Singgih langsung mengendong Kinara yang menangis dalam pelukan Ayu, Ibu pun sedang menggenggam tangan Kiara yang tak mau lepas dari Neneknya."Aku bawa kinara keluar dulu, biar dia tenang." ijin Singgih dan diiyakan oleh Ayu yang terus menyeka air matanya. Baru kali ini si kembar rewelnya tiada tara, walaupun masih berumur tiga tahun, tapi mereka berdua mengerti kesibukan mamanya, bahkan perhatian dari Neneknya menjadikan Kiara dan Kinara bergantung terus pada Neneknya, dulu semasa ada baby sitter bisa terbantu sedikit."Ayu, istirahatlah, bila kau menangis terus, Kiara tidak akan tenang melihatmu.' saran Ibu dan mengelus pundak anaknya."Aku tak tega melihatnya Bu," Tangan Ayu mengelus tangan mungil anaknya yang telah di gips . Tangan kiri Kiara retak pada sudut tulang sendinya. Memang Dokter mengatakan hal ini tak mengapa, karena pertumbuhan tulang muda masih pesat dan mudah sembuh dengan bantuan obat gamat."Ibu tahu, tenang ya, syukur Alhamdulilah ada Singgih, dia tadi yang bayar
Kali ini, Ayu hanya fokus pada sidang perceraiannya yang ke dua, dengan ketidak hadiran dari pihak tergugat, yaitu Prasetya, malah menjadikan ketuk palu tiga kali sukses. Ayu sah berpisah dari Prasetya, kini menyandang predikat janda.Waktupun berlalu, keadaan Pras menjadi sepenuhnya tanggung jawab Mami, karena dia yang mengemban amanah dari Papi, untuk kehidupan Pras, begitu juga Prasetyo , lelaki yang tak mau miskin, tak mau susah dan tak mau menjadi gelandangan. Masa trauma dulu pernah dialami menjadikan dirinya harus menginduk pada orang yang mau dengan ikhlas merawatnya, Rumah Mami yang besar di Swiss tempat yang aman untuk Pras, karena dirinya yang tak bisa berkomunikasi dalam bahasa inggris, menjadikan lelaki itu hanya dijadikan sebagai tukang kebun seperti profesinya yang dahulu.Ayu sudah menyerahkan semua urusan perusahaan pada Desi. Kini kegiatan Ayu untuk memenuhi kebutuhan berencana membuka toko butik sesuai keinginannya sejak awal.Perceraian dengan Prasetya sama dengan
Kali ini Ayu tak mau berspekulasi terlalu tinggi, tanggapan dan respeknya terhadap Singgih mungkin tak terlalu dalam. Apa lagi, melihat kebaikan yang Singgih berikan padanya tulus murni karena hanya ingin menolong saja.Malam ini, ibu menanyakan hal tersebut, tentang kedekatan dirinya dengan lelaki jomblo tersebut. Mungkin tak pantas janda dua kali akan mendapatkan suami bujangan, tajir lagi. Walaupun Singgih memang sudah berumur matang.Entah dalam kesendiriannya, lelaki itu betah, di samping itu kedua orang tua Singgih pun sudah almarhum, hanya ada satu adik perempuannya yang sudah menikah dan kini tinggal bersama suaminya di Kalimantan.Ayu tak bisa memejamkan matanya malam ini. Wajah Singgih selalu ada di pelupuk matanya. Apakah aku bisa menerima dia? Sementara sejak kedatangan Desi, seakan dia selalu hadir di kantor Singgih, itu yang tadi siang lelaki itu laporkan. Ada apa sebenarnya? andaipun bisa menilai, Desi bisa mendapatkan. seorang pasangan yang kaya lagi, atau sekedar tem
"Aku minta, kau bersedia Ayu, maafkan aku.""Tak bisa, aku sudah punya usaha sendiri, bagaimana butikku yang baru saja buka?""Tapi ini urgen, penting sekali. dari perusahaan Manunggal maunya ada kamu."Ayu terdiam, " Aku bilang nggak bisa Desi, sungguh."Desi tampak kecewa, " aku baru saja merintis perusahaan yang dulu, Ayu cobalah untuk kerjasamanya." Ayu menatap tajam pada Desi. "Aku yang seharusnya minta perhatianmu Desi, mohon pengertianmu. Aku baru mulai usaha."Desi menatap kecewa pada Ayu."Maaf, aku pergi, aku butuh kamu cuma beberapa hari saja ....". Desi segera pergi meninggalkan. rumah Ayu tanpa pamit. Ayu menjadi serba salah. Mengapa harus ada hal seperti ini sih?Perasaan Ayu lagi tak menentu, hingga sempat membentak kedua putri kembarnya, selama ini dirinya tak pernah berkata keras pada keduanya, Akhirnya jadi bad mood semuanya."Nenek mau main ke taman bermain, siapa yang mau ikut?" Akhirnya ibu Rita pun memberikan solusi untuk si kembar yang rewel hari ini "Bu, apa
