Share

#3. Surat Untuk Rani

Bingung dan Kegelisahan Tubagus Rio Prasojo terus saja mengganggu pikirannya. Sampai suatu malam, Rio kepikiran untuk membuat Surat yg di tujukan kepada Rani di sela-sela waktu belajarnya.

Harinya berganti, namun belum juga Rio menulis Surat untuk Rani. Masih saja terpendam, masih saja malu, masih saja gelisah.

Di suatu malam. Saat Rio sedang belajar dan mengerjakan PR Kesenian, yaitu menggambar pemandangan, Rio tiba-tiba teringat Rani dan Surat untuk Rani yg pernah Ia lamunkan di malam lalu. Karena sangat terganggu dengan pikirannya sendiri, beralihlah Rio dan memberanikan diri untuk membuat surat kepada Rani.

Karena tidak tau cara membuat surat yg benar, sejenak Rio bingung lalu teringat Surat Izin Tidak Masuk Sekolah yg di tulis Wali Murid kepad Wali Kelas. Dengan modal ingatan itu Rio mulai menulis surat dengan diawali kalimat "Kepada : Yang Tercantik, Rani Tri Purnasari di tempat", kemudian dilanjutkan dengan tulisan-tulisan sesuai apa yg dirasakan Rio kepada Rani, yang Rio sendiri bingung akan perasaannya sendiri.

Setelah semua isi hati Rio telah tertulis dalam surat tersebut, Rio mengakhiri Suratnya dengan kalimat "Dari aku : Pengagum Rahasia mu, No Name", karna Rio masih malu dan belum berani menunjukkan dirinya atas perasaannya kepada Rani, Gadis yg Ia kagumi.

Setelah Rio selesai membuat Surat Untuk Rani, Ia kemudian melanjutkan kembali mengerjakan PR menggambarnya. Rio menggambar pemandangan, yaitu dua gunung dengan matahari di antara dua gunung tersebut, berserta sawah-sawah, jalan setapak, lengkap dengan awan dan burung burung.

Pagi tiba, 

Rio berangkat sekolah seperti biasanya, Dengan jalan kaki. Namun langkahnya di pagi ini terasa beda, Ia merasa lebih ceria dan sangat bersemangat. Setibanya Ia di kelas, Rio menyapa dan bercengkrama ke teman-temannya seperti biasanyaa.

Dalam benaknya, Rio tak mau orang lain menaruh curiga, apalagi sampai ada yg tahu tentang surat yg Ia tulis semalam, termasuk Rani. Karena, Rio masih belum berani dan malu untuk menunjukkan perasaannya kepada Rani dan Dunia.

Rio berencana untuk menyelipkan suratnya di antara buku Rani atau langsung di masukan saja ke dalam tasnya. Ia sedikit gelisah dan berusaha tetap tenang, mencari momen dan waktu yg pass untuk menyelipkan surat tersebut. 

Bell berbunyi, menandakan waktu istirahat sudah tiba. Semua anak murid keluar untuk istirahat, termasuk Rio. 

Rio berjalan keluar kelas bersama teman-temannya. Sampai kurang lebih 10 meter dari pintu kelasnya, kemudian Rio balik lagi ke ruang kelasnya, dengan beralasan ke teman-temannya untuk mengambil uang sakunya yg tertinggal di dalam tasnya.

Rio masuk ke dalam kelas dan memastikan keadaan di sekitar ruang kelas aman, tidak ada orang lain selain Rio seorang. Setelah dinilai aman, Rio mengambil surat yang Ia tulis, kemudian menyelipkannya ke dalam buku LKS (Lembar Kerja Siswa) mata pelajaran Bhs.Indonesia, kemudian di masukkan ke dalam tas Rani. Setelah berhasil dan selesai menyelipkan Surat, Rio kembali keluar kelas untuk melanjutkan waktu istirahatnya.

Bell sekolah kembali berbunyi, menandakan jam istirahat sudah usai. Semua murid kembali masuk ke dalam kelas untuk kembali belajar.

Di dalam kelas, Rio nampak was-was dan berharap Rani menemukan dan membuka surat yg Ia selipkan dalam tasnya di rumah, agar tidak menggangu waktu kegiatan belajar mengajar dan gaduh tentunya. Rio menyelipkan suratnya di buku LKS Bhs.indonesia, sebab pelajaran Bhs.indonesia sudah di lakukan di sebelum jam istirahat.

