Nnn
"Nyonya Swan tidak bisa menjemput dirimu. Jadi, aku menyempatkan waktu untuk mengantarmu pulang."
Inspektur David mencoba menjelaskan. Sebetulnya, dirinya hanya kebetulan lewat dan memastikan apakah gadis itu sudah pulang. Namun, informasi yang di dapat dari perawat, sama sekali tidak ada keluarga gadis itu yang datang hari ini. David sendiri tahu jelas, ibu gadis itu sangat marah karena keberaniannya melapor kepada polisi dan hal yang diucapkan Sang Ibu juga masuk di akal. Kedepannya Keluarga Swan akan sulit menghadapi para tetangga dan warga sekitar.
Bella mengangguk dan berdiri, lalu berjalan mendekati Inspektur David.
"B-bagaimana dengan biaya rumah sakit?" tanya Bella. Dirinya memiliki tabungan, tetapi tidak banyak dan disimpan di rumah.
"Kantor sudah membayarnya!" jawab Inspektur David singkat. Dirinya pribadi membayar tagihan rumah sakit gadis itu, karena rasa iba.
Bella tidak lagi berkata-kata, dirinya patuh mengikuti Inspektur David dan berjalan keluar rumah sakit setelah mengambil obat-obatan dari perawat. Inspektur David, menggunakan mobil polisi membawanya kembali ke rumah dan ini adalah pertama kali bagi Bella duduk di dalam mobil polisi seperti ini.
Rumah sakit tidak terlalu jauh dari rumah mereka, jadi hanya butuh beberapa menit untuk tiba di sana. Mobil polisi berhenti tepat di depan pagar rumah Bella dan itu tentu sangat menarik perhatian para tetangga dan orang yang melintas.
Bella turun dari mobil dan hendak masuk ke dalam rumah, tetapi langkah kakinya terhenti saat mendengar bisikan para tetangga. Bukan bisikan, lebih tepatnya mereka membicarakan dirinya secara terang-terangan.
"Hei, apakah kamu lihat anak itu pulang menggunakan mobil polisi? Apakah anaknya juga bermasalah seperti ayahnya itu?"
"Bukankah, Tuan Swan baru dijemput kepolisian beberapa hari yang lalu?"
"Benar! Sungguh keluarga yang memalukan!"
Semua itu terdengar jelas oleh Bella dan hal itu membuat dirinya semakin menundukkan kepalanya.
"Hei! Tolong jaga ucapan kalian! Tidakkah kalian lihat bagaimana anak ini terluka? Kalian bahkan tidak memperhatikan kondisinya dan terus bergosip! Bertindaklah sesuai dengan usia kalian!" Inspektur David menegur sekumpulan ibu-ibu itu dengan tegas.
Teguran itu, membuat kumpulan ibu-ibu itu diam dan mundur teratur.
"Jangan terlalu dipikirkan ucapan mereka! Ingat, jika kamu menghadap masalah atau kesulitan apapun, jangan segan segera hubungi diriku!" Inspektur David mengingatkannya sekali lagi.
Bella mengangguk dan berkata dengan tergagap, "T-terima kasih."
Lalu, Bella membuka pintu dengan kunci yang selalu diselipkan di bawah keset depan pintu. Bella masuk dan menutup pintu.
"I-ibu!"
Panggil Bella yang melihat ibu sedang duduk di ruang tamu. Begitu banyak boneka berserakan di lantai dan ibu sedang menjahit sesuatu pada boneka-boneka itu.
Bella berjalan menghampiri ibu dan duduk di lantai tepat di samping ibu.
"I-ibu, ibu tidak pergi ke pabrik?" tanya Bella pelan.
Ibu yang sedang menjahit kancing untuk mata boneka, langsung menghentikan gerakan tangannya. Ibu meletakkan boneka itu di atas pangkuannya dan menatap Bella. Bella menelan ludah, saat melihat bagaimana wajah ibunya sangat kelelahan, diperparah dengan lebam-lebam yang membiru hampir memenuhi seluruh wajah ibu.
"Ibu tidak lagi bekerja di pabrik! Tepatnya, ibu dipecat! Pabrik tidak akan mempekerjakan orang yang memiliki hubungan dengan narapidana! Mereka tidak peduli apa kesalahan narapidana itu, karena apapun itu tidaklah penting dan mereka hanya tidak ingin berhubungan dengan orang-orang berbahaya!"
"Benar! Tidak ada tempat bagi narapidana maupun keluarganya di tengah-tengah masyarakat! Jadi, Ibu hanya bisa mengambil pekerjaan seperti ini dan menyelesaikannya di rumah!"
