Share

Bab 2 Masa Lalu

Radhy Arfian, seorang pengusaha kaya raya yang mewarisi perusahaan kakeknya, kembali ke kota kelahirannya setelah lama menggeluti pekerjaan di luar negeri dengan mitra bisnisnya. Lima tahun dia habiskan di negeri orang dan akhirnya memutuskan kembali karena hal penting yang harus dia tangani. Radhy sedang dalam perjalanan menuju kantor, dia baru saja dijemput oleh supir pribadinya di bandara. Kakeknya meminta untuk langsung ke kantor karena ada pekerjaan mendesak. Mobilnya melaju di tengah hujan.

Radhy memiliki penampilan yang menawan. Tinggi dan tampan. Dia juga terkenal sangat gila kerja. Seperti halnya hari ini, dia bisa saja memilih istirahat setelah perjalanan panjang dan melelahkan. Tapi pria itu malah mengiyakan permintaan kakeknya untuk langsung menghadiri rapat. Radhy sibuk dengan ponselnya melihat jadwal rapat dan materi rapatnya.

Tiba-tiba mobil berhenti, Radhy agak terdorong ke depan.

"Ada apa Pak?" tanyanya pada sopir.

Pak sopir melihat ke depan berusaha mengetahui apa yang terjadi. Dia melihat seorang perempuan kehujanan dan sepeda motor yang melindas payung.

"Sepertinya ada payung yang jatuh di jalan, nak."

Radhy melirik sekilas ke luar kaca mobil. Dia melihat perempuan jilbab marun yang basah kuyup sedang memayungi wajahnya dengan tangan.

"Kasihan ada yang kehujanan, payungnya juga sudah rusak," kata pak sopir.

"Ada payung di laci depan, berikan saja Pak!" Radhy merasa sedikit prihatin dengan orang yang kehujanan tersebut, namun dia segera mengalihkan  pandangannya ke layar ponsel. Dia harus fokus pada pekerjaan.

Kemudian pak sopir mengambil payung itu, membuka kaca mobil, dan berkata pada gadis yang kehujanan di luar,

"Ini ambil payungnya! Kamu basah kuyup. Ambil saja untuk kamu!"

Perempuan itu langsung menyambut payungnya dan tersenyum.

"Terima kasih Pak."

Suara gadis itu membuat Radhy melihat lagi keluar. Dia membuka payungnya dan berpaling menjauh, sepertiga tubuhnya tertutupi oleh payung biru besar itu. Satu sudut bibirnya tertarik ke atas. Radhy berpikir mungkin gadis itu sedang menahan malu.

Pak sopir kemudian menutup kembali kaca mobilnya. Radhy kembali menatap ponsel. Mereka melanjutkan perjalanan ke tempat tujuan mereka.

Radhy tiba di kantornya, disambut oleh pengawal yang membukakan pintu mobil untuknya. Radhy keluar diikuti oleh pak sopir. Beberapa karyawan menyapanya sambil berjabat tangan dan berbincang kecil. Mereka berjalan menuju ruang rapat yang sudah dipersiapkan sebelumnya.

Sementara rapat berlangsung, hampir setiap sudut gedung membicarakan tentang cucu presdir. Mulai dari penampilan hingga alasan kepulangannya. Orang-orang bergosip Radhy akan menggantikan posisi kakeknya segera. Dia sangat kompeten dan ahli dalam kerjasama bisnis.

Rapat telah selesai. Radhy menuju ruangan kerjanya. Disana penuh dengan buket bunga ucapan selamat untuknya. Dia duduk di sofa, memandang sekeliling ruangan kerja lamanya yang sudah banyak berubah. Radhy segera memeriksa berkas yang sudah tersedia. Selang beberapa menit kemudian, seseorang mengetuk pintunya.

"Masuk!"

"Maaf Pak, kami mengantar beberapa buket bunga untuk anda."

Radhy memberi kode untuk meletakkannya di samping. Kemudian dia melihat tiga orang masuk. Matanya bertemu dengan gadis terakhir yang masuk.

Radhy tersentak kaget. Jantungnya seperti merosot ke bawah meninggalkan perasaan gamang di dadanya.

Ika? Apa yang terjadi? Kenapa dia disini?

