Share

(Bukan) Istri Pilihan Sang Pewaris Lumpuh
(Bukan) Istri Pilihan Sang Pewaris Lumpuh
Penulis: Qeqe Sunarya

1 - Balas Budi Seorang Cucu

“Raya, bersiap dan pasang senyummu semanis mungkin saat calon suamimu datang nanti!”

Raya terkejut mendengar ucapan neneknya tersebut. Sepengetahuannya, dia di sini untuk menemani sepupunya dalam pertemuan dua keluarga untuk membicarakan pernikahan sang sepupu tersebut.

Namun, kenapa neneknya justru mengatakan hal itu?

"Bukannya kita di sini untuk pertemuan keluarga dengan calon suami Yarina, Nek?" tanya Raya heran.

"Enak aja," sahut sepupunya sebelum sang nenek menyahut. "Kamu yang lebih pantas jadi istri lelaki cacat kayak dia!"

Raya mengernyit ketika mendengar hinaan dari sepupunya. Namun, ia tetap menatap sang nenek, meminta jawaban.

“Andromeda lebih pantas untuk kamu.” Nenek Raya berkata dengan nada ringan. Meskipun begitu, sorot matanya penuh intimidasi pada Raya.

Terperangah pada perkataan nenek dan sepupunya, Raya hanya bisa terdiam. Mereka sedang berada di sebuah restoran salah satu hotel bintang lima saat ini. Walaupun tengah berada di ruang pribadi, Raya enggan bereaksi berlebihan karena takut menjadi pusat perhatian. Akan tetapi, tidak bisa disangkal, rasa kecewanya cukup besar.

Pasalnya sejak pagi tadi, Raya sudah sangat bahagia atas perlakuan neneknya yang tidak biasa. Sarapannya diantarkan ke kamar, neneknya juga meminta terapis untuk datang memberikan perawatan SPA lengkap dari ujung rambut ke ujung kaki, membawanya pergi ke mal untuk membeli baju cantik, lalu mengajaknya ke salon.

Raya pikir, akhirnya setelah Yarina dipersunting oleh keluarga ternama pemilik beberapa jalan tol negeri ini, sang nenek akhirnya sadar kalau hanya tinggal Raya yang akan menemaninya. Itu sebabnya sikap neneknya berubah menjadi baik. Namun, rupanya semua pikiran Raya tidak benar.

Sang nenek ternyata hanya ingin Raya tampil "pantas" untuk menggantikan sepupunya menikah dengan Andromeda Prakarsa.

“T–tapi aku belum mau menikah, Nek,” ucap Raya gugup, mencoba untuk mengubah keputusan sepihak ini.

Sepupunya tertawa mendengar penolakan Raya, mengejeknya.

"Memangnya kamu mau apa selain menikah?" ejek sepupunya tersebut. “Jadi orang itu harus tahu balas budi."

"Gadis pintar," puji si nenek sembari tersenyum lembut pada Yarina, sepupu Raya. Namun, tatapannya kembali tajam ketika beralih pada Raya. "Kamu sudah aku besarkan, aku penuhi semua kebutuhannya. Sekarang karena sudah besar, kamu harusnya bisa berpikir."

"Benar, Raya." Bibi Raya menimpali. Riasan tebalnya tampak mencolok dan membuat wajahnya semakin sinis. "Tidak ada yang gratis di dunia ini. Bersyukur, masih ada Nenek yang merawatmu. Kalau tidak, mau jadi apa? Mau tinggal di panti asuhan? Jadi gelandangan?”

Raya menundukkan wajahnya. Ia tidak bisa menyangkal bahwa ia bisa seperti ini atas jasa neneknya. Namun, ia kurang menyukai ide bahwa dirinya "dilemparkan" sebagai pengganti sepupu yang kerap kali menindasnya.

