Bab156"Semua begitu cepat berubah. Dalam hitungan beberapa hari saja, tingkah kamu menjadi begitu tidak biasa. Ada apa? Apa ini ada hubungannya dengan mereka?" tanya Desca pada Jeremy, ketika mereka masuk ke dalam mobil Jeremy."Itu hanya perasaan kamu saja. Sudahlah, tidak untuk di bahas, semua hanyalah kebetulan.""Oh ya? Bagaimana mungkin ini kebetulan. Sedangkan pagi sekali, kamu pergi meninggalkan rumah tanpa pamit. Ini bukan kamu, Jeremy. Aku ini istri kamu, aku kenal kamu dengan baik."Jeremy menarik napas, dan mulai melajukan mobilnya. Desca terdiam, karena Jeremy tidak menanggapi ucapannya. Hatinya jelas gelisah, sebab di selimuti perasaan curiga."Aku mampu mencari tahunya sendiri, jika kamu tidak berani jujur," ujar Desca lagi, membuat Jeremy menelan ludah."Kamu tentu tahu bagaimana sifat burukku. Jika kamu membuat sesuatu yang salah, dan tidak berani mengakuinya, maka aku pun tidak segan- segan, melakukan sesuatu yang tidak bisa kamu perkirakan dampaknya," lanjut Desca l
Bukan Wanita Miskin Bab1Pagi-pagi buta. Seorang wanita dengan wajah tanpa polesan make up, tengah sibuk melakukan rutinitas paginya seperti biasa. Dengan semangat pagi, yang selalu membelai jiwanya yang tersakiti oleh takdir, Case Mowelas berusaha kuat menjalani drama kehidupannya.Sesekali dia bersenandung pelan, sekedar menghibur diri dan menguatkan hati, bahwa Tuhan sedang menguji kekuatannya bertahan hidup.Wanita berumur 20 tahun itu, seharusnya saat ini menikmati indahnya masa remaja, juga masa menempuh pendidikan. Tapi nyatanya? Case Mowelas, kini hanyalah seorang istri dari Manager marketing pemasaran, Joe Wilianus. Dia juga begitu dibenci mertua dan iparnya.Bruuccckkkk ....Wanita yang membawa ember itu pun terjatuh ke lantai keramik, dan membuat lantai dapur menjadi basah. Dia terjatuh, bukan karena licin lantainya, tetapi karena tenaga
Bab2"Elvina," tegur Joe, menatap tak suka dengan ucapan Elvina.Elvina mendengkus dan membuang pandang dari Joe."Joe, kamu itu lelaki yang memiliki jabatan hebat di perusahaan itu. Apakah kamu tidak malu, membawa dia? Seluruh kota akan tahu, bahwa seorang Manager Giant Company Group, memiliki istri bodoh dan tidak berpendidikan seperti dia."Perkataan nyonya Sabhira semakin tajam dan kejam. Wanita nyentrik itu sangat membenci Case, semenjak Aluna Welas dan Case Mowelas dibawa Tuan Bastara Wilianus ke rumah mereka."Kalau bukan karena ayahku, tidak akan sudi kuambil kau sebagai menantu."Case hanya terdiam, dan berusaha menyabarkan diri, melapangkan dadanya sebisa mungkin. Case bertahan demi Ibunya, yang kini terbaring koma di rumah sakit.Biaya sepenuhnya ditanggung keluarga Joe, begitulah permintaan terakhir Tuan Bastara p
Bab3"Maafkan saya, saya sudah membuat kegaduhan di acara Tuan." Masih dengan posisi menunduk, Case memberanikan diri bersuara."Joe, bawalah dia pulang," titah Jeremy."Baik, Tuan." Joe menjawab dengan berat hati sebenarnya, sebab dia, belum sempat menikmati acara dan berbincang dengan orang-orang penting lainnya.Apalagi di acara besar ini, banyak di hadiri, para tetua dan pemegang saham lainnya. Sangat di sayangkan sekali, jika Joe pulang lebih awal, tanpa sempat menjual wajahnya ke beberapa orang penting di jamuan malam ini."Ketua," desah tunangan Jeremy.Jeremy pun menoleh, sang ayah pun mendekat dengan senyuman di wajahnya dengan wanita cantik di samping lengannya. Diikuti Khan, yang sudah berganti pakaian."Halo cantik," sapa pemilik Giant Company Group itu, pada tunangan Jeremy."Jeremy, apakah acara pertunangannya masih lama? Mama akan membawa Papa untuk beristirahat."Wanita yang menyebut dirinya M