"Aku itu, orangnya gampang badmood loh," kata Desi sambil menatap pria didepannya."Kau tahu sifatku ini iya kan?" sambungnya lagi dan menuangkan air minum di gelas si pria." Tapi aku sudah berubah, aku bukan Singgih yang dulu. aku buk—""Stt, aku tak butuh pernyataan mu saat ini, aku juga nggak butuh perubahanmu, yang aku tahu kau adalah Singgih yang aku kenal dulu, yang pernah ada dalam hatiku, Apakah tak kau ingat saat itu?""Aku mau pergi ," Singgih akan bangkit dari duduknya, tapi tangannya dicegah Desi dengan kuat."Apa perlu aku bongkar kelakuanmu dulu? aku mengancam saat ini, bila bukan kau pemilik perusahaan besar itu, aku tak sudi bertemu kau lagi! tapi ternyata kau ada saat gentingnya perusahaanku," ucap Desi setengah mengancam. Singgih duduk kembali, lalu menatap Desi dengan pandangan tak menyenangkan."Kau mau mengancam akan membongkar kelakuanku dulu di depan Ayu bukan?"Desi tersenyum manis, "Nah, itu pintar, kita bisa tukar deal. aku minta, tender dengan perusahaan Ang
Brak! pintu terbuka dengan kasar, masuklah Desi dengan wajah marah," Kau dungu atau bego Ayu!" bentak Desi dengan menggebrak meja saat Ayu sedang duduk di balik meja kerjanya."Kau ini kenapa Des? datang marah-marah nggak jelas!" seru Ayu kaget dan mencoba untuk tenang menghadapi Desi."Aku sudah janji dengan Singgih kalau besok dia akan menemani aku menemui klien, tapi kau malah pilih besok untuk hari lamaranmu! kau ini tak bisa mengerti sedikit aja Ayu!" "Lho, aku tak tahu kalau hari itu kau ada janji dengan Singgih dan Singgih tak bilang padaku, dia juga langsung setuju dengan harinya yang aku ajukan ""Halah! kau sengaja bukan? kau sengaja menghancurkan bisnisku! kau sakit hati kan? karena perusahaan aku ambil alih lagi, yang perusahaan ini adalah milikmu, karena sempat menjadi milik Mas Pras!!""Desi! aku tak berpikiran begitu! inilah akibatnya, aku sudah minta persetujuan kamu, aku kembalikan semua pemberianmu, termasuk rumah yang aku tempati sekarang, kau bilang tak usah! seka
Kericuhan malam ini dalam Kamar Desi tak dihiraukan Santi. Hal ini ternyata sudah terbiasa terjadi, Pada awalnya, pasti Santi akan terhenyak pada kenyataan yang ada, penampilan yang cetar cantik membahana berbeda jauh saat wanita bernama Desi itu marah. Walaupun tidak setiap hari, tapi pelampiasan kemarahan Desi pasti akan membanting semua barang apa saja yang ada didekatnya. Dulu jarang ia lakukan, berangsur sifat kekanakannya akan hilang dengan sendirinya, tapi saat bertemu dengan Singgih, rasanya hak tersebut timbul kembali. Dendam pada masa lalunya, saat lelaki yang bernama Singgih itu merenggut apa yang paling berharga pada diri Desi. Sungguh sebuah kesalahan yang sangat fatal, yang tak disadari oleh Desi kala itu. Tapi kenyataan pun tak sesuai harapan, ternyata Singgih terlibat persengkokolan dengan temannya, karena perbuatan inilah, dirinya dijebloskan dalam penjara, karena sempat merampok rumah Desi bersama beberapa temannya!Hal yang sudah dikuburnya dalam-dalam, kini hadir l
Waktupun berlalu, sejak tender itu Ayu semakin gemilang, apa yang Ayu prediksikan tak meleset, desain bajunya laris manis di pasaran, tentu saja Butiknya mendapat nama besar atas model tersebut. Hal tersebut tak berpengaruh pada perusahaan milik Bu Dewi yang juga jor-joran produksi baju yang sedang naik daun tersebut, keduanya saling untung, Nama butik milik Ayu semakin berjaya. Keadaan berbalik terjadi pada Desi, perusahaan yang di kelolanya gulung tikar, dia sudah minta suntikan dana pada maminya di Swiss, juga bahan prodak kain sarung yang mulai merokok tajam. "Mih, ini bagaimana? produksi sudah distop dan karyawan pun sudah tak ada," kata Desi bercerita pada Maminya. "Kalau kau berani spekulasi, jual perusahaan itu dan banting stir usaha, kau bisa usaha yang kau kuasai. " "Beneran mih? lelang saja?" "Iya, bila hal itu perlu dilakukan dari pada biaya produksi tak bisa menutupi kan?" "Baik mi, aku usahakan," jawab Desi seakan ada semangat baru lagi. "Minta bantuan Pak Selamet