satu wanita saja? Apakah menjadi laki-laki murahan lebih menyenangkan daripada setia?" sindir Jessica kepada Erwin, Jessica berbicara seperti itu dengan sesak dan sangat emosi.
“Selain berengsek kamu juga bodoh, kenapa terus-terusan mengulang kesalahan yang sama? Padahal masih banyak kesalahan yang lain yang belum kamu coba kan!”
Jessica terlihat sangat marah, matanya mulai memerah meredam amarahnya, mulutnya tak tahan ingin memaki Erwin. Rasanya ingin melempar tas dan sepatunya ke wajah Erwin. Ia sadar meski ia memukulnya dengan pemecahan tenaga tidak akan bisa merubah kenyataan bahwa pacarnya itu memang berengsek.
"Maafin aku Jess aku salah, aku gak ada maksud buat selingkuh dari kamu sayang!" ucap Erwin sambil memohon kepada Jessica, memasang wajah yang sangat sedih berharap kekasihnya itu mau memaafkannya. namun Jessica menepis tangannya lagi.
"Udah cukup aku muak! kita sudahi saja sekarang dan jangan pernah menggangguku lagi!"
Rasanya sudah tak sudi melanjutkan ditolak dengan laki-laki berengsek seperti Erwin. Jessica meninggalkan Erwin yang terus memohon.
Tidak ada kata maaf kali ini untuk Erwin. Untuk apa meminta maaf nanti kalau Erwin melakukan kesalahan yang sama lagi.
Rasanya dia sangat kesal dan tak habis pikir, bagaimana bisa selingkuh padahal 2 bulan lagi dia akan bertunangan dengannya. Batinnya kutukan terus Erwin dengan segala umpatan.
Jessica terus berjalan dengan tatapan kosong, tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 10 malam.
Kakinya melangkah masuk ke sebuah mini bar, memesan wine berharap bisa menenangkan pikirannya yang sedang kebingungan.Menikmati minumannya hingga tak sadar dia sudah menghabiskan 1 botol wine. Kepalanya serasa sangat berat dan pusing, kesadaran Jessica pun mulai berkurang, dia melihat sekelilingnya terdapat bayak orang yang minum dan berciuman mesra dengan pasangannya, matanya memerah menahan tangis mengingat kejadian tadi, dadanya terasa sangat sesak sekarang.
Jessica bangkit dari kursinya mencoba melangkahkan kakinya secara perlahan, meski kepalanya terasa sangat pusing ia berusaha beranjak dari tempat itu.
Jessica memijat keningnya berharap mengurangi rasa pusingnya itu, tak lama perutnya terasa mual dan panas, ia melihat sekelilingnya mencari lokasi toilet terdekat karena ia sudah tak tahan ingin segera memuntahkan isi perutnya sekarang.
'Huekkkkk'
Gadis itu memuntahkan isi perutnya di wastafel, wajah cantiknya terlihat sangat lusuh dan sangat berantakan, ia menatap cermin melihat betapa berantakannya dia sekarang. Jessica berjalan dengan sempoyongan saat keluar dari toilet itu.
Jessica mengambil ponsel yang ada di tasnya, ia membocorkan layar ponselnya melihat jam sudah menunjukan pukul 01.24. Jessica segera menelfon temannya berharap datang menjemputnya, ia berjalan menuju pintu keluar lalu tiba tiba..
'Brughh'
"Awhhhh.." Jessica meringis kesakitan.
Gadis itu terjatuh dan tersungkur ke lantai karena menabrak seseorang, ia mengusap-ngusap kepalanya yang terasa sangat sakit akibat terbentur lantai.
"Kamu tidak apa-apa?" ucap pria yang menabraknya, pria itu segera membatu jessica berdiri. Wajahnya terlihat sangat khawatir melihat gadis yang masih mengusap kepalanya takut dia kenapa-napa seusai menabraknya, sesakit itu kah? Pikir pria itu.
Jessica berdiri membantu pria itu, badannya terasa sangat lemas tak kuat untuk berdiri lagi. Ia menatap mata pria itu dan mendekatkan wajahnya, Jessica tersenyum.
"Kamu ganteng banget hehe," ucap jessica sambil cengengesan. Tak lama kemudian gadis itu menarik wajah pria yang ada di hadapannya dan dicium dengan lembut, Jessica memejamkan mata dan memeluk pria itu.
Pria itu terpaku, tidak percaya dengan apa yang sedang terjadi saat ini. Bagaimana bisa ada seorang gadis yang tak dikenalnya lalu mencium dan memeluk dirinya secara tiba-tiba seperti ini.