Ibu mengucapkan kata-katanya dengan perlahan, tetapi mengapa dirinya merasa begitu sedih dan menyesal. Ini semua terjadi karena tindakannya dan sadar ibu menyalahkan dirinya atas tindakan itu.
Bella kembali menunduk, dirinya tidak yakin harus berkata apa.
"Istirahatlah dan setelah tanganmu sembuh, bantu Ibu menyelesaikan pekerjaan ini."
Lalu, ibu kembali menjahit dan tidak lagi menatap dirinya.
Bella berdiri, lalu berjalan ke arah kamarnya. Dirinya merebahkan tubuh di atas ranjang dan menatap langit-langit kamar yang rendah. Ibu, bahkan tidak menanyakan bagaimana dirinya dapat pulang. Terlihat jelas, bagaimana ibu sangat marah terhadap tindakannya. Tentu saja, semua itu memiliki alasan. Ibu bahkan kehilangan pekerjaan karena ulahnya itu.
Bagaimana dengan nasibnya? Apakah dirinya juga akan berakhir di pecat? Bagaimana hubungannya dengan Nicholas? Keluarga Hall jelas sudah tidak menyukai dirinya, apalagi setelah semua yang baru saja terjadi. Nicholas, ya Nicholas tidak datang menjenguknya di rumah sakit. Apa yang harus diratapi olehnya? Semua ini terjadi karena ulahnya.
Bella memejamkan mata dan air mata mengalir membasahi wajahnya. Andaikan waktu dapat diputar, maka dirinya tidak akan berlari keluar rumah, melainkan akan masuk ke kamar dan mengunci pintu.
***
Keesokan harinya, Ellena bangun pagi dan membantu ibu membersihkan rumah. Ibu lebih banyak diam, sedangkan Crystal, Bella belum pernah bertemu saudarinya itu semenjak pulang dari rumah sakit.
"Apakah Crystal tidak pulang?" tanya Bella.
Ibu hanya mengangguk dan tidak repot menjawab pertanyaannya. Bella tidak lagi berkata-kata, dirinya berjalan ke arah pintu dan berkata, "Bu, aku hendak keluar sebentar."
Ibu kembali tidak menanggapi perkataannya, tetapi Bella yakin ibu mendengar apa yang diucapkannya barusan. Jadi, Bella langsung keluar, dirinya merindukan Nicholas dan berencana pergi ke rumah Keluarga Hall. Hari ini adalah hari Sabtu, jadi Nicholas tidak pergi ke kampus.
Keluarga Hall tinggal di apartemen kelas menengah dan kunci pintu menggunakan sandi. Bella memasukkan empat nomor sandi yang diketahuinya, tetapi pintu tidak dapat dibuka dan muncul tanda merah yang artinya pin itu salah.
Bella mencoba sekali lagi dan sama, pintu tidak dapat dibuka. Saat Bella mencoba memasukkan sandi untuk ketiga kalinya, pintu apartemen terbuka dan terlihat Nyonya Hall menatapnya penuh dengan rasa tidak suka.
"Kamu akan merusak kunci pintu ini!" tegur Nyonya Hall, masih menatapnya dengan rasa benci.
"Ehm ..., aku yakin memasukkan nomor sandi yang benar. Namun-"
"Kami menggantinya!" ujar Nyonya Hall ketus dan masuk kembali ke dalam apartemen.
Pintu tidak di tutup, bukankah itu artinya Nyonya Hall mempersilahkan dirinya masuk. Bella masuk dengan langkah yang berat. Semakin hari, Bella merasa dirinya semakin tidak diterima.
"Bella!"
Nicholas menghampirinya dan memeriksa kondisi tubuhnya. "Apakah kamu baik-baik saja?" tanya Nicholas cemas.
Bella mengangguk.
"Ayo! Kami sedang makan siang, ayo makan bersama."
Nicholas menggandeng tangannya dan mereka duduk di meja makan bersama dengan kedua orang tua pria itu.
Mereka makan dalam diam, Bella merasa kesulitan menelan makanannya. Selesai makan, Nicholas memintanya duduk di ruang tamu. Pria itu membantu ibunya merapikan meja makan, Bella tidak dapat melakukan itu karena tangannya terluka.
Tidak lama, mereka semua bergabung dengan Bella di ruang tamu. Nyonya Hall duduk di sampingnya dengan sebuah brosur mobil sedan.
"Nicholas, kamu butuh mobil! Kamu kuliah di universitas ternama dan akan memalukan, jika kamu terus menggunakan bus umum!" ujar Nyonya Hall sambil menyerahkan brosur itu kepada putranya.
"Benar! Teman ayah bekerja di showroom mobil dan mengatakan mobil itu sangat nyaman dikemudikan!" tambah Tuan Hall.