Bell sekolah kembali berbunyi, menandakan kegiatan belajar telah berakhir untuk hari ini. Rio pulang dengan tenang, karna surat yg Ia selipkan di antara buku Rani belum di ketahui Rani.

Malam harinya, Rio memikirkan dan bertanya-tanya dalam hatinya, "apa yg sedang di lakukan Rani?, apakah Rani menemukan surat itu ?dan apa yg akan terjadi besok apabila Rani telah membaca surat itu?".

Dihari yang sama, dimalam yg sama, namun di tempat yang berbeda.

Malam di Rumah Rani. Rani bersama ibunya di dapur sedang memasak untuk persiapan makan malam bersama keluarganya. Setelah masak, lalu Rani menyajikan masakan tersebut di meja makan. Bersama keluarganya di meja makan, Rani menikmati hidangan yg baru saja matang dimasak Rani dan ibunya malam itu.

Seusai makan dan membereskan meja makan, Rani bergegas ke kamar untuk belajar, karena waktu sudah menunjukan pukul delapan malam, waktu yg biasanya digunakan Rani untuk belajar.

Di sudut kamar, Rani mengambil tas sekolahnya, membawanya menuju sudut kamar yg lain, yg dimana di sudut kamar itu ada meja belajar bersama alat tulis dan buku buku Rani, di temani boneka beruang kesayangannya.

Rani memulai membuka tasnya, kemudian mengambil buku pelajaran Bhs.Indonesia di tasnya. Karena besok pagi ada ulangan Bhs.indonesia di sekolah. Setelah membaca ulang dan memahami di buku tulis Bhs.Indonesia, Rani beralih ke buku LKS Bhs.Indonesia untuk belajar.

Rani heran saat sedang mengangkat buku LKS, ada kertas terlipat persegi jatuh dari buku LKS tersebut. Ia membukanya, lalu membaca kertas tersebut yg ternyata adalah surat untuk dirinya.

Rani kaget membaca isi surat tersebut, karena isinya tentang Pujian untuknya dan juga pengutaraan perasaan si penulis surat. Rani juga heran si penulis surat ini menyembunyikan identitasnya atau menggantinya dengan 'Pengagum Rahasia'. Dalam malam yg sepi dan keheningan malam bersama boneka beruang itu, Rani penasaran dan bertanya-tanya dalam hatinya, "siapa si penusil surat ini, yang menyebut dirinya Pengagum Rahasia?".

Pagi telah tiba.

Rio bangun lebih awal dari biasanya, karena kepikiran dengan Rani dan Surat yg Ia tulis untuk Rani. Walau penasaran dengan apa yg akan terjadi nanti di kelas dan Rani, pagi itu Rio enggan rasanya untuk beranjak dari tempat tidur dan mempersiapan diri untuk berangkat sekolah. Sampai akhirnya, Ibu Rio mengetuk pintu kamar Rio, seraya menyuruh Rio untuk segera mandi dan bersiap sekolah.

Rio berangkat dengan perasaan yang masih terus bertanya-tanya, "apa yang akan terjadi?". Sesampainya di kelas, Rio belum melihat kehadiran Rani, Sebab, bangku Rani masih kosong, belum ada tas atau tanda tanda kehadiran Rani. 

Rio gelisah dan berprasangka dalam hatinya, "Jangan-jangan Rani gak masuk sekolah karna takut atau malu setelah membaca surat ku. Jangan-jangan Rani takut jika terulang lagi tragedi Tugas Kelompok Membatik di bangku kelas 5 waktu itu". Rio terus berprasangka, sampai Ia menyalahkan dirinya sendiri dalam hatinya, "harusnya aku gak ngirim surat, dasar bodoh. Rio apa yang kamu lakukan Rio, dasar bodoh". 

Beberapa saat kemudian, Rani tiba di kelas dengan rambut yg di kuncir dan poninya, Ia selalu nampak cantik seperti biasanya. Rio senang melihat Rani tiba di kelas, seketika hilang semua prasangka dalam batinnya. Namun, Ia masih gelisah dalam batinnya, "apa yang akan terjadi?".

Rio tak berhenti memandangi dan memperhatikan Rani. Sampai akhirnya, bell sekolah berbunyi, tanda kegiatan belajar mengajar dimulai, dan belum terjadi apa-apa.

Rani tidak menunjukkan sikap yg berbeda, masih sama seperti biasanya. Rio kembali berprasangka dalam batinnya melihat tingkah Rani yg biasa seperti biasanya, "Jangan-jangan Rani tidak menemukan atau membaca surat ku. Tapi syukurlah berarti tidak akan terjadi apa-apa dan akan baik baik saja, sama seperti biasanya".