Jessica melepas ciumannya dan langsung memukul punggung pria itu, Jessica masih memeluknya.
"Berengsek kamu berengsek! Dasar kamu tukang selingkuh! Kenapa tega-teganya kamu selingkuh di depan aku hah! Hiks..hiks.." gadis itu menangis tersedu setelah memukul pria itu badannya terasa lemas lalu tak sadarkan diri.
Orang-orang memata-matai mereka, melihat pemandangan seorang gadis yang sedang mabuk mabuk di pelukan seorang pria yang tak di kenal.
Pria itu bingung takut dikira yang tidak-tidak lebih baik dia membawa gadis itu mengantarnya pulang.
Tapi dimana alamat gadis ini? Bahkan ia tidak membawa kartu identitas. Laki-laki itu bingung, dia membawanya pulang ke apartemennya.
__
Aku melihat seorang gadis yang baru saja menciumku pingsan setelah memakiku, aku bingung entah harus bagaimana. Sepertinya gadis ini mabuk berat, tak mungkin aku meninggalkan gadis ini sendirian mengingat waktu sudah mulai pagi. Aku berinisiatif untuk membawanya ke apartemenku karena aku tak tahu alamatnya.
Melihat gadis itu dengan rasa iba, aku segera menggendong gadis itu membawanya masuk ke dalam mobilku dan memasangkan sabuk pengaman.
Aku rasa lebih baik membawanya daripada meningalkannya di bar, sesampainya di apartemenku aku menggendong gadis itu ala bridal style.
Tubuhnya yang mungil terasa sangat ringan, apa dia tidak makan seharian?
Dengan susah payah aku coba membuka pintu apartemenku, repot juga membawa gadis ini. Aku membaringkannya di samping ukuran king sizeku, menatap wajah gadis itu yang bahkan aku tak tahu namanya siapa.
Dia cantik juga meski terlihat berantakan, aku mengusap rambut. Mengapa gadis ini sendirian di tengah malam begini, apa tidak ada orang yang mencarinya.
Setelah merawat gadis itu aku segera mandi membersihkan diri, setelah itu aku melihat paduan sekarang sudah menunjukan pukul 02.48 pagi. Aku mulai gelisah, aku berbaring di samping gadis itu lalu terlelap.
____
Pagi hari yang cerah, aku terbangun dari tidurku. Saya memijat pelan rambut yang masih terasa sangat pusing sekali, melihat sekeliling ruangan yang bernuansa putih ini saya mengerjapkan mata.
"Hah dimana aku?!" ucapku kaget, aku menengok ke sampingku ada seorang laki-laki berperawakan tinggi besar.
Aku berusaha mengingat hal yang terjadi semalam dan mengapa aku bisa disini.
"Ya tuhan! Semalam aku mabuk."
Aku memasang keningku ketika mengingat apa yang terjadi semalam.
Aku menatap wajah laki-laki yang ada di sampingku ini, wajahnya kalem sekali dan sangat tampan sehingga akupun terpaku melihatnya.
"Tapi kenapa aku bisa disini, apa yang dia lalukan terhadapku malam tadi?" ucapku mulai panik karna aku baru menyadari pakaianku sudah tak utuh lagi.
Ah sial, apa jangan-jangan aku..
"Hei, ayo bangun," ucapku kepada laki-laki yang tengah tertidur di sampingku, berharap dia segera terbangun dan menjelaskan apa yang terjadi dan dia melakukan semalam.
Aku menepuk pipinya pelan dan melihat laki-laki itu mulai membuka matanya.
"Kamu siapa? Kenapa aku bisa ada disini, apa yang terjadi semalam?!" tanyaku kepada laki-laki itu panik, aku menatap gusar berharap ia tak melakukan apa-apa semalam.
"Kamu sudah sadar? Aku gak apa-apain kamu kok, justru aku mau nolongin kamu mau anter kamu pulang soalnya kamu pingsan semalem, tapi aku gak tahu alamat rumah kamu dimana makanya aku bawa kamu kesini daripada aku tinggal kamu di bar gitu aja," jelas lelaki itu.
"Terus baju saya gimana? Kamu gak apa-apain saya kan?" tanyaku.
"Kalo saya apa-apain kamu kenapa?" jawabnya santai.
"APA KAMU BILANG?!"
