"Aku itu, orangnya gampang badmood loh," kata Desi sambil menatap pria didepannya."Kau tahu sifatku ini iya kan?" sambungnya lagi dan menuangkan air minum di gelas si pria." Tapi aku sudah berubah, aku bukan Singgih yang dulu. aku buk—""Stt, aku tak butuh pernyataan mu saat ini, aku juga nggak butuh perubahanmu, yang aku tahu kau adalah Singgih yang aku kenal dulu, yang pernah ada dalam hatiku, Apakah tak kau ingat saat itu?""Aku mau pergi ," Singgih akan bangkit dari duduknya, tapi tangannya dicegah Desi dengan kuat."Apa perlu aku bongkar kelakuanmu dulu? aku mengancam saat ini, bila bukan kau pemilik perusahaan besar itu, aku tak sudi bertemu kau lagi! tapi ternyata kau ada saat gentingnya perusahaanku," ucap Desi setengah mengancam. Singgih duduk kembali, lalu menatap Desi dengan pandangan tak menyenangkan."Kau mau mengancam akan membongkar kelakuanku dulu di depan Ayu bukan?"Desi tersenyum manis, "Nah, itu pintar, kita bisa tukar deal. aku minta, tender dengan perusahaan Ang
Brak! pintu terbuka dengan kasar, masuklah Desi dengan wajah marah," Kau dungu atau bego Ayu!" bentak Desi dengan menggebrak meja saat Ayu sedang duduk di balik meja kerjanya."Kau ini kenapa Des? datang marah-marah nggak jelas!" seru Ayu kaget dan mencoba untuk tenang menghadapi Desi."Aku sudah janji dengan Singgih kalau besok dia akan menemani aku menemui klien, tapi kau malah pilih besok untuk hari lamaranmu! kau ini tak bisa mengerti sedikit aja Ayu!" "Lho, aku tak tahu kalau hari itu kau ada janji dengan Singgih dan Singgih tak bilang padaku, dia juga langsung setuju dengan harinya yang aku ajukan ""Halah! kau sengaja bukan? kau sengaja menghancurkan bisnisku! kau sakit hati kan? karena perusahaan aku ambil alih lagi, yang perusahaan ini adalah milikmu, karena sempat menjadi milik Mas Pras!!""Desi! aku tak berpikiran begitu! inilah akibatnya, aku sudah minta persetujuan kamu, aku kembalikan semua pemberianmu, termasuk rumah yang aku tempati sekarang, kau bilang tak usah! seka
Kericuhan malam ini dalam Kamar Desi tak dihiraukan Santi. Hal ini ternyata sudah terbiasa terjadi, Pada awalnya, pasti Santi akan terhenyak pada kenyataan yang ada, penampilan yang cetar cantik membahana berbeda jauh saat wanita bernama Desi itu marah. Walaupun tidak setiap hari, tapi pelampiasan kemarahan Desi pasti akan membanting semua barang apa saja yang ada didekatnya. Dulu jarang ia lakukan, berangsur sifat kekanakannya akan hilang dengan sendirinya, tapi saat bertemu dengan Singgih, rasanya hak tersebut timbul kembali. Dendam pada masa lalunya, saat lelaki yang bernama Singgih itu merenggut apa yang paling berharga pada diri Desi. Sungguh sebuah kesalahan yang sangat fatal, yang tak disadari oleh Desi kala itu. Tapi kenyataan pun tak sesuai harapan, ternyata Singgih terlibat persengkokolan dengan temannya, karena perbuatan inilah, dirinya dijebloskan dalam penjara, karena sempat merampok rumah Desi bersama beberapa temannya!Hal yang sudah dikuburnya dalam-dalam, kini hadir l
Waktupun berlalu, sejak tender itu Ayu semakin gemilang, apa yang Ayu prediksikan tak meleset, desain bajunya laris manis di pasaran, tentu saja Butiknya mendapat nama besar atas model tersebut. Hal tersebut tak berpengaruh pada perusahaan milik Bu Dewi yang juga jor-joran produksi baju yang sedang naik daun tersebut, keduanya saling untung, Nama butik milik Ayu semakin berjaya. Keadaan berbalik terjadi pada Desi, perusahaan yang di kelolanya gulung tikar, dia sudah minta suntikan dana pada maminya di Swiss, juga bahan prodak kain sarung yang mulai merokok tajam. "Mih, ini bagaimana? produksi sudah distop dan karyawan pun sudah tak ada," kata Desi bercerita pada Maminya. "Kalau kau berani spekulasi, jual perusahaan itu dan banting stir usaha, kau bisa usaha yang kau kuasai. " "Beneran mih? lelang saja?" "Iya, bila hal itu perlu dilakukan dari pada biaya produksi tak bisa menutupi kan?" "Baik mi, aku usahakan," jawab Desi seakan ada semangat baru lagi. "Minta bantuan Pak Selamet
