Share

Bab 4 . Apa Yang Kamu Lakukan, Sudah Tepat

Bella mengedarkan pandangannya, dan terlihat jelas dirinya berada di rumah sakit. 

"ISABELLA SWAN!!!"

Bella mendengar jelas, suara ibu yang meneriaki nama lengkapnya. Itu tanda, bahwa ibu benar-benar marah.

Bella memalingkan kepalanya ke arah asal suara tadi. Dirinya melihat, ibu melihatnya dengan raut wajah begitu marah. Apa yang terjadi dengan wajah ibu? Wajah ibu hampir separuh tertutup lebam, bahkan salah satu mata ibu begitu merah.

"A-apa yang terjadi terhadap Ibu?"

Tanya Bella, dirinya bahkan kesulitan mengenali suaranya sendiri. Suaranya saat ini, terdengar begitu lemah dan serak. Untuk mengucapkan satu kalimat tadi, membuat tubuhnya berkeringat dingin. 

Di samping ibu, Ellena melihat Crystal yang seperti biasa, selalu terlihat tidak peduli. 

"Kau ...! Kau anak durhaka!"

Cecar ibu kepada Bella, ini pertama kalinya Bella melihat ibu begitu marah.

"Sudahlah, Bu! Ayah pantas menerima hukuman itu. Lihat apa yang dilakukan Ayah kepada Ibu. Jika, polisi tidak datang tepat waktu, mungkin sesuatu yang lebih buruk akan terjadi pada Ibu."

Crystal mencoba menenangkan Sang Ibu. Ini juga pertama kalinya, Crystal membela dirinya.

"Kalian anak bodoh! BODOH!!!"

"Jika, Ibu ingin ayahmu mendekam di penjara, Ibu juga bisa melaporkannya sendiri!"

"Alasan Ibu bertahan selama ini adalah Ibu tidak ingin kalian menjadi anak yatim! Ibu, bisa pergi dari rumah itu kapan saja. Namun, Ibu selalu bertahan demi kalian berdua!"

Ibu mengutarakan isi hatinya sambil meneteskan air mata.

"Sudahlah, Bu! Setidaknya, di penjara Ayah tidak lagi dapat minum dan memiliki waktu memikirkan kesalahannya." Crystal kembali berkata. Terlihat jelas, Crystal sangat tidak menyukai ayahnya itu.

"Alasan lainnya, Ibu tidak ingin kalian memiliki Ayah seorang narapidana!" 

Nyonya Swan melanjutkan perkataannya, hal yang paling ditakuti akhirnya terjadi.

"Kalian berdua akan kesulitan mendapatkan pekerjaan dengan ayah seorang narapidana! Kalian akan sulit bersosialisasi, jika orang-orang tahu ayah kalian adalah narapidana!!!"

Seketika, perkataan Nyonya Swan, ibu mereka, seakan menampar kesadaran kedua saudari itu.

Saat itulah, raut wajah khawatir muncul di wajah mereka berdua.

Nyonya Swan tidak lagi tahan dan berbalik pergi meninggalkan mereka berdua. Crystal menatap Bella dan berkata dengan sinis, "Aku kira, kamu akhirnya melakukan sesuatu yang hebat! Namun, kamu menggali lubang kuburan untuk kita semua!"

Setelah berkata seperti itu, Crystal juga berbalik pergi meninggalkan dirinya. 

Bella menelan ludah, jantungnya kembali berdegup begitu kencang. Benar, saat ini rasa takut menyelimuti dirinya. Hal itu, membuat Bella tidak memperhatikan seseorang yang sedari tadi duduk di kursi samping ranjangnya.

"Apa yang kamu lakukan sudah tepat! Jika, kami datang terlambat, mungkin ibumu sudah tidak dapat diselamatkan!" 

Suara seorang pria menyadarkan Bella dari rasa takutnya. Bella memalingkan wajahnya dan menatap sosok pemilik suara itu.

Seorang pria dengan balutan seragam kepolisian. Pria itu masih cukup muda dan memiliki postur tubuh tinggi, serta wajah yang cukup tampan.

"Perkenalkan, saya Inspektur David Baker! Kemarin, kamu berlari ke kantor pos jaga kami. Beruntung kamu pingsan setelah menceritakan semuanya. Hal itu membuat kami dapat tiba tepat waktu dan mengamankan Tuan Swan." 

Inspektur David, tidak menceritakan bagaimana Tuan Swan hendak menghunuskan pisau dapur ke arah Nyonya Swan. Beruntung mereka tiba dan menghentikan hal gila tersebut. Dirinya tidak yakin apakah gadis itu dapat menerima informasi itu.

Bella mengangguk seakan mengerti, tetapi sebetulnya dirinya belum dapat mengingat kejadian kemarin secara lengkap.

David mengeluarkan secarik kartu nama dan meletakkan di atas telapak tangan Bella.

