"Waktu itu Aku merasa seperti menemukan satu alasan yang sangat tepat untuk menghiraukan kata-kata yang telah aku tanam selama ini yang sudah ku pendam dalam-dalam selama ini.... Jadi sudah jelas ada Aldy yang selalu berada disisimu? Sedangkan Galih juga belum jadi pasangan kamu juga, jadi ngga ada masalah dong jika aku mengejarnya kembali? Aku yang selama ini selalu mencari alasan yang tepat ... tapi apa hasil... sesuatu yang bukan hakku tak akan pernah jadi milikku...." ungkap Maya yang matanya berlinang air mata tak tersadari keluar menyangkut perasaannya yang terluka.
"...Aku suka pada dia karena Lisa yang tak ada duanya perempuan seperti dia... Jawaban Galih saat itu sangat jelas terdengar oleh telingaku. Sekali lagi aku minta maaf Lisa.... " sambung Maya yang masih menjelaskan waktu dirinya menyatakan perasaan terhadap Galih.&nbs
"Hai Lisa! Masih sibuk ya" sapa Budi dengan tersenyum dia sudah berada di pintu ruang kelas. Emang anak monyet tuh orang!! Aldy merasakan sangat kesal dengan kelakuan Budi yang kini sudah berada didalam ruang kelas Lisa. Bertambah tambah kesal ketika dia melihat Budi yang menunjuk ke arahnya, tapi hanya terdiam saat pandangannya beralih menatap Lisa. Mereka berdua saling beradu tatapan satu sama lain, seper sekian lama gelagat mereka berdua canggung salah tingkah dan mengalihkan pandangan. "Ahhh.. Ahh -- ganteng banget sih ya ampun idaman sekali jika jadi suami" teriak terpesona teman-teman Lisa yang melihat Aldy yang ada didepan kelasnya. Suara berisik dari teman-teman Lisa terdengar dari ruangan itu, saat kebayakan orang berusaha keluar dari ruang kelas didepan sudah ada Budi menutup nutup pintu keluar. "...itu ada penjual tahu bulat tapi berbentuk lingkaran kan bego ya haaha" Budi mencoba menenangka
Aldy yang saat ini hanya berdiri didepan jendela memandang kearah lapangan dengan tatapan yang penuh harapan itu juga diiringi bibirnya yang melebar tersenyum. "Bukankah itu Aldy? Kenapa dia berdiri disana dan tersenyum sendiri? Ayok kita mendekat ke sana" Budi melihat tingkat yang tak wajar seorang Aldy berusaha membujuk temanya juga untuk mendekat ke sana. Tak satupun mengikuti Budi untuk mendekat ke tempat Aldy, karena mereka merasa beberapa hari terakhir mood orang itu sedang tidak baik jadi takut kalau menggangu dia malahan mereka menjadi sasaran pelampiasan jika itu terjadi sesuatu hal sangat mengerikan bagi mereka ber tiga. "Dah kami tinggal dulu ada urusan mendadak!" ucap mereka bertiga langsung lari secepatnya menghilang seketika. Aldy yang sudah berdiri agak lama ternyata sedang mengamati seseorang dari kejauhan, dia menatap ke arah lapangan sekolah yang sedang digunakan untuk penilaian pelajaran olah raga. M
"Bos mau pergi kemana kok langsung lari?" tanya Budi melihat bosnya tiba-tiba berlari. Terhenti.... Kemudian berbalik ke arah ke arah Budi... "Ngga mau jadi pria bucin lagi!" Aldy menjawab dengan santainya. Semangat...!! ....Ku pikir aku cuma bisa mengakhiri perasaan ini semuanya hanya dengan kata selamat tinggal... Namun tidak semudah itu aku harus menyerah, berlari mengejar harapan meski sudah tahu apa yang akan jadi jawaban.... Meskipun sudah tahu nanti akhirnya, tapi aku tak mau juga membuatnya terluka. Aku tak akan meninggalkanmu begitu saja... Walaupun aku sudah tahu kamu akan bersama dia, ijinkan aku tetap mencintaimu dengan tulus walau tak ter balas..... Hossh.. Hossh.. Hossh.. (suara napas tergesa gesa)Genggam tangan gadis itu dari belakang, dengan reflek Lisa menengok ke arah belakangnya.. "Aa.. Aldy?!" tergugup Lisa mengucap nama itu. Lisa langsung menarik tanganya dari genggaman Aldy hingga terlepas, hatinya meyakinkan dirinya
