Hai! Selamat membaca ya, salam kenal dengan karya pertama saya ...
Danisa yang baru duduk di meja kerjanya itu dikejutkan oleh sebuah notifikasi yang masuk ke dalam ponselnya. Dia berpikir jika sang adik yang memberi kabar soal ibunya, atau dokter yang merawat ibunya di Indonesia. Danisa segera mengambil ponsel yang sebelumnya tergeletak di meja kerjanya dengan jantung yang berdebar. Jemari lentiknya menggeser layar benda pipih tersebut, debaran di dada bergemuruh seiring rasa khawatir akan sesuatu buruk yang terjadi di sana. Seketika matanya membulat, saat mendapati jumlah nominal yang kembali masuk pada notifikasi mobile banking-nya. Sungguh, Danisa tidak percaya. Jika atasannya itu benar-benar mentransfer sejumlah uang yang ia butuhkan. Seiring gemuruh debaran yang semakin bertalu, dengan rasa tak percaya yang terjadi. Senyumnya pun seketika merekah atas apa yang ia dapatkan. Danisa yang sudah mendapat apa yang ia mau itu pun segera mentransfer uang ke rekening adiknya. Setelah melakukan transaksi tersebut, Danisa bergegas melakukan panggilan
Danisa masih dipenuhi dengan rasa bahagia dalam hatinya. Saat mendapati pertanyaan dari Leo rekan kerjanya senyumnya terpancar dari kedua sudut bibirnya itu pun semakin merekah. Kedua matanya berbinar menunjukkan kebahagiaan yang semakin jelas tergambar pada wajah cantiknya. Tingkah yang Danisa tunjukkan itu membuat Leo terheran heran."Pak, kapan lagi mendapat tawaran yang besar tanpa harus bekerja keras? " Danisa berseru gembira, ketika harus mengingat jumlah uang yang akan Danisa dapatkan bosnya itu. Leo yang melihat sikap Danisa semakin menjadi itu menganga tak percaya. Bahkan yang ia tahu sebelumnya jika wanita di hadapannya itu menolak tegas ajakan tiba-tiba Daren yang meminta dirinya untuk menikah dan melahirkan anak. "Aku tidak mengerti dengan Jalan pikiranmu, Danisa? Bahkan kemarin kamu jelas-jelas menolak ajakan Pak Daren."Leo mencoba mengingatkan momen Danisa yang keluar dari ruang kerja atasannya itu dengan menggerutu kesal. Bahkan dia yang menjadi sasaran omelan Da
"Mampus kau. Danis!" Danisa hanya mampu membatin, saat harus bertemu dengan pria yang ada hubungannya dengan pekerjaan yang tidak ia lakukan dengan baik. Dia sangat yakin, jika kedatangan pria itu berhubungan dengan kejadian dirinya bersama tamu yang gagal ia layani. Waktu yang seharusnya digunakan untuk beristirahat saat pulang bekerja, ia harus menghadapi tamunya sekarang.Tatapan tajam yang Danisa dapatkan dari seorang pria yang sedang berdiri dengan kedua tangan masuk ke dalam saku celananya. Danisa membeku sejenak, tapi bagi seorang Danisa menghadapi hal seperti itu adalah hal yang biasa. Tidak akan membuat dirinya lemah hanya dengan ditatap selayaknya korban pelaku kejahatan yang telah tertangkap.Danisa yang semula terkejut dan pias itu beralih dengan wajah yang melukis senyum manis pada kedua sudut bibirnya. Dia melanjutkan langkah menuju ke tempat pria yang ia yakin sedang menunggu kehadirannya. "Hai! Kau menungguku? Apa kau sedang tidak sibuk, hingga kau menyempatkan
“Pokoknya mami nggak mau tahu. Nanti malam kau harus datang di acara makan malam yang sudah Mami buat,” tugas Riana yang tidak ingin mendapatkan bantahan dari putranya lagi.Darren, Putra semata wayangnya itu selalu menolak ajakan yang dilakukan olehnya untuk makan malam. Padahal dirinya memiliki rencana lain dan tentu sangat baik untuk anaknya itu.Tapi, Daren adalah pria yang pintar. Dengan mudahnya dia selalu mampu menolak karena tahu jika mamanya terus mengusahakan dirinya untuk berjodoh dengan wanita pilihan mamanya.“Ma, Daren sibuk. Mama makan malam saja sendiri,” tolak Daren masih dengan suara rendahnya. Dia tidak akan mampu berkata kasar pada wanita yang sangat disayanginya itu. Bahkan segala yang ia usahakan saat ini semata-mata hanya untuk kebahagiaan mamanya.“Sayang, sekali saja kau menurut sama mama. Apa susahnya?” Riana benar-benar dibuat pusing, karena anaknya itu selalu mampu menolak ajakannya dengan berbagai alasan. “Ma, bukan Daren tidak mau mama ajak makan malam.