Raya dan sepupunya, Yarina, sama-sama cucu kandung sang nenek. Namun, mereka dibesarkan dengan kasih sayang yang sangat berbeda. Yarina begitu dimanja dan dielu-elukan, sedangkan Raya diperlakukan bak cucu tiri yang keberadaannya sering tidak diperhitungkan. Awalnya Raya tidak mengerti kenapa. Baru ketika dirinya sudah cukup besar, ia mengetahui bahwa mendiang ayah Raya nekad melawan orang tuanya dan menikahi ibu Raya yang tidak jelas asal usulnya.

Naas, keduanya tewas dalam sebuah kecelakaan, terpaksa meninggalkan Raya yang akhirnya diasuh oleh sang nenek yang membencinya.

"T-tapi, Nek--" Baru saja Raya ingin berucap, neneknya sudah langsung menyela.

“Kamu berani membantah Nenek, Raya?”

Meski tanpa bentakan, Raya tahu kalau neneknya sedang marah dan Raya pun selalu tidak ingin membuat masalah dengan neneknya tersebut.

Sejak kecil, saat Raya dianggap tidak menurut dengan neneknya, dirinya kerap dihukum oleh sang nenek dengan berbagai cara. Hukuman-hukuman tersebut menimbulkan trauma tersendiri bagi Raya kecil hingga membuatnya tidak berani melawan apa pun kehendak neneknya sampai saat ini.

Merasa tak berdaya, Raya menundukkan kepalanya. Diam-diam tangan Raya menyelinap merogoh tasnya, meraih ponsel lalu membuka laman webnya. Mengetikkan keyword “Andromeda Prakarsa”.

“Paling tidak aku tahu siapa dia, bentuknya seperti apa,” batin Raya.

Jujur selama ini dia tidak tahu sama sekali siapa sosok itu, siapa keluarga Prakarsa. Raya tidak tertarik dengan kalangan atas karena sepupunya kerap kali memanfaatkan pergaulan sosialita untuk makin merendahkannya.

Raya menemukan banyak berita yang mengasumsikan betapa misterius, arogan, dan angkuhnya seorang Andromeda Prakarsa, yang juga disertai dengan berita tentang peristiwa kecelakaan maut beberapa tahun silam yang dialami Andromeda bersama kedua orang tuanya, yang menewaskan orang tua Andro tersebut.

“Ah, dia juga sudah tidak punya kedua orang tua,” batin Raya lagi. Entah mengapa makin ia mencari tahu, Raya justru makin penasaran. Pencapaian-pencapaian gemilang Andro terkubur artikel penuh asumsi dan berita duka.

Menelusuri lebih jauh, Raya menemukan foto kondisi Andromeda baru-baru ini. Dia dikabarkan baru pulih dari tidur panjangnya tahun lalu dan menderita kelumpuhan sehingga menyebabkan Andro harus memakai bantuan kursi roda untuk melakukan semua aktivitasnya.

Saat ini, ketika Raya masih asyik membaca artikel di ponselnya, ada tangan yang meraih ponsel Raya di bawah meja.

"Baca apa sih?" gerutu Yarina. Sekilas, ia melihat layar ponsel Raya sebelum melemparnya ke atas meja. "Halah, sudah deh. Bersyukur saja Nenek menjodohkanmu dengan anak keluarga terhormat. Coba cari sendiri kalau bisa! Siapa yang mau nikah sama anak dari ibu yang tidak jelas asal usulnya.”

Bola mata Raya melebar. Namun, ia hanya diam dan menatap sepupunya.

“Apa lihat-lihat? Kamu pikir aku takut diliatin kayak gitu?” Yarina balas memelototi Raya. "Lagi pula aku benar, kan? Tenang aja, kalian tetap cocok kok. Satunya spek pembantu satunya selalu butuh dibantu.”

Bibi Raya terkikik mendengar ucapan putrinya. Baru saja wanita itu mau menimpali, tiba-tiba sebuah suara bariton penuh wibawa terdengar dari pintu masuk ruangan pribadi tersebut.

“Siapa yang Anda maksud, Nona?”

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Hamrun Aditya Naufal Abiyyu
lumayan bagus ceritanya
goodnovel comment avatar
Kiki Sulandari
Jahat sekali keluarga neneknya Raya.....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status