Pak Guru memulai kegiatan belajar mengajar dengan ulangan Bhs.Insonesia.

Bell sekolah kembali berbunyi, menandakan waktu istirahat sudah tiba. Seperti biasanya, semua murid dan guru keluar ruangan untuk beristirahat. Namun, adat di sekolahan tersebut adalah jika jam istirahat, murid tidak boleh berdiri dari bangkunya, apalagi meninggalkan kelas sebelum guru keluar dari ruang kelas .

Setelah Sang Guru keluar kelas, Rio dan semua murid berdiri, bersiap untuk meninggikan ruang kelas dan beristirahat. Namun di waktu istirahat itu, Rio dan teman-teman satu kelasnya di kagetkan oleh Suara Rani yg tiba-tiba berteriak dengan keras sambil berdiri,

"JANGAN ADA YANG KELUAR DULU, KEMBALI DUDUK SEMUA!!!" teriak Rani, kencang.

Seketika, semua teman-teman Rani di kelas itu kembali duduk dan beberapa bertanya kepada Rani dengan keras dari bangku-bangku mereka, "Ada apa woy ?" "Kenapa, Rani!?!?",tanya teman-teman Rani.

Rani diam, kemudian mengambil kertas dari dalam tasnya, lalu membawa kertas itu sembari berjalan maju ke depan kelas dan bertanya ke semua temannya di ruang kelas tersebut. Dengan suara yg keras dan menunjukan kertas itu ke semua temannya, Rani bertanya, "Siapa yang menulis dan mengirim surat ini?" teriak Rani.

Kini Rani berani, tak seperti di bangku kelas 5 dulu yg diam, pemalu dan memendam perasaannya.

Mendengar pertanyaan yg lontarkan Rani, kelas menjadi gaduh, teman-temannya bingung, bertanya-tanya dan saling menuduh,

"surat apa surat surat apa? kamu ya kamu kamu ya?", celoteh-celoteh, sayup-sayup kegaduhan di ruang kelas tersebut.

Rani kembali berteriak dengan nada yang lebih tinggi, "SIAPA WOY??". Hening, tak ada jawaban dari siapapun.

Beberapa saat setelah teriak tanya yg terus berulang dari Rani, beberapa teman menjawab, "Tidak tahu, Rani". Teman yg lain menjawab dengan bercanda, "mungkin si Rio, Rani hahaha".

Mendengar itu, Rio kaget dan membalas ucapan temannya dengan santai dan sok asik, "haha Gak mungkinlah, ada ada aja hahaha".

Teman yang lain menanggapi pertanyaan Rani dengan sedikit kesal, sembari berdiri dan pergi meninggalkan kelas karna buang buang waktu "heh ... apasih gak penting banget, aku mau istirahat, laper".

Rani diam, karna merasa teman-temannya gak memberi jawaban dan dia merasa mengganggu jam istirahat teman-temannya. semua teman-temannya meninggalkan ruang kelas untuk beristirahat. Rani kembali ke bangkunya dan merapikan buku-buku di mejanya, serta surat itu. Setelahnya, Rani mencoba mengacuhkannya, kemudian dia keluar kelas untuk beristirahat bersama teman-temannya yang lain.

Rani masih penasaran dengan siapa penulis surat itu, namun dalam benaknya Ia berpikir, "ahh biarlah, mungkin memang benar si penulis surat ini bukan salah satu dari teman-temanku di kelas ini. Atau si penulis ini hanya iseng dan main-main saja, ahh biarlah, sudah." .

Di sela-sela waktu istirahatnya, Rio bersyukur dalam batinya, karna surat yang Ia tulis sudah di baca Rani dan Rani tak ngambek atau cengeng seperti yg di prasangkakan Rio. Rio juga sedikit lega, karena telah menyampaikan isi hatinya kepada Rani, walau hanya lewat Surat tak bernama.

Di dalam kelas setelah jam istirahat, Rani tak lagi bertanya atau memperdulikan lagi surat tak bernama yang Ia terima. Rio pun mengikuti pelajaran yang diajarkan guru seperti biasanya, walau di beberapa kesempatan Ia masih sering memperhatikan Rani.

Bell sekolah kembali berbunyi, menandakan kegiatan belajar mengajar usai dan waktunya untuk pulang.