Suara bel yang terus berbunyi, dan berhasil Mengusik tidur dan Nisa yang masih sangat pulas. Denisa merasa terganggu, dia pun melihatkan tubuhnya, karena suara bel yang sedang memencet itu terus berbunyi seolah tidak memberikan celah bagi penghuni bisa menikmati paginya yang masih gelap menurutnya. “Huaaah!” Wanita yang masih bergelung di bawah selimut hangatnya itu pun menguap kencang. Tak akan malu, sebab tak akan ada siapa pun yang akan mendengar luapan keras yang akan mendengar. Mata gadis yang berada di atas ranjang itu pun mengerjap dengan perlahan. Menatap ke arah gorden yang mengayun lembut. Dari celah kecil yang ada, dia bisa melihat jika hari baru beranjak terang. “Siapa asih pagi-pagi sudah ganggu saja,” geram Danisa kesal. Bunyi berisik bel yang tak henti berbunyi iu berhasil menguras kesabarannya. Meski begitu, dia berusaha bangkit dari atas ranjangnya. Kedua tangannya pun berusaha mengucek mata yang masih terasa sangat mengantuk. Danisa segera melangkah keluar kam
Denisa menggigit Bibir bawahnya, keceriaan yang terjadi dalam dirinya itu pun seketika sirna. Pagi sekali dia sudah mendapatkan banyak petaka dalam hidupnya, jika sebelumnya saat hari hari masih gelap Dia harus dihadapkan dengan kehadiran Nyonya kosnya. Kali ini, ia harus berhadapan dengan bos dinginnya yang bahkan tidak akan menerima alasan apapun jika dia akan memberikan. “Cepat, Danis. Apalagi yang kutunggu?” tanya Leo, Padahal dia sangat tahu jika Danisa sedang cemas. Bahkan Darin sedang menunggu kehadiran wanita yang akan menjadi partner kerja tidak masuk akal Atasannya itu bukan masalah pekerjaan. Tapi sedikit bermain-main dengan wanita di hadapannya itu pun membuat hatinya gembira. Kapan lagi dia bisa melakukan itu kepada Danis, Sebelum menjadi Nyonya Bos dan dia tidak akan bisa menggoda wanita tersebut. “Sebentar, Bapak. Aku sedang mempersiapkan diri untuk menyambut kemarahan Pak Daren. Bapak kayak nggak tahu saja, apa yang akan dilakukan Pak Daren jika aku telat.” Dani
Tanpa berpikir panjang, Danisa mengambil pulpen yang ada di atas meja Daren. Baginya tak masalah, jika setelah melahirkan dia harus menjauh dari kehidupan dari dan anak yang sudah ia lahirkan. Toh dia sudah mendapatkan uang 10 milyar yang akan dilalui dalam waktu kurang lebih dari 10 bulan.Kapan lagi dia bisa memiliki uang sebanyak itu dalam waktu yang begitu singkat. Bahkan melakukan pekerjaan sampingannya dengan penghasilan lebih sering 2 juta tiap malam pun tidak akan mendapatkan sejumlah uang yang akan ia dapat dari Bosnya itu.Gimana nanti kalau sudah Memegang pensil dan bersiap untuk menggoreskan coretan di Atas Kertas itu pun terhenti.Daren yang sejak tadi memperhatikan setiap gerak yang Danisa lakukan menautkan kedua alisnya.“Ada apa? Apa kurang uang kompensasi yang aku beri untukmu?” tanya Daren saat melihat pergerakan tangan Danisa yang tidak jadi membubuhkan tanda tangan di atas namanya itu.Bukan itu yang Danisa pikirkan, melainkan ada sesuatu yang jauh lebih penting da
Danisa segera meninggalkan ruang kerja atasnya setelah mendapatkan pengusiran dari Daren untuknya. Kesal pasti, tapi Danisa tidak pernah menganggap kalimat pedas yang Daren lakukan atasnya itu. Ya, Danisa menganggap angin lalu saja setiap kalimat pedas yang ia dengar dari Daren. Sebab itu lah, hal yang membuat Danisa masih bertahan bekerja dengan Daren. Dia terbilang lama bekerja dari sekretaris Daren yang lain sebelum dirinya yang hanya akan mampu bertahan beberapa bulan saja. Danisa keluar dengan wajah yang sangat ceria, sangat berbeda dengan saat sebelum masuk ke dalam ruangan Daren.Leo yang mendapati perubahan cepat dari Danisa itu pun semakin penasaran, Padahal dia sudah sangat tahu jawaban yang terjadi dari wanita itu. Apalagi kalau bukan Danisa yang ia yakini Sudah menandatangani kontrak yang dari ajukan kepada sekretarisnya itu.“Kau kenapa? Bukannya tadi kau cemas saat hendak masuk ke ruang kerja Pak Daren?” Tanya Leo, sedikit menggoda Danisa akan membuat suasana hati