____
Beberapa hari setelah kejadian itu Jessica mencoba bangkit dari hidupnya, dia mencoba melamar ke perusahaan Yeonsang Group karena dia mendengar kabar dari temannya bahwa di perusahaan itu ada lowongan kerja, tak mau menyia-nyiakan kesempatan Jessica segera mengirimkan lamaran kerja. Wajahnya sangat senang dan penuh semangat dia sangat yakin kalau dia bisa memulai hidup yang lebih baik lagi dan diterima di perusahaan itu. Sejak orang tua Jessica meninggal dia berfikir untuk hidup mandiri tanpa mengandalkan orang lain, sekarang usianya sudah menginjak angka 21 tahun. Sejak orang tuanya meninggal Jessica di urus oleh teman dekat Ibunya karna keluarga Jessica tidak ada yang mau mengurusnya. Beruntung warisan dari orang tua Jessica cukup untuk membiayai sekolah dan kebutuhan hidupnya meski dia harus lebih irit dalam mengatur keuangan. Beberapa hari setelah dia mengirimkan CV Jessica mendapatkan panggilan interview, 3 hari kemudian Jessica mendapatkan k
Benda empuk itu melayang ke wajah Albert, tapi Albert dengan cepat menghindari batal yang di lempar Jessica, keseimbangan Albert hilang karena kakinya tersandung dan tidak di sangka Albert terjatuh tepat diatas tubuh mungil Jessica. Mereka berdua saling menatap lengan kokohnya Albert menopang badannya agar tidak menindih Jessica, untuk yang kedua kalinya wajah Jessica sangat dekat dengan wajahnya Albert. Jessica terpaku, Albert mendekatkan wajahnya kepada Jessica. Melumat sekilas bibir merah Jessica. "Mmmmhh.. Lepasin! Dasar cabul!" umpat Jessica sambil mendorong Albert untuk melepaskan ciumannya. Albert terkekeh melihat tingkah Jessica, padahal Jessica yang mencium Albert duluan ketika di bar kemarin. "Cabul? Siapa yang cabul hmm, kamu kan yang cium saya duluan di bar kemarin. Saya minta tanggung jawab sama kamu, main nyosor nyosor aja," jawab Albert mengingatkan kejadian tempo hari ketika Jessica menciumnya di bar. "Kapan aku cium ka
Albert dan Jessica sudah berada di mobil, Albert memasangkan sabuk pengaman Jessica. Sedangkan Jessica merasa gugup, apa yang sebenarnya laki-laki ini pikirkan pikir Jessica. Wajahnya Albert mendekati wajah Jessica, menatap gadis itu dengan intens. Sedangkan jantung Jessica berdegup kencang menatap Albert, perasaannya tak karuan sekarang. "Gadis pintar, kamu cantik sekali pakai baju itu Jessica," bisik Albert. Albert segera menancapkan gas nya menuju ke suatu tempat bersama Jessica, sedangkan Jessica merasa sedikit ketakutan. Bodoh sekali kamu Jessica menuruti laki-laki yang tak waras ini, umpat Jessica kepada dirinya sendiri. Dia sangat polos apa bodoh menurut begitu saja kepada Albert. Albert membawa Jessica ke suatu tempat yang tak asing menurut Jessica, ke tempat yang membuat Jessica bertemu dengan Albert. "Tunggu disini," ucap Albert kepada Jessica. Jessica hanya mengangguk dan menunggu Albert di dalam mobil. Laki-laki itu
Jessica menatap wajah Albert tak percaya, apakah Albert sudah mabuk sekarang? Pikir Jessica. 'Tentu saja sudah mabuk bodoh! Dia sudah menghabiskan 2 botol wine!' batin Jessica melihat Albert sudah mulai melantur dan tidak jelas. Albert bangkit dan kembali memeluk Jessica dengan erat hingga Jessica sedikit kesulitan bernafas, Jessica mencoba melepaskan pelukannya Albert. "Ihhh lepasinn! Aku mau pulang!" rengek Jessica sambil terus meronta-ronta mencoba melepaskan pelukan Albert. "Kamu cantik sekali Jessica, tidur disini saja untuk malam ini," pinta Albert yang sudah tak sadarkan diri karena alkohol itu. "Gila kamu! Cepat lepaskan! Sakit tahu, aku sulit bernafas bodoh!" Jessica mulai geram kepada Albert, dia memukul-mukul bahu Albert dengan keras supaya laki-laki itu melepaskan pelukannya. Pelukannya mulai merenggang, Albert menatap Jessica lalu melumat bibir gadis itu dengan kasar. Tangannya membelai lembut rambut dan tubuh Jessica deng