Radhy melihat gelagat Ika yang seperti ingin keluar dari ruangan ini. Gadis itu memandangi buket bunganya seperti baru tersadar untuk siapa bunga yang dia antarkan.

Ika kemudian mengeluarkan bunga dari kotaknya dengan pikiran yang tidak fokus. Radhy terus memandangi Ika yang menunduk tidak mau melihat ke arahnya.

Shani mengambil buket yang dikeluarkan Ika dan menyadari ada yang tidak beres. Mata Ika tidak fokus.

"Ada apa?" bisiknya.

Ika tidak bergeming.

"Maaf, pemilik toko bunganya anda?" tanya karyawan perempuan pada Shani.

"Benar," jawab Shani.

"Mari ikuti saya sebentar, ada yang akan kami berikan."

"Permisi Pak," kata si karyawan pada Radhy yang membalas dengan anggukan.

Shani mengikuti karyawan tersebut keluar ruangan.

"Ika, susun buketnya ya," bisiknya sambil menepuk bahu Ika pelan.

Mereka berdua meninggalkan ruangan dengan pintu terbuka. Sekarang tersisa Radhy dan Ika disana. Ruangan ini ada di lantai dua, jendelanya sedikit terbuka sehingga suara hujan terdengar menemani keheningan.

Radhy berdiri menatap Ika yang masih menunduk.

"Kenapa kau ada disini?" ucapnya memulai percakapan tanpa basa-basi.

Gadis itu diam, masih enggan melihat ke arahnya.

"Ini hari pertamaku di kota ini, hari pertamaku bekerja di kantor ini. Apa ada yang memberitahumu?"

Tidak ada jawaban. Radhy melangkah mendekat. Gadis itu terlihat menghela napas. Radhy berhenti.

"Kau tidak tahu?" tanyanya lagi.

"Tidak. Aku tidak tahu." Ika memberanikan bicara sambil menunduk.

"Lalu kenapa kau datang kesini? Kau tidak lihat gedung ini?"

"Tidak. Aku tidak memperhatikan karena hujan."

"Jadi maksudmu, ini hanya kebetulan saja?" Suara Radhy sedikit meninggi.

Ika terdiam lagi. Radhy berjalan melewatinya, menutup pintu yang terbuka. Mereka berdiri sangat dekat sekarang. Mereka saling membelakangi.

"Halo!" Radhy menelpon seseorang.

"Siapa yang memesan buket bunga untukku?"

"Dimana kakek sekarang?"

Radhy mematikan teleponnya. Dia sangat kesal. Sepertinya kakek mengatur pertemuan ini.

Radhy membalikkan badan menatap punggung Ika sambil menghela napas. Ikapun membalikkan badan, dia masih menunduk.

"Aku akan keluar sekarang. Aku memakai jilbab, tidak ada yang akan mengenaliku." Ika mengetahui alasan kenapa Radhy marah padanya. Keberadaannya disini bisa menimbulkan masalah.

Radhy menghalangi dengan tangannya. "Tunggu temanmu kembali ...."

"Tidak, aku ingin keluar sekarang."

Radhy membiarkan Ika membuka pintu dan keluar. Dia duduk kembali ke sofa sambil menunduk memegangi kepalanya.

_______________

Ika tidak kuat menahan perih di matanya. Sambil berjalan menuju pintu keluar, dia berusaha menguatkan dirinya dengan suara lirih, "Jangan menangis Ika, jangan menangis."

Ika berlari menembus hujan ke sebuah toko di seberang jalan, dan berteduh disana. Dia berusaha mengatur napasnya.

Syukurlah aku bisa keluar dari sana. Aku bisa membuat masalah untuknya. Tahan air matamu Ika.

Sebuah sepeda motor berhenti di depannya. Shani.

"Ika, ada apa? Aku melihatmu buru-buru keluar, aku mengikutimu."

Tatapan cemas Shani membuat Ika tidak sanggup menahan lagi, matanya berkaca-kaca.

"Aku bertemu dengannya."

"Siapa?"

"Mantan tunanganku."

Ika sekuat tenaga menahan agar air matanya tidak tumpah. Kenangan masa lalu bermunculan di pikirannya. Rasa sakit dan rasa bersalah. Lima tahun sudah berlalu, tapi terasa baru kemarin dia mengalaminya. Dadanya terasa sesak memikirkan itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status