Malam pun tiba, masih dengan perasaan yang sama, di sela waktu belajarnya. Rio masih memikirkan Rani, walau misi pertamanya sudah berhasil, namun Ia masih tetap ingin memiliki waktu khusus hanya berdua dengan Rani. Ia masih sangat ingin mendapatkan perhatian penuh dari Rani.

Malam ini, waktu belajar Rio hanya di habiskan untuk memikirkan Rani dan tentang bagaimana caranya bisa mendapatkan perhatian lebih dari Rani. Sampai-sampai, Ia lupa, bahwa ada PR yg belum Ia kerjakan dan akhirnya tertidur.

Pagi tiba, Rio berangkat sekolah seperti biasanya. Namun dalam keadaan masih lupa kalau PRnya belum di kerjakan tadi malam.

Di dalam kelas kegiatan belajar mengajar dimulai. Pak Jarot, wali kelas Rio di kelas 6 memulai kelasnya. Setelah berdoa, Pak Jarot menyuruh seluruh anak muridnya mengeluarkan PR mereka untuk segera di kumpulkan dan di beri penilaian,

Pak Jarot : "Silahkan anak-anak keluarkan PR kalian dan di kumpulkan ke depan, mari kita koreksi bersama. Ada yg belum mengerjakan? jika ada silahkan tunjuk tangan".

Mendengar ucapan Pak Jarot itu Rio langsung syok, seketika langsung teringat kalau PR nya belum Ia kerjakan semalam. dan Dia kemudian mengakat tangannya untuk mengakui kelalaiannya tersebut.

Pak Jarot bertanya kepada Rio,

Pak Jarot : "ish ish ish Rio..., tumben sekali kamu. Ada apa, kenapa kamu tidak mengerjakan PR yg bapak berikan?".

Rio : "iya Pak, Maafkan Rio. Tadi malam Rio ketiduran. karena ngantuk dan lelah, setelah menemani ayah saya untuk menjenguk paman yg sedang sakit di rumahnya".

Pak Jarot : "Hallah alasan saja kamu, Rio. Kamu kan bisa mengerjakan PR tersebut siang atau sore hari. Sekarang kamu maju kedepan, berdiri di depan kelas dengan memegang kedua telinga dan mengangkat satu kakimu sampai waktu yg nanti Bapak beritahu".

Rio berbohong untuk kelalaiannya tersebut. Ia sedih, menyesali kelalaiannya dan menerima dengan berat hati hukuman yg di berikan gurunya tersebut. Hal ini adalah pertama kalinya Rio tidak mengerjakan PR dan mendapatkan hukum selama Ia sekolah di SD nya tersebut.

Saat sedang teman dan guru yang sedang sibuk mengoreksi PR bersama, Rio dihukum seorang diri, berdiri di depan kelasnya dengan perasaan, pikiran dan batinya yg terus bergejolak dengan tingkahnya sendiri akhir-akhir ini, 

Ia bergumam dalam batinnya, "Ada apa aku ini ? kenapa dengan perasaan ini? apa yg telah aku lakukan, dasar bodoh". Rio juga berharap dalam batinnya, disela Ia menjali hukamannya, untuk segera menuntaskan perasaannya terhadap Rani. Entah terus berusaha mendapatkan sepunuhnya perhatian Rani atau menghilangkan perasaan sendiri. Namun, Ia tak pernah tahu bagaimana caranya.

Hukuman selesai, Rio kembali ke bangkunya untuk mengikuti kembali kegiatan belajar mengajar, sesuai perintah yang diberikan oleh gurunya. Kali ini di dalam kelas setelah hukuman itu, Rio tak terlalu memikirkan lagi Rani dan fokus dengan kegiatan belajar mengajarnya. Walau terkadang, Ia masih sempatkan sedikit perhatiannya untuk memperhatikan Rani di dalam kelas.

Rani juga masih sama seperti biasanya, bermain dan belajar di sekolah dan tidak menunjukkan sesuatu yang berbeda, apalagi bercanda dan seperhatian kepada Rio, sama seperti sebelum kenaikan mereka di kelas 6 Sekolah Dasar.

Waktu pulang pun tiba.

Di hari yang sama di waktu malam, Rio memulai belajar seperti biasa. Setelah makan malam dan bercengkrama dengan keluarganya, di malam ini Rio benar-benar bejalar dan memastikan ada atau tidak PR sekolah yang harus di kerjakan. Karena, Ia tak mau terulang lagi akan kelalaiannya.

