" Kenapa lo ngikutin gue?" Cevin melirik cewek yang ikut duduk di sampingnya dengan nafas terengah. Karena memang tadi ia jalan cukup cepat.
" Gue khawatir sama lo," ucap Nessa setelah berhasil mengatur napasnya.
" Gue baik-baik aja." Jawab Cevin berbohong.
" Gak." Nessa menggeleng cepat, menyangkal jawaban penuh kebohongan sahabatnya ini. Cevin menaikkan sebelah alisnya, bingung. " Lo gak baik-baik aja. Kenapa gak baikan sama Cavan sih? Dia kan sodara lo, " ucapnya dengan tatapan memohon.
Lagi-lagi Dika melempari ceri mentah kearah kepala Nessa sehingga mengganggu cewek itu yang sedang konsentrasi membaca novelnya. Ia merengut saat melihat Dika yang malah cengengesan di atas sana.Seperti biasa, Dika sedang duduk santai di atas pohon sambil sesekali memetik ceri matang yang terjangkau olehnya sementara ceri yang mentah ia lempari ke Nessa.
" Hey." Sapa Cevin canggung ketika menemukan Nessa keluar dari gang rumahnya. Cewek itu nampak terkejut dengan kehadirannya dan segera bersiap untuk menghindar tetapi tangan Cevin berhasil menahannya." Tunggu Nes."Nessa diam tanpa menoleh kearah Cevin sedikitpun. Setengah hatinya masih merasa sakit dan tidak terima atas perlakuan mantan sahabatnya itu, namun setengah hatinya juga sangat merindukan sahabatnya, sangat. " Ada apa?" Susah payah Nessa menahan tangisnya agar tidak pecah saat mengatakannya." Gue .... Gue minta maaf. Gue terlalu bodoh dan emosian sampe gue nyakitin lo."
" Gue kan udah bilang ke lo kalo Melan gak baik buat lo dan jelas dia juga gak baik buat gue lah," jawab Cavan dengan wajah tenangnya." Tapi gue gak nyangka kalo sampe sebegininya. Kalo dia gak baik kenapa lo malah deketin dia?" Cevin terduduk di samping saudara kembarnya itu dengan wajah pias, seakan semua ini seperti hantaman keras untuknya. Cewek yang selama ini ia sukai tidak sebaik yang ia pikir. Bahkan cewek itu begitu licik mendominasi dirinya dan menyuruhnya untuk menjauhi sahabatnya sendiri, Nessa. Ia semakin merasa bersalah dengan sikapnya dulu yang sangat bodoh." Gue gak mau kalo dia gangguin lo terus dan
" Cavan mana sihh?!" Nessa celingukan di tempatnya mencari sosok cowok yang udah beberapa bulan ini menjadi pacarnya. Padahal sekarang acara prom night untuk perpisahan kelas dua belas tapi cowok itu tiba-tiba menghilang." Kapan ya gue dicariin sama cewek begini." Ucap Cevin yang sedari tadi berdiri disamping Sahabatnya itu.Nessa mencebikkan bibirnya." Makanya jangan jomblo terus."
Entah sejak kapan komplek sekolah ini menjadi begitu ramai dengan suara-suara besi yang saling beradu. Di bayangan kalian mungkin ini seperti sebuah pertarungan sengit kayak di film-film. Tapi ini dunia nyata.Di komplek sekolah. Tempat yang seharusnya ramai dengan kendaraan pengantar siswa atau ramai dengan lalu lalang orang-orang berseragam sekolah.Tapi kali ini sekitar komplek ini ramai oleh...Suara besi teradu.
Semenjak kejadian terjebak dalam tawuran dua tahun lalu. Sejak itu pula Nessa bersahabat dengan Cevin dan Cavan. Dua cowok kembar yang ternyata ganteng itu.Iya sih waktu SMP Nessa hanya melihat mereka sebagai dua cowok ingusan yang satunya suka bikin onar dan yang satunya suka bikin keki akibat sikap dinginnya.Walaupun saat itu mereka beda sekolah tapi Nessa selalu menyempatkan diri main ke tempat Cevin dan Cavan, begitu juga sebaliknya. Yang lebih sering sih Cevin karena Cavan lebih sering menghabiskan waktu untuk bimbel.
Hari kedua MOS ...." Sakit mah!" Jerit Nessa saat Fina -Ibunya menguncir rambutnya sebanyak tanggal ulang tahunnya. Untung aja tanggal lahirnya itu tujuh. Gak kebayang kalo yang tanggal lahirnya tiga puluh atau dua puluh lah minimal. Itu rambut pasti lebih mirip sarang burung." Emangnya mamah jambak apa sampe sakit segala." Cetus Fina sambil menguncir rambut Nessa dengan karet jepang.Nessa mencebikkan bibirnya. Setelah selesai ia langsung pamit ke mamahnya untuk berangkat ke sekolah.
Sosok Dika memang sudah sangat di kenal di SMA Bhakti Mulia. Dia anak kelas sebelas yang paling tengil tapi ganteng tapi paling doyan bikin onar. Dia seringkali terlibat dalam tawuran dan perkelahian. Padahal pemicu perkelahian itu seringkali hanya soal masalah kecil. Tapi emang dasarnya Dika emosian jadi lah ia menanggapi semua tantangan yang datang padanya.Seperti hari ini, tiba-tiba Gio datang diikuti Albert dan Revan yang terkenal menjadi sahabat Gio itu masuk ke dalam kelas IPS XI-1 yang menjadi kelas Dika. Sosok yang dicarinya sedang mengerjai teman didepannya dengan menaburi serbuk bekas serutan pensil diatas kepala Kania yang sedang tertidur.