"Ini sangat mahal!" ujar Nicholas dan menyerahkan brosur itu kembali kepada ibunya.
"Itu pantas! Ayah sudah mengkalkulasi, kami akan mengambil cicilan untuk 10 tahun. Jadi, uang muka tidak terlalu berat," ujar Tuan Hall tersenyum bahagia."Tapi-"Nicholas tidak memiliki kesempatan untuk mengutarakan keberatan, karena ibunya lanjut berkata, "Turuti perkataan orang tuamu! Itu akan membuat dirimu lebih dipandang tinggi!""Namun, kami masih kekurangan sedikit untuk pembayaran uang muka! Bella, apakah kamu mau membantu Nicholas? Aku yakin, kamu tidak akan keberatan!" ujar Nyonya Hall menatapnya tajam.Bella menelan ludah. Dirinya memiliki sedikit tabungan, tetapi itu untuk biaya kuliahnya tahun depan."Ayolah, Bu! Jangan merepotkan Bella, dirinya sendiri harus-"Kembali ucapan Nicholas terpotong, tetapi kali ini oleh Bella yang buru-buru berkata, "Tentu! Aku akan membantu Nicholas!"Seketika senyum merekah di wajah Tuan dan Nyonya Hall. Hal itu membuat Bella merasa sedikit tenang, walaupun itu artinya dirinya akan kehilang
"Kita akan melewati ini semua bersama," bisik Nicholas.Bella merasa matanya hangat, begitu juga dengan hatinya. Saat ini, Bella merasa sangat beruntung dengan keberadaan Nicholas di sisinya.Bella melangkah masuk melewati pagar rumah dan kembali berbalik menatap Nicholas yang masih menatap dirinya."Pulanglah!" ujar Bella sambil menggerakkan tangannya meminta pria itu segera pergi."Selamat malam," ujar Nicholas sambil melambai pada Bella.Bella menunggu sampai Nicholas menghilang baru membuka pintu rumah. Namun, tangannya yang diletakkan di kenop pintu terhenti, saat sebuah mobil mewah berwarna hitam berhenti tepat di depan rumah mereka.Bella berbalik dan melihat seorang pria berpakaian rapi keluar dari pintu pengemudi, berjalan ke arah pintu penumpang bagian belakang dan membuka pintu itu. Bella melihat sepertinya pria itu adalah seorang supir, jika dilihat dari pakaiannya yang terlihat seperti seragam.Crystal turun dari mobil da
Setidaknya, hari ini Bella dapat melihat ibunya tersenyum dan dirinya berterima kasih karena kedatangan Nicholas.Hari-hari berlalu dengan cepat, tidak terasa tiga tahun sudah berlalu. Saat ini, Bella berusia 20 tahun. Enam bulan lagi, ayahnya akan dibebaskan. Karena kelakuan ayah yang baik, beliau mendapatkan remisi.Bella tidak lagi kuliah. Keuangan keluarga mereka sangat buruk. Uang yang di dapat dari menjahit boneka tidak seberapa. Terlebih, Bella masih harus ikut membayar cicilan kendaraan Nicholas. Namun, Bella tidak keberatan. Nicholas tumbuh menjadi pemuda yang begitu memukau dengan otak brilian.Terkadang, Bella akan merasa berkecil hati saat bersama dengan Nicholas. Banyak hal yang tidak lagi dapat mereka bicarakan, bisa dikatakan jenjang sosial mereka sudah berbeda. Bahkan, Bella sudah jarang pergi ke rumah keluarga Hall. Orang tua Nicholas beberapa kali secara terang-terangan menolak kehadirannya, dengan mengabaikan deringan bel yang dibunyikan olehnya.
"Apa yang membawamu kemari sepagi ini?" tanya Bella yang segera menghampiri Nicholas.Nicholas tidak menjawab pertanyaan itu. Dirinya tahu, setiap hari Sabtu pagi Bella akan ditinggal sendirian oleh ibunya dan karena alasan itulah dirinya datang ke sini pagi-pagi sekali.Bella menatap lekat ke arah Nicholas. Setelah mengenal pria itu begitu lama, Bella tahu ada yang mengganggu pikiran pria itu."Ada apa?" tanya Bella cemas.Nicholas menyentuh wajah Bella dan berpikir, Bella begitu berbeda dengan saudarinya itu. Bella tidak memiliki kecantikan Crystal, tetapi senyum Bella dapat menerangi hatinya. Bahkan, pakaian yang dikenakan adalah pakaian itu-itu saja. Kaos dan celana jeans lusuh. Tidak ada riasan apapun di wajah manis Bella dan itu dulu yang disukainya, saat dirinya belum memiliki pergaulan seluas sekarang. Nicholas akan mulai membandingkan penampilan Bella dengan kenalan wanita lainnya dan itu membuat Nicholas merasa begitu buruk.