Rio selesai belajar lebih awal malam ini, karna tidak ada PR yang harus Ia kerjakan dan besok pun tidak ada jadwal ulangan di kelasnya. Di waktu selesai belajarnya tersebut, Rio merapikan meja belajar dan menuju ranjangnya untuk memulai tidur.

Namun, pikiran teralihkan kembali oleh Rani dan perasaannya. Di sela waktu menuju tidurnya, Rio berpikir tentang bagaimana cara untuk menuntaskan perasaannya terhadap Rani. Dan akhirnya, Dia berpikir untuk menyudahi usahanya mendapatkan penuh perhatian dari Rani, serta akan fokus untuk bersekolah.

Di malam yang sama, Di tempat yang berbeda.

Rani Tri Purnasari. Di dalam kamar rumah, Rani pun masih penasaran memikirkan tentang siapa penulis surat yang menyebut dirinya 'Pengagum Rahasia' ini, seusai dia belajar. Dalam benak Rani, Ia bertanya pada sepi dalam batinnya, "Siapa dia sebenarnya si Pengagum Rahasia ini?" dan "kenapa si penulis merahasiakan identitasnya", tak ada jawaban, sunyi.

Dalam batin penasaran dan malam yg belum begitu larut untuk tidur, Rani terus berpikir dan mulai menebak-nebak orang di balik surat ini. Beberapa nama temannya Ia sebutkan dalam tebak lamunannya, dengan segala kemungkinan-kemungkinan. Pun dengan nama Tubagus Rio Prasojo, Ia juga menyebut namanya bersamaan dengan kemungkinan-kemungkinan prasangka,

Batin Rani : "oh atau jangan-jangan surat ini di tulis Rio. Sebab, kita dulu begitu sangat akrab setelah kejadian Tragedi Tugas Kelompok Membatik itu. Ahh, tapi sepertinya bukan Rio, karena akulah yg dulu sering memulai obrolan dan candaan setelah kejadian itu. Mana mungkin Rio menyukai aku, Karna dulu sebelum tangisanku pecah di Tragedi itu, aku sekali pun tak pernah menganggapnya ada, aku selalu menghindar dan mengacuhkan Rio. Rio begitu biasa saja terhadap semua teman wanitanya di kelas, termasuk denganku. Tak seperti kepada teman Laki-lakinya di kelas yg sangat dekat dan begitu akrab. Aku menyadari, kalau waktu itu, karna pembelaan Rio terhadap ku di Tragedi itu, aku mulai memiliki perasaan yg lebih untuk memerhatikan Rio. Perasaan yg lebih, sangat ingin dekat dan ngobrol dengannya. Makanya, aku selalu memulai lebih dulu untuk bercanda atau ngobrol dengan Rio setelah Tragedi itu. Namun, karena Ujian Kenaikan Kelas di kelas 5 yg lalu dan sikap Rio terhadap perhatianku yg cenderung biasa-biasa saja, aku lebih memilih fokus belajar untuk menghadapi Ujian Kenaikan Kelas dan memendam perasaan ini dan mulai bersikap biasa saja dengan Rio, sama seperti ke teman-teman laki laki yg lain, tak ada lagi perhatian yg lebih untuk Rio".

Rani terus berpikir dan berprasangka di lamunannya malam itu, seketika Ia langsung teringat kembali perasaan yang Ia pendam untuk Rio.

Di bangku kelas 6 ini, Rani sudah tak lagi bersikap lebih untuk Rio, Karna sikap Rio yg biasa-biasa saja terhadap tingkah dan perhatian Rani. Rani takut, apabila perhatiannya yang lebih di kala itu terus dilakukannya, justru akan membuat dirinya tak fokus belajar dan malah membuat Rio malu terhadap teman-teman satu kelasnya.

Selain itu, Rani juga khawatir apabila Ia menunjukkan perasaannya terhadap Rio, malah akan membuat pertemanannya dengan Rio jadi renggang lagi, sama seperti ketika setelah Tugas Kelompok Membatik waktu itu terbentuk.

Di kelas 6 ini, Rani juga masih memiliki perasaan yang sama terhadap Rio. Namun Ia sudah tak menghiraukan perasaannya, Ia lebih memilih untuk fokus sekolah, belajar dan bermain. 

Jarum terus berputar. Malam pun sudah mulai menampakkan larutnya, lengkap dengan suara jangkrik yang saling sayup-sayup bersautan di dalam gelap malam. Rio dan Rani mulai tidur setelah sama-sama melamun ria di tempatnya masing-masing.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status