Namaku Lisa Fasyafatain, umur 16 tahun. Demi kakak kelas SMP yamg aku suka aku akhirnya mengikuti dia masuk SMA yang sama dengan dia. Brukkk!! "lihat-lihat kalau jalan kutu buku" seorang pria berjalan tanpa menghiraukan siap yang ia tabrak. "Maaf" Lisa berkata dengan lirih matanya tertuju kepada pria yang tadi menabraknya dan menjauh tanpa menghiraukan sekitar. Apa yang dia percaya, apa yang dia harapkan. Senang, sedih, pertemuan dan perasaannya yang paling berarti. Semua bermulai dari saat ini, di musim bunga dan semuanya mulai bermekaran. Bell berbunyi bertanda istirahat, Lisa duduk ditaman sekolah bersama temanya Miya. "Lisa, kamu tau ngga? Hasil poling cowok terganteng satu sekolahan sudah keluar lo!" tanya Miya sambil mengeluarkan bekal ia bawa dari rumah. Lisa menjawabnya dengan menggelengkan kepala bertanda tidak tahu. "Namanya Aldy, dia bahkan mengalahkan kak Galih" cetus Miya lagi.&n
Rahasia yang dijaga selama tiga tahun malah mendadak ketahuan sama orang macam pria itu, pakai baju seragam aja ngga... sudah pasti bukan orang baik-baik. Dia ngga akan sembarangan bicarakan.. Dalam hati Lisa bertanya dengan diri sendiri, entah apa yang dipikirkannya."Lisa... Saya kembali" dari kejauhan suara Miya terdengar. "Wah ada Aldy!! Kalian salung kenal?" timpal Miya yang sudah ada di sebelah Lisa. "Hmmm.. Dah" berjalan menjauh pria tersebut sambil melambaikan tangan kepada mereka berdua."Ah.. dibandingkan kak Galih yang ramah, saya lebih suka yang auranya agak nakal" gumam Miya. "Orang seperti itu apa yang disukai sih.." Lisa menyela omongan Miya.Disisi lain, Lisa melihat Galih yang telah selesai main bulutangkis, tak lama kemudia ada seorang gadis menawarkan dia air mineral dan membersihkan wajah pria tersebut yang dipenuhi keringat yang keluar.Terkadang Lisa merasa iri dan kesal pada orang lain dan dirinya sendiri. Kenapa d
"Bukannya kamu bilang ngga akan ketemu aku lagi?" seseorang pria nampak berbicara dengan wanita."Bukannya itu Aldy? Ohh.. Pergi malam-malam sama pacar? Tampak mencurigakan ckkkck..." gumam Lisa dalam hati yang sedang mengamati seorang pria dan wanita dengan bersembunyi di belakang pohon terdekat dari mereka berdua."Jangan bilang begitu, Aku cuma kangenn.... Ingin tahu bagaimana keadaanmu...""Yang cemas itu seharusnya kamu reporter majalah itu ada dimana-mana kan?"Sebuah pertanyaan seseorang wanita di balas dengan nada yang naik oleh Aldy."Tapi... baiklah ... tapi jangan lupa telpon ya!" wanita itu berkata kepada Aldy.Kreekk..Kaget!"Siapa itu, cepat keluar" bergegas wajah Aldy memandang sekitarnya."Maaf aku ngga sengaja dengar... kalian kelihatan lagi serius, makanya..." Lisa berbicara dengan terbata-bata. Belum selesai berbicara penjelasan gad
Entah merasa risih dengan keadaan semua membahas dia dan penuh dengan pandangan sinis. Lisa merasa penuh kebingungan kenapa satu sekolahan jadi tahu masalah ini dan dia menebak-nebak semua ini pasti ulah Aldy.*Kriiingg...!!Kriingg....!!Menandakan jam istirahat, Setelah guru keluar Lisa langsung berlari untuk menghindari omongan-omongan siswa siswi yang terus membicarakan dia dibelakang dan memandang Lisa sinis. Langsung langkahnya terhenti setelah melihat Galih berada agak dekat didepannya.Kalau begini... Apakah kak Galih sudah tahu aku suka sama dia? Kalau dia juga tahu aku sudah tidak bisa menghindar lagi dan harus terus terang sama kak Galih bisik Lisa dalam hatinya seolah tidak ada jalan lain kalo Galih sudah tau semuanya dia Berani atau tidak berani harus terang langsung mengungkapkan perasaannya selama ini yang dia jaga bertahun-tahun.Ehm..Tiba-tiba muncul
"Sial! Sial! Apes aku" satu kalimat itu yang hanya keluar dari mulut Lisa.Semakin bingung Miya dengan temannya satu ini, tanya Miya "Kenapa? ada apa sih sebenarnya? Cerita sini ngga papa kayak sama siapa aja kamu""Aku lihat sesuatu yang bikin aku sial hari ini" dengan wajahnya ditutupi kedua tangannya.Miya menjelaskan, biasanya seorang Lisa ngga senang ngga marah selalu flat, dan akhir-akhir ini ngga teratur, lusuh berbeda hari hari biasanya."Kamu aneh banget akhir-akhir ini tau ngga, ngga seperti biasanya gatau ada masalah apa yang kamu sembunyikan" ditutup pertanyaan."Ahh..! Masa iya kah ? ngga ada apa-apa kok ngga ada yang aku sembunyiin juga santai mungkin perasaanmu saja yang khawatir sama aku" jawab Lisa sekenanya."Habis ini kelas olahraga, kita ke lapangan yuk" ajak Miya sambil menarik tangan Lisa. Sedangkan Lisa hanya menganggukkan kepala saja bertanda mau di ajak.Keadaan dilapangan t