"Aku menceraikan kamu, Ayu Indira!" Suara Bram begitu tegas di depan Ayu, yang sudah menangis, menatap kecewa pada suaminya, yang dengan matanya jelas-jelas, menggandeng wanita itu dengan erat. Sedang dirinya yang sebagai istri sah nya hanya bisa berdiri mematung tak bisa berkata-kata lagi."Dengar itu, Ayu, suamimu sudah menceraikanmu, jadi pergilah kau dari rumah ini, paham!' seru wanita dalam genggaman mantan suaminya.Ayu melihat wanita itu dalam amarah, wanita yang seharusnya berada di dapur, yang tugasnya membereskan dan membersihkan rumah, malah kini dibela suaminya, karena perselingkuhan mereka."Aku lebih baik bercerai dengan suamiku, dari pada aku bersaing dengan wanita seperti kamu, Bik Harni," ucapan Ayu membuat wanita itu merengek manja pada Bram. Ayu semakin jijik melihat tingkah suaminya menenangkan wanita di sampingnya. "ealah ... seperti itu toh, seleramu Mas, ah aku pikir jas dan mobil mewahmu, cerminan selera dan derajatmu, atau ... bik Harni, asisten rumah tangga
Sesampainya di tempat acara. Di sebuah hotel bintang tujuh. Ayu merasa kikuk melihat para big bos ada di sana. Wanita cantik dan berwajah elegan ini, terus saja mengekori Desi, sahabatnya. Lagian dirinya tak kenal sama sekali. Banyak mata yang memandang janda baru itu. Justru Ayu semakin jengah saja. Begitu juga, Pras, suami Desi. Baru saja dikenalkan secara dekat. Tapi mata Pras terus saja menatap Ayu tanpa berkedip."Aku nggak enak, Des. Apa suami kamu marah padaku? karena bawa aku yang udik ini?" bisik Ayu lirih di telinga Desi.Mendengar hal tersebut, Desi hanya tersenyum saja. Niatnya ingin mengenalkan Ayu pada salah satu kolega suaminya. Akan tetapi diurungkannya. Pasalnya, Suaminya pun ada hasrat pada Ayu."Sudah tenang saja, tetaplah di dekatku."Waktu pun berlalu, Ayu sudah semakin akrab dengan Pras dan beberapa teman rekan kerjanya. Saatnya pulang, ternyata Linda dan pasangannya sudah pulang duluan dengan rombongannya, Kini, Ayu pulang di antar Pras dan Desi.Ayu duduk di be
Ayu duduk dalam gelisah. apakah dirinya harus bahagia atau bersedih.Kini, dirinya duduk di sebuah ruang tamu yang sangat megah. Rumah Desi bak istana sultan.Tak lama, seorang lelaki muda berparas tampan,dengan tubuh atletia.. Keluar dan berjalan beriringan dengan Desi. Wajah Desi yang tersenyum dari tadi membuat Ayu membalasnya dengan senyuman pula."Tuh , ada Ayu, Mas ....." "Oh, ya. wah, sudah lama Yu?" tanya Pras, tanpa canggung sama sekali."Baik," jawab Ayu kemudian, berdiri, dan menyambut uluran tangannya. Jabatan tangannya cukup kuat menganggap tangan Ayu.Prastyo, memandang Ayu dan tersenyum ramah."Sepertinya, kita harus main ke rumah ibunya Ayu, sayang." cakap Pras tiba-tiba."Oh, tentu saja. nanti aku atur waktunya, ya, begitu Ayu. nanti bilang pada Ibu. aku dan suami mau sowan ke rumah ibumu."Ayu hanya mengangguk dan menundukkan kepalanya. Sebuah polemik bagi Ayu, tapi. tak mungkin bisa mundur.***"Apa kau sudah gila, Yu?!" Ibu bertanya dengan nada tinggi."Maafkan Ay
Sudah hampir empat bulan berlalu, kini masa iddah Ayu telah usai. Apa yang dijanjikan Pras dan Desi betul-betul dilaksanakan.Saat ini, Ayu duduk dalam balutan kebaya berwarna putih tulang, dan kembaran dengan Desi. Di meja kecil, Pras, mengucapkan ijab kabul atas nama Ayu Indira"Sah ....""Sah!!" Para tamu, serentak bertepuk tangan.Ya Allah, Ayu sudah sah menjadi istri ke dua dari Prasetyo, batin Ayu pelan. Desi menggandeng tangan Ayu untuk mendekati suaminya, lalu menarik tangannya untuk bersalaman dengan Ayu.Ada sebuah cincin permata berlian yang tersemat di jari Ayu. Itu adalah pertama kalinya Ayu bisa memakai cincin begitu mahalnya. Dulu, Bram mantan suaminya, hanya memberikan sebuah cincin biasa seberat lima gram. Ibu, tampak tersenyum terus, bahagia ya, Bu. mendapat mantu yang kaya raya, Tapi anaknya hanyalah menjadi istri yang kedua. batin Ayu. Seutas senyuman terpaksa Ayu berikan untuk menutupi rasa yang tak bisa dijabarkan dengan kata-kata.Malam ini, bukan saja malam ba