Bab4"Hei, Joe, baru pulang?" tanya Mary. Ia pun bangkit, dan berniat memeluk lelaki itu.Namun Joe, menghindari Mary."Joe?" Alis Mary bertaut, menatap heran pada sikap Joe."Mary, bukan di sini tempatnya.""Apa masalahnya? Bukankah kita sudah sepakat, untuk berdamai? Apa kamu takut, wanita miskin itu akan cemburu?" Mary membrondong Joe dengan beragam pertanyaan, disertai dengan tuduhan."Mary, duduklah, aku mau membersihkan diri dulu," pinta Joe. Mary sebenarnya teramat kesal, namun dia pun tidak ingin membuat kesalahan lagi.Dia baru kembali ke kehidupan Mary, setelah sebulan lamanya, mereka memutuskan untuk break. Mary memang tidak banyak menuntut lagi, dia berusaha untuk mengerti.Namun kebenciannya pada Case Mowales, itu sangatlah besar."Dasar perempuan penggoda, jika aku tidak tahan lagi, akan kubunuh dia dengan tanganku," batin Mary.Mary berusaha tenang, dan memberikan senyuman penuh pengertian. "Oke Joe,
Bab5"Sudahlah, aku sudah kenyang," ucap Joe sambil berdiri dari duduknya.Mary menelan saliva, dia sadar akan kesalahannya kini, terlalu terbawa perasaan, sehingga memaksakan kehendak dan berakhir menuduh Joe seenaknya.Melihat aura dingin yang Joe tampilkan, Mary tahu, lelaki itu sangat marah kepadanya."Maaf," lirih Mary. Tapi Joe hanya mendengkus, dan meninggalkan meja makan.Elvina terdiam, dia pun tahu Kakaknya begitu marah. Karena meninggalkan makanannya tanpa di habiskan sama sekali."Mary, biarkan Joe tenang dulu," ucap nyonya Sabhira. Mary menoleh ke arah nyonya Sabhira, dengan wajah mengiba, memohon pertolongan."Sabar dulu," lanjut nyonya Sabhira.Usai masuk ke dalam kamar, Joe tercenung sesaat. Bagaimana keadaan Case sekarang ini? Dia keluar dengan panik di malam hari begini.Pikiran Joe mendadak kalut, dia pun akhirnya meraih jaket, dan juga kunci mobil. Biar bagaimana pun juga, Case adalah istr
Bab6Joe dan Case Mowelas berjalan menuju mobil. Case Mowelas tidak berani beradu pandang dengan Joe, dia hanya menunduk, dan berjalan di belakang lelaki itu.Case Mowelas berniat membuka pintu mobil tengah. Ini kali pertama, dia menaiki mobil Joe, setelah 6 bulan pernikahan."Mau ngapain? Kamu pikir aku supirmu?" tanya Joe, sembari menatap dingin wajah Case Mowelas."Maaf," lirih Case. Wanita itu pun bergegas, membuka pintu samping kemudi.Keduanya memasuki mobil, masih dalam suasana hening. Hingga mobil melaju, meninggalkan parkiran rumah sakit."Sejak kapan, kamu begitu dekat dengan Tuan Khan?" tanya Joe membuka percakapan."Barusan," jawab Case Mowelas singkat."Jangan coba membohongiku, Case. Aku melihat kalian begitu akrab dan juga dekat. Bahkan, lelaki itu nampak menaruh perhatian khusus," kata Joe dengan suara dingin."Aku berkata apa adanya," jawab Case."CASE ...." Joe berteriak. "Jangan memancingku! Kam
Bab7Joe tersenyum nakal, ketika merasakan tubuh Case gemetaran. "Kau ketakutan padaku? Bukankah kita suami istri," goda Joe, membuat Case semakin panik."Ini sungguh tidak lucu," ungkap Case dengan wajah tegang.Joe Wilianus terkekeh. "Kau sangat percaya diri, kau pikir aku akan menyentuhmu? Oh Nona yang tidak jelas asal-usulnya, cepatlah bantu aku membersihkan punggung dengan segera! Sebab aku merasa kotor terlalu lama di dekatmu," ejek Joe Wilianus, membuat Case Mowelas menarik napas dalam.Kata-kata seperti ini, memang sering Joe Wilianus dan keluarganya katakan pada Case. Case hanya bisa terus menyabarkan diri, dan mematuhi ucapan Joe layaknya seorang tuan."Apakah kamu menyukai Khan?" tanya Joe tiba-tiba, kala Case Mowelas dengab cekatan menggosok pelan punggung kekar lelaki di depannya."Biasa saja, aku tidak begitu mudah menyukai orang.""Oh ya? Kesannya harga dirimu begitu tinggi," ejek Joe, sembari terkekeh.