"Ingat hubungi diriku, jika butuh bantuan! Atau kamu bisa langsung datang ke kantor polisi!"

"Istirahatlah! Telapak tanganmu mendapat 5 jahitan, akibat luka dari pecahan kaca. Untuk kaki, tidak ada luka serius, hanya luka lecet karena kamu berlari tanpa alas kaki."

Inspektur David, mencoba menjelaskan kepada Bella.

"Ah! L-luka ..., luka ini bukan disebabkan oleh ayahku! A-aku tidak berhati-hati saat membersihkan pecahan mangkuk sayur," Bella mencoba menjelaskan dengan terbata-bata. Dirinya berharap, ayah tidak perlu mendekam di balik jeruji besi.

"Kami tahu! Bukan karena alasan itu Tuan Swan di tahan, tetapi dari apa yang kami saksikan saat masuk ke dalam rumah Keluarga Swan. Bukti di sana, beserta luka ibumu, cukup membuat Tuan Swan mendekam di balik jeruji, untuk merenungkan kesalahannya!" Inspektur David tidak ingin gadis itu tenggelam dalam rasa bersalah.

Perkataan pria itu, sedikit membuat hatinya merasa tenang.

"Istirahatlah! Besok, kamu baru diizinkan pulang."

Setelah berkata seperti itu, Inspektur David berbalik pergi meninggalkan Bella sendirian di dalam kamar rumah sakit uang yang sempit ini.

Barulah Bella memperhatikan sekujur tubuhnya. Sebelah tangannya diperban cukup tebal, dan sebelah lagi hanya ada beberapa plester. Di lengannya juga terpasang jarum infus. Bella mencoba menggerakkan kakinya dan semuanya terasa baik-baik saja, hanya telapak tangannya yang agak terasa sakit.

Bella tidak tahu apa yang telah dilakukannya dapat berpengaruh seperti itu. 

"Kamu sudah bangun?" tanya seorang perawat yang baru memasuki kamar rawatnya.

"Benar."

Bella menjawab dengan suara serak.

Perawat menaikkan sandaran ranjang Bella dan menghampirinya dengan segelas air putih beserta sedotan.

"Minumlah sedikit," pinta perawat itu dan menyodorkan sedotan tepat di depan bibir Bella yang kering.

Bella menyeruput sedikit air putih itu dan tenggorokannya terasa jauh lebih baik. Lalu, Bella kembali menyeruput lebih banyak air dari gelas itu.

"Pelan-pelan."

Perawat itu memperingati Bella, agar dirinya tidak tersedak karena minum begitu cepat. 

"Sebentar lagi, aku meminta untuk diantarkan semangkuk bubur untukmu. Ingat, makan yang banyak jika kamu ingin segera pulang."

Bella menatap perawat itu, ada sedikit rasa enggan untuk kembali ke rumahnya. Dirinya tidak yakin bagaimana menghadapi ibu dan kakaknya. Setelah apa yang dilakukannya, menyebabkan ayah meringkuk di balik jeruji.

"Jangan berpikir terlalu banyak. Kamu sudah menyelamatkan nyawa ibumu. Luka-luka Nyonya Swan tidaklah ringan, aku tahu karena aku yang membantu membersihkan lukanya. Jadi, pulanglah dengan kepala tegak, apa yang kamu lakukan sudah tepat."

Bella mengangguk, dirinya yakin permasalahan Keluarga Swan sudah menarik perhatian banyak orang. Saat ini, Bella hanya dapat berharap agar semuanya akan kembali seperti semula.

***

Keesokan harinya, Bella bangun pagi-pagi sekali. Perawat itu datang untuk melepaskan jarum infus dan membantunya mandi serta berganti pakaian. Pakaiannya yang dikenakan waktu itu, sudah bersih dan terlipat rapi. Apakah ibu yang mencucinya? Namun, mengapa ibu tidak mengambil pakaian ganti saja? batinnya.

"Aku mencucinya untukmu! Ada bercak tanah dan darah di pakaianmu." Perawat itu menjelaskan.

Setelah selesai berganti pakaian, sarapan sudah dihidangkan saat Bella keluar dari kamar mandi. Dirinya makan dengan lahap, walaupun tidak yakin seperti apa rasa makanan itu.

Bella duduk di ranjang kamar itu dan menunggu sampai lewat tengah hari, tetapi ibu ataupun kakaknya tidak ada yang datang untuk menjemputnya. Hal itu, membuat Bella cemas, apakah ibu masih marah padanya dan tidak ingin dirinya pulang? batin Bella.

"Selamat siang!"

Suara seseorang yang menyapa, membuat Bella tersadar dari lamunannya. Dirinya berbalik dan menatap ke arah pintu.

"S-selamat siang," balas Bella terbata-bata kepada Inspektur David.

"Ayo, aku antar pulang!" ujar Inspektur David dengan senyum di wajahnya.

Bella ragu sejenak, dirinya ingin menunggu ibu atau kakak datang menjemputnya.


Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status