Aku sedang berdiri di atas balkon apartemenku sambil memegang sebuah botol minuman yang tadi aku beli di supermarket, aku berdiri melamun memikirkan sesuatu yang aneh dalam diriku. Aku tak mengerti apakah aku merasa kosong karena aku baru berpisah dengan Adisty, atau aku merasa kosong karena Jessica marah dan tidak mau bertemu lagi denganku.. Tunggu! Mengapa aku memikirkan Jessica astaga.. Aku tidak mengerti mengapa gadis itu selalu melintas di pikiranku, apakah aku merasa kehilangan Jessica? Aku benar benar sudah gila sekarang, mana mungkin aku menyukai Jessica. Aku menatap layar ponselku, mencoba mencari Jessica di sosial media tapi aku tidak menemukan akun sosial medianya. Aku tidak ingin Jessica salah paham kepadaku tentang kejadian malam kemarin, apa aku telah melecehkannya sehingga dia sekarang sangat marah padaku? Astaga bodoh sekali kamu Albert malah mabuk saat bersama Jessica! Aku mengutuk diriku sendiri. Perasaanku sangat tak karuan, apa aku c
Albert memeluk Jessica yang masih menangis, mengusap-ngusap rambut Jessica berharap agar gadis itu segera tenang. Bibir Albert sedikit tersenyum melihat tingkah Jessica yang terkadang seperti anak kecil seperti sekarang ini, Jessica memang sangat menarik dimata Albert, rasanya Jessica berbeda dengan gadis-gadis di luar sana batinnya Albert. Perlahan Jessica menghentikan tangisnya, dia sudah merasa aman sekarang bersama Albert laki-laki yang baru saja menolongnya itu, Jessica mengusap pipinya yang basah dan melepaskan diri dari pelukannya Albert, gadis itu menatap Albert dengan canggung lalu memalingkan wajahnya menghindari tatapan Albert. "Kenapa kamu sendirian tadi, kenapa kamu gak telfon saya buat minta jemput?" Albert menatap Jessica khawatir. "Aku bisa pulang sendiri," jawab Jessica pelan tapi suaranya masih terdengar Albert. "Mulai besok saya jemput kamu," kata Albert dengan datar, lalu dia melajukan mobilnya menuju apartemen Jessica
Jessica menenggelamkan wajahnya kedalam pelukan Albert karena kaget melihat hantu tadi, Albert memeluk Jessica dan mengusap punggungnya agar sedikit lebih tenang. "Kita ganti film ya?" tanya Albert kepada Jessica, jessica hanya mengangguk, sedangkan Albert langsung menghidupkan kembali televisinya dan mengganti filmnya. "Besok kita jalan-jalan keliling vila ini, di belakang ada kolam renang dan ada sungai yang cukup bagus, kamu mau lihat besok?" tanya Albert lagi, dan Jessica mengangguk tanda setuju. Mereka berdua kembali menonton film dan kali ini mereka menonton film genre romance, mata Jessica sangat fokus menonton sampai dia tak sadar kalau sedari tadi dirinya masih dalam pelukan Albert, sedangkan Albert masih setia memeluk Jessica. Malam semakin larut mereka berdua terbawa suasana film itu, Jessica asik menyender dan mengusap dada bidang milik Albert dan kakinya berada diatas paha Albert, sedangkan perasaan Albert sudah mulai tidak karuan. Berkali-kali d
Albert menatap wajah Jessica dengan penuh gairah, dirinya sudah tak tahan untuk segera memasukan miliknya kedalam tubuh Jessica. Ia mulai memasukan salah satu jemarinya di bawah sana, merangsang Jessica dengan sentuhannya. "Aahhhh sakitt, pelan-pelan," rintih Jessica kesakitan saat jemarinya Albert mulai bergerak keluar masuk di dalam miliknya, sedangkan Albert sangat menikmati ekspresi wajah Jessica yang mulai terangsang. "Shhhh Jessica aku tak tahan lagii.." Albert mulai mengerang, wajahnya terlihat sudah tidak sabar untuk segera menerobos milik Jessica, kini Albert mulai memasukan kejantanannya kedalam tubuh Jessica dalam sekali hentakan, dan segera menggerakkan miliknya itu secara perlahan. "Ahhh sakit, pelan-pelan," ringis Jessica, tak tahan menahan perih dan sakit di bawah sana, Jessica meremas bahu Albert. "Ahh Jessica kau nikmat sekali.." Albert memejamkan matanya merasakan miliknya Jessica berdenyut menyambut kedatangan Albert junior, d