Bella meletakkan gagang telepon kembali ke tempatnya. Kecewa, benar dirinya merasa kecewa. Namun, itu hanya ditelannya sendiri dan tidak diutarakan kepada kekasihnya itu. Bella menghela napas dan kembali duduk di ruang tamu, kembali menjahit mata boneka. Perlahan, air mata mulai membasahi wajahnya. Di lubuk hatinya, Bella tahu Nicholas malu akan dirinya. Namun, ada rasa berhutang yang membuat pria itu tetap bertahan di sisinya.Seharusnya, waktu itu Bella tidak menyerahkan kesuciannya kepada Nicholas. Hal itu, malah akan membuat Nicholas terikat padanya. Namun, rasa takut ditinggalkan membuat Bella menyerahkannya.Impiannya yang tersisa, tinggal satu. Hanya satu, yaitu menjadi istri Nicholas Hall. Hanya pria itu yang dimilikinya. Jika, Nicholas meninggalkannya maka dirinya tidak lagi memiliki harapan dan impian. Jadi, karena alasan itulah Bella bersedia menyerahkan kesuciannya, pagi itu. Saat ini, dirinya hanya berharap mengandung dan Nicholas segera meminang
"Crystal, kemarilah!" Tuan Mark Adams meminta Crystal duduk di sofa yang ada di hadapannya. Tentu, malam ini pria itu akan menjaga sikap di hadapan calon tim hukum perusahaannya."Silahkan duduk!" kembali Tuan Mark Adams mempersilahkan mereka.Mereka membahas masalah bisnis dan ternyata Tuan Adams cukup profesional. Begitu juga dengan Crystal, yang sangat cerdas dan kembali membuat Nicholas merasa kagum.Pertemuan mereka berjalan lancar. Pertemuan ditutup dengan jabatan tangan dan senyuman di wajah mereka masing-masing. Tuan Mark Adams tergila-gila dengan Crystal, jadi apapun yang dikatakan oleh wanita itu akan didengarkan dan dipatuhinya.Nicholas merasa semua berjalan begitu lancar dan hal itu membuat rasa percaya dirinya semakin kuat. Setelah selesai membahas bisnis, Tuan Mark Adams menjamu mereka dengan anggur yang mahal. Nicholas minum satu gelas, dirinya tidak pernah minum minuman beralkohol. Pengecualian untuk malam ini, dirinya
Bella bangun saat langit masih gelap. Dirinya membantu menyiapkan sarapan dan ibu sibuk mencuci pakaian. Itulah rutinitas mereka sehari-hari. Crystal di kamar, selesai mandi dan sibuk merias diri dan berganti pakaian.Tok Tok Tok!Pintu diketuk dan itu membuat Crystal keluar dari kamar."Bella, buka pintu!" seru Crystal."Siapa yang datang sepagi ini?" gerutu ibu yang sedang mengepel lantai."Entahlah!" jawab Bella dan berjalan ke arah pintu, diikuti oleh Crystal.Bella membuka pintu."Selamat pagi!" ujar dua orang pria bertubuh tegap di depan pintu.Dari postur dan cara berpakaian, Crystal tahu mereka adalah polisi."Pagi!" sapa Bella kembali."Mobil itu milikmu?" tanya salah satu pria itu."Iya! Itu miliknya!" jawab Crystal."Siapa kalian?" tanya Crystal kemudian."Kami kepolisian bagian Barat kota! Ada kecelakaan di persimpang
"Apakah itu Bella?" tanya Crystal.Nicholas duduk di dalam mobil putih milik Crystal. Ya, Crystal langsung datang menjemput dirinya setelah Bella pergi dengan polisi tadi."Aku sudah meminta bantuan Mark Adams dan mencari tahu akan wanita itu!" ujar Crystal dan mencengkeram kemudi mobil dengan kuat.Crystal belok dan menghentikan mobilnya di bahu jalan. Dirinya tidak dapat fokus, karena kejadian ini."Wanita itu meninggal dalam kondisi hamil! Sialnya, wanita itu adalah kekasih Benedict Knight! Pengusaha terkenal itu. Makanya, kecelakaan ini begitu cepat terungkap dan mereka menemukan beberapa saksi. Ada rekaman pada kamera mobil yang lewat, menangkap mobilmu berhenti di dekat lokasi wanita itu tergeletak. Beruntung saat itu kita masih di dalam mobil dan karena hujan lebat, kamera tidak menangkap sosok pengemudi." Crystal menjelaskan apa yang diketahuinya dari seorang polisi, kenalan sugar daddy nya itu.Semalaman Nicho