Hello, guys.Support me, please!Kiss ❤️____________
Dum … tak … Dum … tak Suara musik klasik khas, mengantarkan para pasangan berdansa di atas marmer putih mengkilap. Gerakan mereka apik dan beraturan; seirama dengan nada musik. "Aleta … lihat ke sini!" seru wanita muda bergaun silver tanpa lengan. Dalam genggaman tangannya ada sebuah kamera kecil yang ia gunakan untuk memotret setiap gerakan cantik Aleta. "Ya Tuhan, tersenyum sedikit …!" teriaknya bernada memerintah. Sembari menggerakkan kakinya ke kanan dan kiri, Aleta menarik sudut-sudut bibirnya hingga wajah gadis itu memamerkan senyum badut. "Apa kau tidak bahagia, Aleta?" Giliran pria pasangan dansanya angkat bicara. &
Pukul 03:00 dini hari.Ruangan dingin serta dipenuhi keluarga nyamuk telah menjadi tempat persinggahan Aleta. Gadis itu meringkukan tubuh di pojokan dengan tatapan lekat ke besi-besi pembatas dirinya.Satu jam sudah berlalu semenjak ia memasuki neraka dunia, ia pun telah menghitung lebih dari 20 angka. Namun, sosok berkumis tebal yang ia tunggu tak kunjung tiba.
Langit mulai redup, sedang jarum pendek jam baru melalui setengah putaran. Pertanda hujan memberi aba-aba kedatangannya. Beberapa orang mulai berlarian, terkecuali Jhon. Selepas bermandikan keringat bersama tiga pelatih bela diri sekaligus. Jhon memutuskan keluar membeli sesuatu, tentu sebagai pengganjal kekosongan perutnya. Ia menyusuri setiap toko, berharap ada makanan yang bisa diterima lambung Indonesianya. Akan tetapi perjalanan hampir 15 menit, tak satupun isi toko memuaskan pencarian Jhon. Kedua bola matanya memutar kesal. "Apa Aku harus makan mie setiap hari," gerutunya, sambil berjalan. Tetiba Jhon berhenti. Ia yang sudah melewati tiga langkah dari satu toko ke toko lain. Pun berjalan mundur, kepala
Lantunan musik Ballerina bergema di setiap sudut kamar Aleta. Bermodal dress hitam kesukaannya, sepatu balet serta rambut tergerai. Gadis itu berjinjit, melompat dan memutar mengikuti nada irama.Gerakannya begitu luwes dan rapi, seakan-akan ia penari balet sungguhan."Pieter …" panggil Aleta di sela tarian.
Jarum jam masih berputar satu arah, pergerakannya pelan tapi pasti merubah detik menjadi menit dan menit menjadi jam.Semua berlalu begitu cepat hingga lima hari sudah Pieter bekerja dibawah keluarga Louison.Mulanya Pieter tak begitu menggubris segala keanehan tuannya, lantaran ia sudah sering mendengar tentang Aleta yang seringkali bolak-balik masuk Hotel Torpedo. Tapi berbeda dengan hari
Give me your rate and comments. Xie xie ni.__________Semburat jingga pemilik senja tak terlihat dipelupuk mata, langit biru nan cerah berubah gelap keabu-abuan. Tampak rembulan masih malu-malu menyapa dibalik awan. "Aleta …" sebut Jhon. Suaranya lirih seperti embusan nafas. "Aku me … rindukan … mu."
Mimpi buruk telah berakhir, menyisakan peta-peta kecil yang tergambar tipis pada sarung bantal merah maroon milik Aleta.Gadis itu mengerjapkan mata kala ketukan pintu memenuhi gendang telinganya.